Rabu, 29 Juli 2020

Meja Kerjaku ☺

Meja kerjaku ๐Ÿ˜Š

  Bongkar-bongkar galeri foto yang ada di dalam memori telepon genggam, tiba-tiba ada 2 (dua) foto ini. Foto ini diambil di meja kerjaku di waktu yang berbeda, dan memang beda tahun. Itu meja kerjaku dulu, waktu aku masih bekerja ๐Ÿ˜Š. Kenapa berbeda tempat, karena memang awalnya aku yang didalam suatu ruangan, saat renovasi dan relokasi meja kerja karyawan, untuk posisiku menjadi diluar ruangan atau berada di ruangan besar bergabung dengan karyawan lain. 

 Edisi kangen dengan meja kerja? Kantor? Pekerjaannya? Atau suasana dan rekan kerja? Ya, tidak bisa dipungkiri ada suatu waktu mengingat masa-masa masih bekerja jadi karyawan kantor. Ini tahun ketiga sejak aku mengundurkan diri dari posisiku dan dari perusahaan yang selama 13 tahun ini membersamaiku. Awal-awal berhenti, merasa aneh dan bingung. Karena ini bukan cuti atau libur, melainkan benar-benar aku tidak bekerja lagi. Keputusan mengundurkan diri sudah dibuat sejak 1 tahun sebelumnya, mengingat perusahaan hendak pindah ke kota 'sebelah', selain juga ada pertimbangan anak-anak. Dan karena posisiku di bagian akunting, maka divisiku paling terakhir untuk pindah (bagi yang ikut pindah) dan terakhir bekerja (bagi yang mengundurkan diri). 

   Kembali ke meja kerja ๐Ÿ˜Š meja kerjaku dahulu itu jarang 'sepi' dari dokumen. Seminggu 3 kali akan ada dokumen datang memenuhi meja untuk diperiksa dan diproses ke bagian selanjutnya. Tapi sebanyak apapun dokumen dan barang yang ada, aku suka segala sesuatunya disusun rapi dan aku suka membuat daftar dan menamai masing-masing dokumen dan barang-barang di meja kerjaku, dengan tujuan agar tidak sulit jika mencari saat dibutuhkan. Bagiku, akan lebih membangun 'mood' bekerja jika segala sesuatunya rapi dan menarik dilihat (setidaknya untuk ukuranku itu rapi dan menarik ๐Ÿคญ). 

 Sepertinya kebiasaan menyusun dan mengatur sesuatu itu memang terbawa dimanapun, minimal yang akan memudahkan aku juga orang lain yang hendak membutuhkan sesuatu. Walaupun belum bisa dibilang sangat teratur atau rapi seperti orang-orang yang ahli dalam metode 'konmari' ☺. Sekarang meja kerjaku di kantor sudah tidak ada lagi, hanya sisa banyak kenangan selama 13 tahun. Dan sejak 3 tahun lalu meja kerjaku ialah dirumah sendiri ๐Ÿคญ 




#tulisanchindis 
#tantangan2day13 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewritting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar

Minggu, 26 Juli 2020

Karyawan beberapa jam ๐Ÿ˜Ž

     "Coba kamu pikir-pikir dulu lagi, kalau misalkan kerja disini 'kan bisa sambil mengajar," Mama pelan menyampaikan.

     "Tapi, kenapa tiba-tiba bilang seperti ini? Saat aku sudah tanda tangan kontrak, sudah sepakat buat besok mulai bekerja?" tanyaku dengan mata mulai berkaca-kaca. Sementara kulihat Bapak hanya duduk diam sambil membaca koran, seakan tidak ingin terlibat pembicaraan ini. 

    Aku baru saja tiba di  rumah setelah maghrib dari kota Bontang, tepatnya sebelum masuk ke kota, aku menuju ke sebuah perusahaan tambang batubara yang cukup besar. Ya, aku diterima bekerja di perusahaan tersebut melalui serangkaian tes dengan banyak peserta. Aku baru saja lulus dan wisuda, dan langsung mengikuti tes tersebut atas anjuran kepala jurusan tempat aku kuliah. 

    Saat itu yang diterima hanya 3 orang termasuk diriku. Senang sudah pasti, karena banyak orang yang ingin masuk ke perusahaan tambang besar ini. Dan saat diberitakan diterima, aku harus menemui pihak HRD dan Manager Accounting di perusahaan tersebut untuk interview akhir dan tanda tangan kontrak. Dan akhirnya, aku menandatangani surat perjanjian kerjaku dan aku resmi jadi karyawan di perusahaan tersebut. Pagi itu aku diantar oleh Bapak dan saudaraku. Sebenarnya saat itu aku baru beberapa minggu bekerja di satu bank swasta, sehingga aku mau tidak mau minta ijin urusan keluarga.

     "Bukan begitu, kamu disana itu mess-nya di kota, perjalanan lagi dari lokasi perusahaan. Bapak khawatir...," Mama menambahkan. 

   "Ma, seharusnya dari awal aku tidak berangkat kesana, 'ngga perlu aku sampai tanda tangan kontrak, kalau pada akhirnya Bapak tidak setuju. Kenapa Bapak semangat mengantar aku tadi?" 

   "Yaa... pada awalnya kami pikir mess-nya ada dilokasi, tapi kamu bilang untuk wanita mess harus di kota. Mama... mama juga berpikir sama dengan Bapak," bergetar suara mama. Aku tahu, mama sebenarnya pun berat dan sedih mengatakan, karena tahu pasti aku akan kecewa, sementara aku begitu semangat mengikuti alur tes masuk, apalagi di sebuah perusahaan besar. 

    "Pak, kenapa 'dak ngomong," tanyaku yang sudah mulai berurai airmata. 

   "Maafkan Bapak, Ya. Bapak... bapak itu 'ga mau kamu capek. Lokasi dan kota itu jaraknya juga lumayan," pelan Bapak bicara. "Ya, kalau disini, kamu bisa sambil mengajar di kampus, nanti kalau memang mau cari kerja lain disini juga bisa," sambung bapak hati-hati. Bapakku seorang dosen dan dekan di satu universitas swasta di kota ini. Beliau memang menawariku untuk mengajar, sementara sebagai asisten dosen, karena aku masih berpendidikan jenjang Strata 1 (S1). 

    Akhirnya, aku hanya berkata bahwa besok aku akan buat surat pengunduran diri. Aku hanya karyawan beberapa jam saja disana. Bahkan aku belum mengerjakan pekerjaanku, hanya mengesahkan status sebagai karyawan. Aku katakan perihal surat pengunduran diri yang akan kukirim esok hari dengan nada kecewa, menangis, tapi aku tidak bisa melawan dan memaksa, karena aku juga tidak mau bekerja tanpa restu orangtua. Aku benar-benar sedih dan sangkal di hati. Pekerjaan baik di tempat bagus, dengan pendapatan saat itu sudah cukup baik bagi 'fresh graduate' sepertiku, dalam hitungan jam setelah kuterima, harus aku lepas. Butuh waktu untuk aku mencoba melupakan dan berpikir bahwa ini memang bukan rejekiku dan karena orangtua sayang kepadaku. Pihak HRD pun keesokkan harinya terkejut menerima surat pengunduran diriku melalui 'facsimile dan email'. Untung saja mereka mau mengerti situasi dan kondisi keluargaku, yang kucantumkan sebagai alasan pengunduran diriku, walaupun dengan berat hati dan masih berharap aku berubah pikiran. 

   Tapi, sekali lagi, memang mungkin ini bukan rejekiku, bukan 'jalanku'. Rasa kecewa dan sedih sangat terlihat di wajahku selama beberapa waktu. Aku tahu mama dan bapak pun terlihat merasa bersalah. Aku coba menerima dengan lapang dada bahwa aku akhirnya tidak dapat bekerja disana, dan kembali bekerja seperti biasa sembari menerima tawaran untuk menjadi asisten dosen untuk beberapa waktu mendampingi dosen utama. Kadang memang yang kita inginkan belum tentu Allah berikan. Kita harus menerima itu setelah melakukan usaha semaksimal mungkin. Dan kemudian Allah memberikan apa yang aku butuhkan, yaitu pekerjaan lain yang sesuai dengan apa yang aku pelajari.




#pengalaman 
#tulisanchindis 
#tantangan2day11 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewritting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar  

Senin, 20 Juli 2020

Sepatu yang tertukar


     Sepertinya kalau tidak salah mengingat, kejadian ini sekitar tahun 2012. Kisah yang tidak pernah dilupakan dan terlupakan. Mengingatnya dan melihat foto 2 sepatu berbeda ini saja sudah membuat senyum sendiri. Sayang tidak terabadikan bagaimana raut wajah saat itu, yang dapat dipastikan antara malu dan kesal bercampur jadi satu.

     Alkisah ceritanya, siang hari saat istirahat jam kantor pergi sejenak menuju plaza bersama rekan sekantor. Kami berempat mengendarai mobil starlet  biru 'jadul' saya. Sesampainya di plaza, karena saya saat menyetir mengenakan sandal, lalu saat hendak turun menggantinya dengan sepatu yang ada tersimpan di bawah jok kursi yang saya duduki. Saat itu langsung saya kenakan, dan turun dari mobil, lalu berjalan bersama rekan-rekan masuk ke dalam plaza.

     Mulai dari lokasi parkir, kami berjalan santai saja menuju pintu masuk plaza, lalu menuju satu 'department store'. Memilah-milah beberapa baju, dari satu tempat ke tempat lain. Sampai sekitar 15 menit, dan saat mencoba satu pakaian saya lalu melihat kebawah dan sadar bahwa saya menggunakan sepatu yang berbeda kanan dan kiri ☺. Tidak perlu ditanya bagaimana reaksi 3 rekan saya, karena mereka jelas sekali kaget dan tertawa. Sementara saya selain kaget, juga tertawa malu. Dan akhirnya, memilih untuk masuk ke dalam kamar pas pakaian, pura-pura mencoba pakaian. Selama 15 menit lebih saya di dalam kamar pas, menunggu rekan yang rela mau menolong untuk mengambilkan sepatu di mobil. 

     Jikalau saat itu sedang 'trend' busana dan sepatu warna-warni, bisa jadi saya tidak perduli mengenakan sepatu yang berbeda ๐Ÿ˜„ Namun kenyataannya, saya sungguh malu dan merasa sangat teledor. Ya, kebiasaan saya menaruh 2-3 pasang sepatu di bawah kursi jok saat itu agar tidak repot jika ingin mengenakan sepatu sesuai dengan pakaian yang dikenakan saat ke kantor atau sekedar jalan. Maksud hati agar tidak perlu repot 'menaik-turunkan' sepatu ke mobil. Tapi, memang kali itu kurang fokus dan terburu-buru. 

     Mengabadikan 2 sepatu berbeda saat menunggu di dalam kamar pas pakaian ini ternyata tidak sia-sia ๐Ÿ˜‰ Karena saya jadi ingat dan belajar untuk segala sesuatu itu sebisa mungkin jangan terburu-buru tanpa mengecek ulang dan lebih teliti dalam berbuat sesuatu ๐Ÿค—



-cds200720-

*kisah ini pernah ada di FB saya

#ceritakenangan
#tulisanchindis
#tantangan2day5 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewritting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar




Hai, Matematika!

     Kalau mendengar kata Matematika, sepertinya  banyak yang langsung sakit kepala ๐Ÿ˜„ meskipun banyak juga yang biasa saja alias senang. Matematika termasuk mata pelajaran yang suka membuat siswa takut dan akhirnya malas. Padahal sebenarnya matematika itu menantang dan seru, meskipun juga ujung-ujungnya jadi pusing.      

     Saya termasuk orang yang tidak jago dan tidak pintar matematika, tapi saya suka dengan matematika. Bagi saya memandang angka itu lebih menyenangkan daripada deretan huruf, meskipun saya juga suka membaca dan menulis. Tapi saat di bangku sekolah, saya paling suka mata pelajaran tersebut. Sewaktu di SD saya cukup baik di mata pelajaran matematika, bahkan saya ingat nilai ujian akhir nasional matematika saya saat itu hanya salah satu, yang saya sadari kesalahannya sesaat setelah keluar kelas. Namun entah mengapa, saat di bangku SMP dan SMA, meskipun masih tetap menyukai tapi nilai saya pas-pasan ๐Ÿ˜Š Ya, karena mungkin saya tidak begitu paham dengan pembahasan materi yang makin lama makin susah dan 'ribet' bagi saya. 

    Dan sekarang, saya bertemu lagi dengan mata pelajaran matematika semenjak anak-anak masuk sekolah. Materi pelajaran ini saat sekarang, menurut saya lumayan lebih maju dibandingkan dahulu. Seperti contoh, jika dahulu kala materi perkalian baru benar-benar kita hafalkan di kelas 3 SD, sekarang anak kelas 2 sudah harus menghafalnya. Materi saat ini maju selangkah dibandingkan jaman dahulu, dan saya lihat anak-anak mengikuti dengan cukup baik, tentunya dengan tingkatan kemampuan masing-masing anak. Saat ini saya ikut mendampingi anak-anak dalam belajar matematika di rumah, dan ini cukup mengasah kembali otak saya untuk mengingat materi-materi yang sudah lama saya pelajari. 

   Matematika itu memang mengasyikkan, jika mengerti dan paham. Tetapi akan menjadi 'ancaman' jika tidak mengerti dan tidak paham. Kadang jika melihat anak-anak saya belajar dan keliru dalam mengerjakan soal, saya coba ikut membaca dan mencari apa sebab mereka tidak bisa mengerjakan. Ya, anak saya tidak terlalu baik di mata pelajaran ini, namun saya lihat mereka tetap suka mempelajarinya. Bagi saya, yang penting mau berusaha mempelajarinya dengan maksimal, bukan lantas malas dan tidak mau berusaha untuk mengerti. Semoga anak-anak tetap semangat ๐Ÿฅฐ
  
      Satu kutipan tentang matematika yang saya sukai ialah, “Math is like going to the gym for your brain. It sharpens your mind.” dari seorang penulis matematika, Danica Mckellar. Yang bisa diartikan bahwa "Matematika seperti pergi ke 'gym' bagi otakmu, hal itu mempertajam pikiranmu."  



#tulisanchindis
#tantangan2day4 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewritting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar





        

Sabtu, 18 Juli 2020

Bromo, kapan lagi ke Bromo?

     Tiba-tiba ingat 2 tahun lalu pas bulan Juli begini saatnya liburan anak-anak sekolah sebelum memulai tahun ajaran baru. Tahun 2018 lalu kami sekeluarga meluangkan waktu untuk liburan ke Batu, Malang. Memanfaatkan waktu seminggu setelah anak-anak selesai mengikuti pertandingan panahan dan sebelum hari masuk sekolah. Tujuan kami ialah ke kota Batu (Malang), karena tujuan utama sebenarnya adalah ke Bromo ☺

     Mengapa ingin ke Bromo? Ya karena ingin saja ๐Ÿคญ Rencananya sebenarnya serba dadakan, karena kami sempat ragu membawa anak bungsu yang masih berumur 3 tahun. Tapi, setelah coba mencari referensi, akhirnya kami memutuskan berangkat. Sebelumnya saya mencari tour travel untuk ke Bromo. Walaupun kami sewa mobil selama berada di Batu, tetapi untuk ke Bromo kami memutuskan untuk menyewa jasa tour travel Abimanyu setelah mencari-cari di mesin pencari 'google' dan Instagram ๐Ÿ˜Š

     Kami berangkat ke Batu, Malang, pada hari Sabtu dan naik ke Bromo pada malam Selasa. Kenapa memilih hari Selasa karena pertimbangan bukan masa 'weekend' yang pastinya lebih ramai. Sehingga hari pertama dan kedua kami berkeliling di Batu, seperti ke Taman Bunga Selecta dan Ecopark. Saat akan menuju Bromo, kami dijemput oleh pihak tour di villa yang kami sewa jam 11 malam. Pihak tour Abimanyu sangat ramah dengan armada yang bagus dan sesuai dengan permintaan kami. Sampai di pemberhentian mobil dari Batu ke lokasi sekitar jam 2 pagi, kemudian setelah istirahat sebentar kami ganti dengan mobil Jeep untuk menuju ke gunung penanjakan (begitu namanya kalau tidak salah ingat). Sekitar jam 3 kami sampai dan harus turun untuk berjalan kaki menuju lokasi dipuncak, tempat banyak orang berkumpul untuk mencari spot terbaik dan mengabadikan saat 'sunrise'. 

     Kami sempat beristirahat sebentar di warung-warung kecil yang berjejeran sepanjang jalan menuju ke puncak tersebut. Dan saat kira-kira setelah subuh, dimana saat itu banyak orang sudah mulai mengamati saat terbitnya matahari. Masya Allah, memang indah saat mulai terbitnya sang surya ini. Saya sendiri sempat merekam dan mengambil gambar keindahannya. Seusai itu kami turun kembali menuju jeep untuk kemudian melanjutkan ke arah gunung Bromo itu sendiri. Sampai dibawah, kami berhenti di lokasi Pasir Berbisik, lalu ke Bukit Teletubbies. Dan terakhir ke lokasi pendakian ke kawah Bromo. Sebenarnya, seharusnya awal rute adalah ke kawah Bromo dahulu, karena masih pagi dan tenaga setidaknya masih full ☺ Namun entah mengapa, kami terbalik. Dan alhasil, hanya sampai di tengah gunung, dan tidak sanggup menjajal anak tangga ke puncak kawah Bromo.

     Anak-anak sangat menikmati perjalanan ke Bromo, bahkan anak bungsu kami beberapa waktu ini ingat dan ingin liburan kesana lagi. Ya, mungkin saat kesana lagi, saya harus jajal anak tangga tersebut sampai ke atas. ๐Ÿ˜ Karena pandemi covid19 yang masih belum jelas kapan berakhir, tahun ini pun kami harus menunda liburan keluarga. Sisi positifnya ialah kami bisa menambah menabung untuk liburan nanti yang insha Allah juga menyenangkan dan seru. Saat ini harus bersyukur dengan liburan dirumah saja. Bromo, nanti kita bersua lagi ya ๐Ÿฅฐ dan tentunya nanti si bungsu sudah lebih 'meng-explore' dengan gembira.



- cds180720-




#tantangan2day3
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewritting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar

Jumat, 17 Juli 2020

Selebrasi Matrikulasi di Institut Ibu Profesional

     Selama 4 (empat) bulan sejak bulan April sampai dengan bulan Juli 2020, matrikulasi Institut Ibu Profesional saya ikuti. Dan tentunya banyak sekali ilmu dan pengalaman selama mengikuti kelas matrikulasi ini. Saya adalah mahasiswi matrikulasi IIP batch 8. Sudah banyak para ibu-ibu hebat sebelum saya yang telah bergabung di komunitas ini. Dan berikutnya pun akan banyak ibu-ibu hebat yang bergabung disini.

     Mengikuti matrikulasi ini ialah pengalaman yang menyenangkan. Dimulai dari perkenalan, penyelaman materi-materi sampai dengan 'challenge' dan aliran rasa saat setelah mengerjakan tugas demi tugas. Empat bulan ini kami diberikan materi yang sangat berguna dan bermanfaat untuk pengembangan diri kita sebagai seorang ibu, untuk kemudian dapat diaplikasikan ke keluarga dan orang sekitar kita. Ada juga saat kita membuat video 'Yel-Yel Ibu Profesional' yang membangkitkan semangat kita untuk menjadi lebih baik dan bahagia. Kemudian saat kita harus membuat 'surat cinta' bagi pasangan dan menuliskan bagaimana perasaan saat menulis dan menanti jawaban.

      Dan diakhir masa matrikulasi ini, saatnya menggelar selebrasi. Ya, selebrasi ala mahasiswi matrikulasi IIP. Saya melakukan selebrasi ini dengan membuat masakan untuk keluarga dirumah. Membuat masakan dengan gembira dan hati senang sebagai bentuk syukur telah mengikuti matrikulasi ini. Semoga ilmu dan pengalaman selama mengikuti kegiatan tersebut membawa dampak baik dan bermanfaat bagi saya, keluarga dan orang sekitar saya. Selanjutnya saya akan mengarungi ilmu-ilmu hebat lainnya di kelas selanjutnya. Semangat para ibu!







#tantangan2day2
#30harisemangatmenulis
#30harifreewritting
#30haribercerita
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar

Kamis, 16 Juli 2020

BDR yang terkenal tahun ini ๐Ÿ˜Ž

     Pandemi covid19 masih berlangsung saat ini, dikala tahun ajaran baru sekolah dimulai. Bisa dibayangkan betapa para guru, anak murid bahkan orang tua juga berpikir kerasa bagaimana pengajaran bisa dilaksanakan. Situasi dan kondisi yang belum memungkinkan anak didik dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sehingga munculnya istilah BDR yaitu Belajar Dari Rumah. 

     Ini bagi saya sebuah dilema. Antara kekhawatiran akan bagaimana anak bisa belajar dengan materi sesuai kurikulum jika tidak ada kegiatan belajar mengajar tatap muka disekolah, namun juga kekhawatiran akan adanya wabah covid19 ini jika melepas anak berinteraksi diluar rumah. Sementara jelas anjuran untuk berada di rumah saja kecuali ada kepentingan mendesak.

     Sistem BDR ini berbentuk daring dan luring. Mungkin mengenal istilah daring dan luring adalah hal baru bagi sebagian besar orang tua dan anak murid. Jika saya kutip penjelasan dari suara.com bahwa menurut KBBI Kemendikbud, Daring adalah akronim dari Dalam Jaringan. Artinya kita akan terhubung melalui jejaring komputer dan internet, seperti kelas online. Sementara Luring adalah akronim dari  Luar Jaringan. Artinya kita tidak terhubung dengan jejaring komputer, dimana kegiatan yang dilakukan contohnya ialah sepertu mengumpulkan karya berupa dokumen, atau menonton acara pembelajaran di TVRI. 

     Mungkin sistem ini akan terasa berat, karena jelas disini penggunaan kuota jaringan seluler akan meningkat seiring anak murid akan menggunakan gadget smartphone dan komputer sebagai media pembelajaran online. Belum lagi jika gadget anak murid yang penggunaannya masih bersama orang tua. Kemudian, pendampingan belajar bagi anak murid yang orang tuanya bekerja. Saya yang saat ini tidak bekerja diluar rumah pun merasa ada 'tugas tambahan'. Ya, karena saya masih 'membutuhkan' guru (orang lain) untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anak saya ๐Ÿ˜Š Dan dengan keadaan seperti secara tidak langsung 'memaksa' saya juga ikut belajar, baik belajar ilmu pengetahuan, tentunya juga belajar kesabaran ☺

     Sistem ini bukan hanya 'berat' untuk anak murid dan orangtua, karena saya yakin para guru pengajar akan lebih 'memutar otak', berpikir lebih ekstra bagaimana menyiapkan materi secara online sesuai kurikulum dengan harapan anak murid dapat paham dan mengerti dengan baik. Materi berupa video pembelajaran dan penjelasan pun akan dipikirkan untuk dibuat dengan semudah dan seperti nyata saat mengajar secara langsung. Karena tidak semua anak murid dapat menerima materi dengan cara hanya video dan bacaan buku. Sekali lagi, ini memang sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara anak murid, orangtua dan guru pengajar. 

     Harapannya, semoga pandemi covid19 ini bisa berakhir, keadaan bisa segera pulih dan membaik. Sehingga kegiatan belajar mengajar pun bisa kembali normal, kembali seperti sediakala. Semoga semua anak murid, orangtua dan guru tetap semangat dan selalu menjaga kesehatan ❤


-cds 160720-

*referensi: kutipan dari suara.com


#tantangan2day1 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewritting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar



Minggu, 12 Juli 2020

Surat Cinta, sebuah ungkapan rasa

     Amplop berwarna merah muda dibuka perlahan olehnya. Perlahan dikeluarkan 2 lembar kertas putih yang penuh dengan tulisan tangan. Sejenak menghela nafas lalu dia mulai menelusuri kata demi kata, kalimat demi kalimat, satu persatu dengan seksama. Ada senyum tersungging dibibirnya, kadang sesekali menutup mulut dengan tangannya, dan kadang diam dengan wajah serius.

     Tak bisa dipungkiri bagaimana perasaannya saat membaca surat dari seseorang yang sedang mengisi hatinya. Hatinya bahagia, dan sesekali terucap dibibirnya sebuah nama. Nama seorang lelaki yang lebih memilih untuk menulis dan mengirimkan ungkapan perasaanya melalui lembaran surat. Mereka hanya bertemu dua kali, saat pertama disuatu acara dan kemudian suatu kebetulan berjumpa di sebuah kegiatan amal. 

     Ini adalah surat pertama yang diterimanya, dimulai dengan ucapan salam dan doa. Begitu rapi tertata tulisannya, berisi kalimat pujian dan ungkapan perasaan kasih sayang dan cinta terhadapnya. Lelaki itu jatuh cinta dengannya sejak awal bertemu. Begitu mengagumi sejak melihatnya tampil di acara mengalunkan suara merdunya. Lelaki ini terpesona dengan tampilannya yang tertutup dan wajahnya yang sederhana namun berseri. Ia pun memiliki rasa yang sama namun tak mempunyai keberanian untuk lebih jauh berpikir. 

    Isi surat itu begitu menyentuh perasaannya, potongan ayat-ayat Allah yang disematkan sang lelaki dideretan kalimat surat membuatnya mengucapkan kalimat pujian atas kepada Sang Maha Penyayang. Lelaki itu memintanya untuk menyempurnakan ibadahnya, memintanya untuk menjalani hidup bersama selamanya. 

     Surat berwarna merah muda itu tersimpan rapi di dalam kotak kayu disudut meja riasnya. Dia begitu bahagia hidup dengan lelaki itu, juga bersama tiga buah hatinya. Semua hal yang diungkapan sang lelaki didalam surat saat ini menjadi nyata baginya. Surat pertama sekaligus surat yang membuatnya menjadi pasangan cinta si lelaki. ❤






#ceritapendek
#belajarmenulis
#tantangan1day6 
#temasuratcinta 
#onedayonewrite 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar    




Jodohku..... Diakah? ๐Ÿงก๐Ÿ’›❤๐Ÿ’š๐Ÿ’™

   
     Jika kita mendengar atau membicarakan tentang kata 'jodoh', kebanyakan orang akan langsung berpikir mengenai seseorang istimewa yang dikirimkan Allah kepada kita untuk bersama-sama mengarungi kehidupan dalam m ikatan pernikahan. Indah ya? ๐Ÿฅฐ Membayangkannya saja pasti sudah membuat kita senyum sendiri.

     Bagaimana kita tahu bahwa dia jodoh kita? Apakah ada tanda-tanda bahwa dia jodoh kita? Disuatu artikel saya tertarik membaca bahwa ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang itu adalah jodoh kita. Diantaranya ialah mempunyai iman dan sifat yang mirip. Perihal ini dikaitkan dengan makna yang terkandung dalam Al Quran surat An Nuur ayat 26, yaitu bahwa wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik pula, begitupun sebaliknya. Jodoh ialah cerminan diri. Dan bagaimanapun kita berusaha mencari jodoh, kita tetap harus sabar karena Allah telah menjanjikannya. Kemudian, kita merasa nyaman dan tenteram jika bersamanya. Dan dia akan tampil apa adanya tanpa rasa gengsi. Ketiga, dapat saling menyenangkan dan memahami satu sama lain. Keempat, dapat saling memaafkan dan memiliki kemantapan hati. Kemudian, dapat diterima dengan baik oleh keluarga.

     Dari beberapa tanda ini, mungkin tidak semua orang mengalaminya atau mungkin bisa jadi tidak menyadarinya, dan mungkin ada tanda-tanda lain seperti sering berjumpa secara kebetulan, sering mendengar nama atau hal-hal yang berhubungan dengan seseorang secara berulang. Sungguh tanda-tanda itu juga atas ijin Yang Maha Mengetahui ๐Ÿฅฐ
   
   Saya jadi ingat dengan film lawas berjudul Serendepity, film sekitar tahun 2002 yang dibintangi oleh aktor John Cusack dan aktris Kate Beckinsale. Ini termasuk film favorit saya ☺ Film ini berkisah tentang asmara antara seorang pria New York dan wanita Inggris. Mereka menguji nasib yang mana akankah keduanya memang ditakdirkan untuk bersama, dan berharap suatu saat nanti, hidup mempertemukan mereka kembali. Dan setelah melewati beberapa waktu dan kisah, akhirnya bertemu kembali untuk hidup bersama.     

     Kisah bertemu jodoh dalam film bisa saja diatur oleh sutradara, namun apa yang terjadi dalam kehidupan di dunia sesungguhnya, Allah Yang Maha Kuasa yang mengaturnya. Jika kisah film Serendipity itu bermula dari nomor telepon pada sebuah buku, kisah jodoh saya entah bermula dari mana. Apakah ini suatu kebetulan, saya memiliki sepatu dengan model dan merk yang sama saat itu. Saya tidak mengenalnya dengan baik, namun entah menurutnya dia mengenal saya. Dan itu pertama kali saya melihatnya, tapi hanya melihat alakadar, karena saya tidak merasa perlu berbasa-basi hanya karena kesamaan sepatu. Apakah juga kebetulan tiba-tiba saya bertemu dengannya disuatu event olahraga terbesar provinsi. Lalu tiba-tiba makin hari saya sering berjumpa, padahal dibeberapa waktu bertemu, yang berurusan dengannya adalah teman saya. Dan kemudian, kita berada dalam lingkungan yang sama.

     Semua adalah rencana Allah, dari tanda-tanda yang bisa jadi memang Dia berikan, sampai pada saatnya saya tahu dia jodoh saya, dan Allah satukan dalam ijab qobul pernikahan. Masya Allah Tabarakallah. Bismillah, Biidznillah, selalu diberikan kebahagiaan bersama.      Jodoh bisa kita usahakan, bisa kita cari, bisa kita upayakan. Namun tetap ingat bahwa Allah sudah menjanjikan siapa jodoh kita masing-masing. Berdoa, berusaha lebih baik dan bersabar, karena Allah akan memberikan sesuai dengan siapa, apa dan bagaimana kita. Dan jika sudah menemukan dan diberikan, tugas kita ialah menjaga dengan baik ๐Ÿฅฐ



*happyanniversaryjodohku 
*referensi: dari berbagai sumber dan sedikit kisah penulis 


#tantangan1day6
#temajodoh
#onedayonewrite
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar 




Sabtu, 11 Juli 2020

Ibu Bahagia, Bahagianya Ibu ๐Ÿฅฐ

     Siapa yang tidak mau hidupnya bahagia? Saya pikir semua orang pasti mau dan ingin hidup bahagia  Tak terkecuali saya sendiri, sebagai seorang hamba-Nya sangatlah mengharapkan kebahagiaan. Apa saja yang membuat bahagia? 

     Bahagia itu banyak penyebabnya, dan setiap orang pun punya pilihan untuk jadi bahagia. Bagi seorang ibu, seperti saya, mungkin saja sama dengan ibu lainnya, kebahagiaan itu jika melihat diri ini mampu membuat seisi keluarganya juga bahagia dan senang. Seorang ibu juga seorang manusia biasa yang cita-citanya pasti hidup bahagia, seperti mendapati diri ini sehat jasmani dan rohani, mempunyai rejeki yang berkecukupan, mempunyai banyak teman baik, memiliki waktu berharga dengan pasangan, anak, orangtua dan keluarga lainnya.

     Menjadi ibu bahagia tentunya bukan juga hal mudah, tapi sebenarnya juga tidak sulit, atas ijin Allah SWT. Seperti yang sudah diutarakan di atas, bahwa melihat pasangan, anak, orang tua dsn keluarga senang, seorang ibu akan bahagia, seolah beban yang seharian hinggap, tiba-tibs menghilang. Saya bahagia jika melihat semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, anak-anak yang sholeh dan sholehah, pasangan yang baik, kehidupan sehari-hari yang masih dimampukan Allah. Saya pun bahagia jika dapat membantu orang lain untuk tidak sedih.

     Semua hal baik tentunya akan membuat seorang ibu juga bahagia. Hati yang senang, pikiran yang tenang pun dapat mengubah keadaan menjadi bahagia. Hal kecil dan sepele pun terkadang bisa membuat lengkungan senyum bahagia seorang ibu. Seorang ibu yang banyak bersyukur, tentunya akan membawa aura positif kebahagiaan juga untuk keluarga. Jadi, bukan ibu ingin diistimewakan tetapi jika ibu bahagia, maka seorang ibu seperti mendapatkan energi positif lebih untuk melakukan banyak hal positif lainnya. 

     Bismillah, biidznillah, semoga kita bisa menjadi ibu yang selalu bahagia dan bersyukur ๐Ÿฅฐ


#tantangan1day5 
#temaibubahagia 
#onedayonewrite 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar

*sumber gambar: google dan koleksi pribadi





Jumat, 10 Juli 2020

Aliran rasa misi IIP: Surat cinta ❤ Bagaimanakah rasanya?


Di tugas misi matrikulasi IIP sekarang ini penuh dengan cinta. Iya, karena kita diminta menuliskan surat cinta kepada pasangan yaitu suami ๐Ÿฅฐ Saya sendiri jelas sudah lama tidak pernah berkirim surat. Namun surat kali ini tidak mesti dituangkan dalam fisik kertas, tetapi juga bisa mengikuti era perkembangan jaman, yaitu dengan melalui aplikasi media pesan di 'smartphone'. 

Awal hendak menulis, bingung apa yang mau utarakan, karena jadinya bisa seperti saya hendak berpuisi atau merayu seseorang dengan hiasan kalimat-kalimat manis ☺ Tetapi kemudian, menulislah saya sesuai dengan apa yang telah saya pikirkan dan rasakan. Mengutarakan apa isi hati dan pikiran saya. Tentang apa yang saya rasakan selama bersamanya. Lalu tentang harapan dan keinginan saya kedepan bersamanya dan keluarga.

Tak perlu terlalu panjang saya menulis karena menurut saya apa yang saya sampaikan melalui media obrolan elektronik tersebut sudah cukup mewakili dari keseluruhan perasaan dan pikiran saya ๐Ÿ˜ Saya tahu pasti dia bingung dan tersenyum, karena dia tahu bagaimana saya. Menunggu balasannya pun sepertinya tidak perlu diharap, karena tanpa balasan suratnya pun saya insha Allah tahu apa yang akan ditulisnya ๐Ÿคญ 

Misi surat cinta kali ini seperti memutar memori kenangan jaman dahulu yang benar-benar pernah menggunakan surat sebagai media menyampaikan perasaan ๐Ÿฅฐ Dan dengan adanya misi ini saya semakin diingatkan bahwa ada kalanya kita lupa dan perlu menyampaikan perasaan cinta dan kebahagiaan kita kepada pasangan, yang mungkin terlupa karena pekerjaan, kesibukan, urusan rumah dan anak-anak. Semoga kedepannya dan seterusnya, rasa cinta dan bahagia selalu ads bagi setiap pasangan ❤๐Ÿค—


#navigasidanberaksi 
#matrikulasibatch8 
#institutibuprofesional 
#belajardarirumah


Kamis, 09 Juli 2020

Sepenggal kisah masa sekolah

     Mengapa saya sematkan kata 'sepenggal'? ๐Ÿ˜Š Ya,    karena terlalu banyak kisah di masa sekolah yang menjadi kenangan untuk tidak dilupakan, dan saya akan bercerita hanya sebagian saja. Mungkin ada kenangan yang tidak terlalu jelas diingatan, namun tentu saja tetap samar terbayang. Banyaknya kisah yang terjadi di masa sekolah, dengan berbagai cerita suka dan dukanya.

     Seperti hal-nya kebanyakan orang, kenangan akan kisah-kisah dimasa sekolah itu sangat indah dikenang. Yang baik dan bahagia, ataupun yang tidak baik dan menyedihkan. Lebih jelas diingat malah jika saat itu kita sempat menuturkan dan menceritakan ke dalam buku harian ๐Ÿคญ Kadang mengingat kisah masa sekolah membuat kita senyum-senyum sendiri, atau ada juga yang berusaha untuk tidak mengingatnya.

     Kisah masa sekolah yang saya ingat sampai sekarang, seperti saat TK pernah dihukum 'strap' berdiri didepan kelas bersama teman-teman lainnya, karena masih bermain diluar kelas padahal sudah waktunya belajar. Bisa bayangkan, anak TK dihukum 'strap' berdiri depan kelas ๐Ÿ˜† Mengingatnya saja saya kadang tertawa mengapa bisa terjadi. Saya pikir jaman sekarang tidak akan ada yang seperti itu ๐Ÿ˜Š Ya entahlah.

     Jika mengingat kisah saat di SD (Sekolah Dasar), yang paling saya ingat dan kadang geli, saya pernah berantem mulut dengan kakak kelas saya yang menjabat sebagai ketua kelas. Kebetulan kelas saya masuk siang dan saya pun menjabat sebagai ketua kelas. Kakak kelas tersebut masuk sekolah di pagi hari. Saat itu, peraturannya adalah setiap waktu pulang sekolah harus ada yang piket membersihkan kelas, sehingga saat kelas siang masuk, kelas dalam kondisi bersih. Dan yang terjadi, ketua kelas yang giliran piket dan bertanggungjawab terhadap kelas meremehkan dan tidak mau membersihkan. Ah, saya jadi tertawa mengingatnya, karena kami beradu mulut sampai kejar-kejaran bawa sapu. Untungnya tidak sampai 'baku hantam' ๐Ÿ˜ Saat SD pun saya sering tampil menari tarian Bali. Ya, karena saya suka menari. Tidak hanya tarian Bali, namun masa itu saya memang kursus untuk tarian Bali. Lomba lari pun saya ikuti di Porseni, sampai lomba asramatika dan cerdas cermat dokter kecil. Belum lagi dengan kegiatan Pramuka bersama teman-teman yang keseruannya itu kadang masih teringat.

     Beranjak ABG (istilah anak menginjak remaja), masuk ke SMP yang saat itu favorit di kota, saya mulai memilih sendiri apa yang saya mau ikuti. Termasuk mengikuti ekskul Bola Basket. Dan dari ekskul ini saya dan teman-teman sering mengikuti kejuaraan antar sekolah. Meskipun jaman dahulu 'event' belum terlalu banyak seperti saat ini. Oya, saat SMP saya dan teman-teman pernah mengundang artis 'KAHITNA' diacara pentas seni sekolah ☺ Dan, sebab mengurus acara besar itu, rangking kelas saya terjun bebas ๐Ÿ˜† tapi mengurus uang yang begitu banyak (karena saya menjadi bendahara) itu jadi pengalaman buat saya. Kalau kisah 'cinta monyet' kala itu, hmm, pernah merobek surat dari seseorang teman dan lalu bermusuhan. Jika ingat itu, saya jadi malu sendiri ๐Ÿคญ 

     Di SMA? Wah, ini biasanya yang paling banyak dikenang oleh para remaja. Jenjang SMA banyak dibilang orang kisah terindah. Ya meskipun belum tentu bagi semua orang ๐Ÿ˜‰ Yang masih jelas teringat, saat harus 'mengendap-endap' keluar sekolah 2 jam sebelum pelajaran berakhir karena harus mengikuti pertandingan bola basket. Dan ini sepengetahuan guru olahraga dan BK, namun tidak oleh kepala sekolah (maafkan kami, Bapak๐Ÿ™). Mengapa? Ya, karena di sekolah saya cukup ketat untuk pelajaran. Kepala sekolah tidak terlalu suka dengan anak murid yang berkegiatan disaat jam sekolah. Tapi syukurnya, saya dan teman-teman tetap mempersembahkan juara, sehingga saat upacara hari Senin pagi kami diumumkan, kami bisa berbangga hati dan kasih senyum manis ke kepala sekolah. Saat SMA pun saya pernah kena hukuman 'strap' hanya karena ikut rapat OSIS dijam pelajaran seorang guru yang lumayan tidak suka jika siswa berkegiatan dijam belajar khusus pelajarannya. Bermusuhan dengan teman sekelas saat di kelas 2 yang duduk didepan saya pun jadi kisah yang suka bikin saya geli. Hanya karena surat pernyataan menyukai, yang membuat saya jadi salah tingkah dan akhirnya jauh-jauhan ๐Ÿ˜† Namun saat hendak kelulusan akhirnya berteman kembali, karena saya satu kelas bimbingan, dan harus duduk bersebelahan dengannya. Dan diakhir-akhir kelulusan, saya ikut TC Basket bersama beberapa teman mewakili untuk Popwil Manado, namun karena harus ikut UMPTN, akhirnya digantikan dengan teman yang lain. 

     Kisah masa sekolah saya masih banyak lagi, dan semua itu adalah kenangan yang tidak pernah terulang, walaupun sedikit terlupa karena ingatan yang kadang menurun ☺ Kisah yang berkesan, dengan orang-orang yang berkesan, dan di tempat yang berkesan pula, semua punya kenangan masimg-masing. Jika bisa diulang mau melakukan apa? Ah, saya cuma mau ubah nilai NEM saya jadi 100 ๐Ÿคฃ Selamat berkarya dan menghargai kisah sekolahmu, kawan ๐Ÿฅฐ


๐Ÿ’• LidyaIvanaAramintha a.k.a Chia a.k.a diriku ๐Ÿคฃ








#tantangan1day4 
#onedayonewrite 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar 
#TemaKisahMasaSekolah

Rabu, 08 Juli 2020

Si Sulung, Si Pertama, Si Awal

     Si sulung, si pertama, si awal. Ialah anak yang tentu saja paling diharap, dan dinantikan pasangan yang baru menikah. Anak pertama merupakan kebahagiaan bagi sepasang suami istri, karena saat anak pertama lahir ini, bagi mereka dunia menjadi lebih 'berwarna'.  Dan tentu saja, ini pun saya rasakan saat hadirnya anak pertama, yang juga disebut si sulung. Betapa bahagianya kami berdua saat si sulung lahir dengan selamat dan sehat ๐Ÿฅฐ

     Proses kelahiran si sulung ini sangat menegangkan bagi saya. Iya, jelas karena ini kelahiran pertama, dan tentu saja kami ingin semua berjalan lancar dan sehat sempurna. Selama 6 hari harus menginap di Rumah Sakit karena rentang pembukaan jalan labir yang lambat ๐Ÿค— selama 3 hari saya menahan sakit yang datangnya setiap beberapa menit. Di hari keempat baru tanda pembukaan meningkat, dan akhirnya melalui proses induksi infus (yang ternyata lebih tidak enak karena harus menahan sakit hampir 5 jam) menjelang magrib lahirlah si sulung itu ๐Ÿ˜

     Tentu tidak bisa dihitung betapa senangnya, dan bahagianya kami. Memberi nama sesuai keinginan saya dengan arti yang bagi kami sangat baik dan diharapkan selalu baik. Dan sekarang si sulung sudah beranjak remaja. Saya dan dia adalah partner dalam segala hal, termasuk berdebat dan bertengkar. ๐Ÿ˜ Si sulung saat ini pun sudah mempunyai 2 adik (1 laki-laki dan 1 perempuan). Dan makin ramailah keluarga kecil kami, Alhamdulillah Barakallah.

     Saya anak sulung, dan saya akhirnya paham bahwa menjadi anak sulung itu tidak semudah yang dibayangkan. Saya dan anak sulung saya mempunyai beberapa karakter yang sama, sehingga kadang ini yang membuat kami suka terlibat debat. Saya kadang merasa sangat salah karena sejak kecil waktu saya terbagi antara mengurusnya dan tuntutan pekerjaan. Alhamdulillah saya mempunyai mama yang 'support' dan super sabar ๐Ÿฅฐ Mama sangat berpengaruh dalam proses berkembangnya si sulung semenjak saya mulai bekerja kembali setelah melewati cuti melahirkan. Apalagi semenjak kelahiran anak kedua yang berjarak 2 tahun, makin saya terbagi perhatian.

     Namun Alhamdulillah beranjak usianya ke 9 tahun, saya berhenti dari pekerjaan yang sejak sebelum menikah saya lakoni. Dan saat itu, si sulung pun sudah memiliki adik lagi ๐Ÿ˜Š Si sulung ini pada dasarnya orangnya ceria, aktif dan ringan tangan dalam membantu orang lain. Dahulu saat berumur 3 tahun, dia masih susah komunikasi karena bahasanya yang tidak jelas, sehingga harus saya masukkan ke 'playgroup' untuk sosialisasi lebih banyak dengan teman-teman lain. Sekarang dia tumbuh beranjak jadi remaja ABG, sudah mulai bisa berdebat dan berargumen, dan ini tantangan besar buat saya untuk mendidik dan menjaganya.

     Doa dan harapan terbaik dan paling baik selalu saya mohonkan kepada Allah SWT, untuk selalu melindungi dan menjaganya, si anak sulung yang bahunya tangguh, ringan tangan membantu, terkadang keras kepala, dan yang kadang harus mau berbagi dengan adik-adiknya sampai kadang jadi sasaran kepenatan ibunya. Masya Allah, bagaimanapun dia, anak sulungku itu cinta pertama dikeluarga kami, semoga menjadi anak sholehah selalu dan wanita yang tangguh dengan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT ๐Ÿฅฐ



#tantangan1day3
#onedayonewrite
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar
#TemaSulungku
     






Selasa, 07 Juli 2020

Makanan favorit keluarga, si 'Rica Cakalang Fufu'

     Menuliskan nama makanannya saja, saya sudah seperti membayangkan ada didepan muka dan tinggal dimakan ๐Ÿ˜„ Iya, saya menyebutnya Rica Cakalang Fufu. Dan itu juga karena mama kesayangan yang memberitahu saya sejak awal makanan ini dikenalkan kepada saya dan akhirnya seluruh keluarga, termasuk sekarang suami dan anak-anak.

     Cakalang itu sejenis ikan Tuna, di Manado disebutlah itu Cakalang. Ada yang bilang itu memang bukan Tuna, tapi sebagian bilang itu Tuna dalam bahasa Manado. Entahlah, saya pun tidak terlalu mempersoalkan ๐Ÿ˜‰ Karena masakan ini pun bisa diganti dengan ikan tongkol jika cuma ketemu itu. Yang unik ialah ikan ini di 'fufu' atau diasap. Jadi aromanya semakin menggoda dan rasanya pun beda ☺ Ada yang membuat makanan ini dengan ikan yang tidak diasap, tetapi kami sekeluarga lebih senang dan suka dengan si 'cakalang fufu' ๐Ÿฅฐ

     Disebut rica karena pastilah dimasak dengan tambahan lombok dan cabe merah, tentu saja tingkat selera rasa pedas kita sesuaikan. Biasanya saya akan buat tidak terlalu pedas, karena anak-anak akan ikut makan dan mereka suka ๐Ÿ˜ Makanan ini sederhana sekali, bahkan bisa dibilang karena teksturnya yang disuwir kecil-kecil sehingga mirip abon kasar. 

     Makanan ini selain di saat tertentu dimasak, juga selalu disediakan saat bulan puasa. Dahulu, waktu saya KKN jaman kuliah, bahkan saya bawa satu toples besar ๐Ÿ˜† Cakalang fufu dikota saya ini, saya beli dari teman mama yang kadang-kadang suka membuat. Jika kepepet ingin bikin, maka tuna atau tongkol tanpa diasap pun jadi ๐Ÿ˜‰ Nasi putih ditambah rica cakalang fufu saja nikmatnya sudah Masya Allah ๐Ÿ˜ bikin timbangan badan meronta-ronta. Apalagi jika yang membuat mama saya, itu rasanya tidak ada yang lawan ๐Ÿฅฐ Walaupun saya juga membuat, bagi saya tetap ada beda rasanya, tapi anak-anak tetap suka. 

      Jika membuat makanan ini, tidak bisa hanya sedikit, karena membuatnya lumayan memakan waktu, habisnya bisa dalam sekejab ๐Ÿ˜… Terkadang, makanan sederhana pun bisa jadi favorit, apalagi jika membuatnya dengan rasa senang dan sayang ☺ 



^salam dari timbangan ๐Ÿคญ^


#tantangan1day2
#temamasakan 
#onedayonewrite 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar    




     




Senin, 06 Juli 2020

Rumbel Menulis, Wadah Menulis


     Jika beberapa tulisan sebelumnya mengenai kegiatan matrikulasi Ibu Profesional, sekarang di Komunitas Ibu Profesional sendiri juga banyak kegiatan bermanfaat. Seperti kali ini di regional saya baru dibentuk namanya Rumbel Menulis. Rumbel sendiri ialah Rumah Belajar. Dan begitu Rumbel Menulis ini dibentuk, saya semangat mencoba ikut ke dalamnya.

     Mengapa memilih ikut rumbel menulis ini? Menulis termasuk hobi saya, walaupun pada kenyataannya belum ada hasil dari hobi menulis ini ๐Ÿคญ Karena sejauh ini saya baru berani menulis di media sosial dan blog. Dan ini pun bukan seperti penulis-penulis yang sudah hebat lainnya. Menulis merupakan salah satu cara saya menuangkan apa yang ada dipikiran saya mengenai sesuatu hal, entah dari yang saya rasakan, saya lihat, saya dengar, maupun saya sedang alami. Menulis seperti memberikan kelegaan bagi hati dan pikiran saya, dan kalau sudah seperti ini kadang buku harian bisa jadi alternatifnya ๐Ÿ˜Š

     Kadang jika saya sedang 'mood' menulis, saya bisa menulis di media sosial. Apa saja yang mau dan bisa saya tulis, namun dengan bahasa yang ringan. Tentang apa saja. Pernah di satu kelas pengembangan memanfaatkan salah satu media sosial, 30 hari saya harus menulis dengan 2 kata kunci wajib ada didalamnya, dan tentu saja ini mengarang bebas yang juga sedikit sulit untuk menggabungkan dua kata yang berbeda menjadi satu tulisan yang baik dan enak dibaca. Lalu saya pernah ikuti kelas menulis cerita, dan ini benar-benar menambah ilmu saya bahwa menulis ini memang sebenarnya simpel, namun jika ingin dikembangkan tentu ada hal-hal yang perlu dikembangkan. Mengikuti satu grup komunitas di media sosial pun saya coba, dan beberapa kali mencoba menyumbangkan tulisan receh saya ๐Ÿ˜Š

     Dan sekarang dengan mengikuti rumbel menulis di komunitas Ibu Profesional ini, saya berharap bisa menjadi wadah bagi saya untuk dapat berdiskusi dan menambah ilmu dalam hal menulis, bahkan mungkin tidak menutup kemungkinan bisa membuat karya yang lebih dari sekedar tulisan di media sosial maupun blog. Saya ingin dapat membuat tulisan yang lebih baik, lebih bagus dan 'berisi'. Semoga di rumbel menulis ini, bisa membuat saya lebih semangat dan lebih tahu bagaimana cara 'menulis' dengan baik ๐Ÿค—





#tantangan1day1
#onedayonewrite 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...