Sabtu, 17 Juli 2021

A Perfect Fit: Find Your Fit

 

Netflix menayangkan film terbaru di tanggal 15 Juli 2021 kemarin. Film ini sudah masuk di daftar tunggu alias playlist-ku beberapa waktu sebelumnya, saat trailernya sudah muncul di platform Netflix.


Film ini bergenre komedi romantis. Tapi sebenarnya menurutku (disclaimer), sisi komedinya tidak terlalu banyak terlihat, lebih banyak menampilkan keromantisan. 


A Perfect Fit, judul yang cukup menarik. Skenario yang ditulis oleh Garin Nugroho ini disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu dengan durasi pemutaran sekitar 112 menit. 


Pemerannya bisa dibilang pas dan menjiwai dengan tokoh ceritanya yang ditampilkan. Mereka antara lain Nadya Arina sebagai Saski, Refal Hady sebagai Rio, Giorgino Abraham sebagai Deni dan Laura Theux sebagai Andra. Pemain senior pun turut serta seperti Christine Hakim, Ayu Laksmi, Mathias Muchus, Unique Priscilla, dan Karina Suwandi.



Pertemuan Tak Terencana

Cerita dimulai dari seorang gadis cantik yang merupakan fashion blogger bernama Saski bertemu dengan seorang peramal. Pertemuan dengan sang peramal membawa Saski bertemu dengan rentetan kejadian yang tidak disangka dan mengubah hidupnya.


Saski bertemu dengan Rio, seorang pengrajin sepatu yang tokonya didatangi oleh Saski dan Andra, sahabatnya. Rio pun ternyata seperti terpesona oleh Saski, seperti merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.


Namun pada kenyataannya saat itu, Saski telah bertunangan dengan Rio, seorang anak pengusaha kaya raya di Bali yang berencana akan segera menikah. Bisa dibilang, Saski semacam dijodohkan dengan Rio karena keluarga Rio yang banyak membantu biaya pengobatan ibu Saski.


Pertemuan pertama Saski dengan Rio saat mencari sepatu yang pas untuknya membawanya pada pertemuan-pertemuan berikutnya. 



Mencari Kebahagiaan Diri

Saski merasa nyaman mengenal Rio. Rio mampu membuatnya mengenal sisi dunia yang lain dari dirinya. Yang tidak didapat Saski dari seorang Deni, tunangannya yang arogan dan keras hati.


Saski memiliki perasaan kepada Rio, namun dia sadar bahwa dia sudah bersama Deni. Rio pun merasakan hal yang sama, bahkan sejak awal melihat Saski. 


Rio seorang pengrajin sepatu yang gigih. Ia merasa yakin dengan Saski, namun lagi-lagi kenyataan ada Deni menjadi penghalang, ditambah lagi ibunya berniat menjodohkannya dengan anak sahabatnya.


Hari-hari Saski terasa berbeda bersama Rio yang penuh kelembutan dan santun kepada wanita. Dia membuka mata Saski untuk melihat bahwa dunia ini indah dan jangan menyerah pada keadaan. 


Sementara itu, rencana pernikahan Saski dan Deni pun dalam persiapan. Tak disangka, ada hambatan menyangkut adat istiadat di Bali yang menyangkut hubungan dan pernikahan Saski dan Deni. 


Belum lagi ditambah masalah Deni yang ketahuan bermain dengan perempuan lain di hotel miliknya dan berbuntut pada pertengkaran dengan sang ayah yang akhirnya tahu tingkah laku Deni yang bersedia menikahi Saski karena harta keluarga. Sehingga ayahnya pun marah hebat, dan menyerahkan aset perusahaan kepada adik Deni. Ayahnya pun membatalkan pernikahan Saski dan Deni.


Rencana acara pernikahan Rio dan anak sahabat ibunya Rio pun batal, karena ketidaksiapan hati Rio untuk berpaling dari Saski yang sangat dicintainya. 


Alam seperti berpihak kepada Saski dan Rio, sehingga akhirnya mereka pun bisa bersama. Berjodoh. Bersatu. Akhir yang bahagia untuk dua orang insan yang telah menemukan jodoh yang pas untuk masing-masing.



Keindahan dan Adat Bali

Cerita ini mengambil setting atau latar Bali. Terpampang sebagian budaya Bali juga adat yang masih kental dilakukan masyarakat Bali.


Seperti ditampilkannya budaya saat akan ada upacara adat di Bali, lalu permainan adat Bali, sampai pada adat istiadat untuk  menentukan jodoh dari perhitungan tanggal lahir kedua calon dan juga tradisi membersihkan diri.


Keindahan alam Bali pun disajikan walau hanya sedikit, termasuk daerah di suatu desa dan juga pantai.


Sempat ada ditampilkan acara adat Mapacci dari Makassar, yang merupakan acara untuk mensucikan diri calon mempelai.



Film Romantis nan Puitis

Kenapa aku bilang begitu? Karena menurutku memang ada kalimat-kalimat yang cukup puitis yang diucapkan. Penasaran? Ditonton aja nanti 😊.


A Perfect Fit. Menemukan yang sempurna untuk hidup yang bahagia. Mungkin bukan sempurna lebih tepatnya, tetapi yang 'Pas', yang 'Cocok'. Meskipun untuk mendapatkannya, perlu jalan berliku dahulu dan keyakinan.


Seperti dongeng, tapi bisa jadi memang ada kejadian seperti di film ini 🥰.


Film ini bisa jadi playlist weekend ini, loh. Saksikan di platform Netflix ya!





#reviewfilmchindis

#tulisanchindis

#KLIP

#Julike16


Minggu, 11 Juli 2021

Tahun Ajaran Baru saat Pandemi





Akhirnya tanggal 12 Juli 2021 besok anak-anak sekolah memasuki tahun ajaran baru 2021/2022. Dan ini adalah tahun ajaran kedua di masa pandemi Covid-19. 


Beberapa minggu sebelumnya, banyak berita yang muncul tentang wacana adanya pembelajaran PTM atau kepanjangan Pertemuan Tatap Muka. Informasinya dikarenakan grafik angka orang yang terpapar sudah mulai turun. Kemudian vaksin pun sudah banyak dilakukan dan diberikan kepada para guru. 


Yang aku tahu lagi, ada beberapa sekolah yang ditunjuk untuk mengadakan pembelajaran offline alias tatap muka ini. Tentunya berdasarkan kesiapan dari sekolah dalam menunjang dan menjaga prosedur protokol kesehatan dalam lingkungan sekolah selama pandemi.


Grafik Terpapar Kembali Meningkat


Tiba-tiba saja, entah mengapa, mendekati menyambut tahun ajaran baru, jumlah angka orang yang terpapar meningkat. Jika disimak dari berita-berita, lonjakannya cukup lumayan, sampai-sampai di kotaku ini juga menerapkan PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat darurat dan diperketat. Apakah karena libur sekolah banyak yang berlibur ke luar daerah sehingga saat kembali ada kemungkinan terpapar? Ataukah memang protokol kesehatan yang longgar bahkan ada yang abai?


Walhasil, pembelajaran dengan pertemuan tatap muka pun ditunda sampai batas waktu yang belum diketahui, walaupun surat edaran PPKM tertulis sampai tanggal 20 Juli 2021 ini.


Pasti ada yang pro dan ada yang kontra dengan penundaan PTM anak-anak sekolah. Terus terang, walaupun tidak ada penerapan PPKM itu pun, aku sejauh ini masih memilih pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online atau istilah saat ini juga disebut PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh.


Mengapa? Karena aku belum berani mengambil resiko dengan melepas anak-anak melakukan PTM di sekolah.  


Ada yang bilang, mall saja dibuka, tempat hiburan dibuka. Kenapa sekolah belum dibuka?


Bentar, kalau ke mall atau tempat hiburan, sejatinya anak-anak pasti sama orang tuanya. Dan jika Qadarullah terpapar, orang tua yang akan lebih responsible dengan hal ini. Karena jelas tahu, bahwa anak bersama orang tua. Yang pergi tanpa orang tua? Nah, itu kembali kepada keluarga masing-masing bagaimana menerapkan situasi dan kondisi anak keluar rumah dalam masa pandemi ini. 


Lalu kalau di sekolah bagaimana? Setahuku, begitu anak masuk ke gerbang sekolah, guru-guru yang akan menjadi orang tua kedua mereka selama jam pelajaran sekolah, yang artinya guru-guru yang akan mengawasi mereka. Bagaimana jika mereka terpapar di sekolah? Apakah orang tua sudah siap dan yakin tidak membawa-bawa guru dan siswa lainnya? Semoga saja tidak, ya. Tapi mungkin tidak semua orang tua yang diam saja.


Ya ini hanya seandainya dan menurutku saja. Bisa jadi berbeda pemikiran dengan orang lain.



Pembelajaran Jarak Jauh Kembali


Kembali pada hal pembelajaran secara online atau PJJ ini. Sekali lagi, bukan cuma anak-anak, orang tua pun sebenarnya ingin sekolah kembali normal. Belajar seperti biasa di dalam ruangan kelas bersama teman-temannya dan para guru. Bisa berinteraksi dan berkegiatan bersama. Orang tua pun, seperti diriku, selama anak-anak berada di sekolah tentunya akan bisa melakukan aktivitas seperti biasa.


Namun adanya pandemi yang mengharuskan untuk belajar dari rumah, menyebabkan kegiatan orang tua pun seakan bertambah dengan membersamai anak-anak belajar pelajaran sekolah. Ini bukan perkara mudah bagi anak dengan kondisi kedua orang tua yang bekerja. 


Belum lagi penggunaan gadget seperti handphone, laptop, atau komputer yang akhirnya menjadi sesuatu alat wajib saat pembelajaran jarak jauh. Gadget pun juga butuh kuota menjalankan sambungan internet. Dan, ini butuh pengawasan extra dari orang tua dalam penggunaannya, agar tidak kecolongan dipergunakan untuk hal lain di luar pelajaran sekolah.


Menyiapkan Diri di Tahun Ajaran Baru


Menyambut tahun ajaran baru saat ini, kurang lebih seperti tahun ajaran baru di tahun lalu. Tentunya aku menyiapkan diri dengan mengatur kembali jadwal aktivitas pekerjaanku. Apalagi saat ini aku ketambahan satu anak, yaitu anak ketiga yang memasuki bangku sekolah dasar, disaat aku juga harus mendampingi anak tertua masuk ke jenjang SMP.


Buku-buku tulis jelas sudah disiapkan, tinggal menunggu buku-buku paket untuk pembelajaran nanti. Akun Google sudah disiapkan untuk menunjang belajar online  dengan menggunakan aplikasi seperti Google Meet, Google Classroom.


Google Meet digunakan saat melakukan pertemuan tatap muka secara virtual, selain aplikasi Zoom Meeting. Lalu Google Classroom digunakan sebagai media pemberian materi dan penyetoran tugas sekolah.


Kuota internet tentunya tak lupa disiapkan agar pembelajaran online ini bisa lancar dilakukan. Aku tidak tahu apakah Diknas masih memberikan kuota pendidikan lagi atau tidak di tahun ajaran baru ini seperti tahun ajaran sebelumnya. Jika masih, bersyukur masih diberikan bantuan. Jika tidak, ya artinya aku mesti menyisihkan dana untuk ini.


Sejenak berpikir, bagaimana dengan orang yang belum ada rezeki untuk memiliki gadget seperti smartphone atau laptop, bahkan juga harus membeli kuota internet. Semoga saja, ada kemudahan, dan aku yakin pasti para guru punya cara terbaiknya.


Apa cuma menyiapkan buku, gadget beserta aplikasinya dan kuota untuk menghadapi pembelajaran jarak jauh? 


Masih ada lagi yang harus disiapkan menurutku 😎.


Persiapan Secara Mental


Bagi anak-anak, tentunya kita memberikan pengertian akan situasi dan kondisi pandemi saat ini yang menyebabkan mereka harus sekolah online. Menyiapkan diri anak-anak agar tetap semangat dan tetap disiplin belajar walaupun di rumah. 


Sementara bagi kita orang tua, bagiku juga tentunya, mempersiapkan diri untuk membersamai anak-anak sekolah di rumah itu yang sangat penting. Menyiapkan diri untuk membersamai mereka di waktu belajar online. Stok sabar dan pengertian pastinya harus ditambah 😊. 


Tak jarang aku mendengar orang tua, khususnya para ibu-ibu sepertiku, yang sebagian besar banyak menemani anak belajar di rumah itu stress. Stress karena harus ikut membersamai bahkan jadi ikut belajar pelajaran sekolah demi menjadi kepanjangan tangan guru mengajari anak-anaknya. 


Di awal-awal pandemi, jujur aku juga mengalami stress. Mengomel, kesal bahkan marah tak luput aku lakukan 😎. Tingkat kesabaran memang sangat diuji. Tapi, lambat laun aku mencoba mengikuti alur belajar mereka. Apalagi aku memang belum berani memilih PTM.


Jadi saat ini, berdamai dengan diri sendiri untuk membersamai anak-anak dalam proses belajar online mereka. Apakah nanti akan ada emosi, kesal atau marah? Hehe… ya semoga saja bisa berkurang atau bahkan berganti dengan meningkatnya pengertian dan kesabaran. 


Menyiapkan diri untuk membersamai anak belajar ini juga termasuk dalam mengontrol dan membatasi penggunaan gadget yang kita ketahui pastinya ada radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan.


Tegas dalam penggunaannya walaupun sesekali selepas belajar, boleh menggunakannya untuk kesenangan atau hobi mereka (biasanya aku di saat weekend, walaupun kadang sesekali mereka suka meminjam milikku dengan durasi singkat di waktu senggang selepas belajar).


Sesekali menyenangkan anak dengan cemilan atau makanan ringan setelah belajar bisa mengobati kerinduan mereka saat jajan di kantin sekolah atau makan makanan bekal.


Berdoa agar Pandemi Berlalu


Banyak-banyak bersyukur akan rezeki kesehatan dan waktu yang banyak bersama anak, bisa dilakukan agar tidak menjadi beban untuk terus mengeluh 🥰. 


Bagaimanapun itu, sekali lagi, menyambut tahun ajaran baru saat pandemi ini memang butuh energi yang baru. Butuh kesiapan anak dan orang tua agar bisa bersinergi dengan para guru di sekolah dalam proses belajar mengajar.


Semoga saja pandemi ini segera berlalu dan sekolah kembali normal tanpa harus was-was untuk mengadakan kembali proses belajar dan mengajar dengan pertemuan tatap muka. Anak-anak akan memperoleh kembali salah satu mood booster-nya bertemu dan berinteraksi langsung dengan teman-teman dan guru-guru pengajarnya.


Semangat dan siap untuk PJJ di tahun ajaran baru ini! 💪






#TemaTantanganMenulis 

#KelasLiterasiIbuProfesional #KelasLiterasiIbuProfesional2021

#ibuprofesional2021

#ibuprofesionalforindonesia

#semestakaryauntukindonesia

#KLIP

#Julike11

Sabtu, 03 Juli 2021

Ali & Ratu-Ratu Queens: Sebuah Film tentang Rindu Anak kepada Ibu

 

Film baru lagi kini tayang di platform untuk menonton film Netflix di 17 Juni 2021 kemarin. Konon katanya film ini seharusnya ditayangkan di tahun 2020 lalu, namun karena adanya pandemi sehingga baru bisa rilis saat ini. Judulnya Ali dan Ratu-ratu Queens. 


Sejak melihat trailernya beberapa waktu sebelum resmi tayang, aku merasa film ini bakalan keren dan menjadi salah satu daftar film yang bagus untuk ditonton.



Seputar Film dan Pemeran

Ali & Ratu Ratu Queens merupakan sebuah film bergenre drama komedi yang disutradarai oleh Lucky Kuswandi dan ditulis oleh Gina S. Noer. Film yang diproduksi oleh Palari Films ini mengambil latar tempat di kota Queens, New York dan kota Jakarta.


Para pemeran pada film tersebut antara lain menampilkan Iqbaal Ramadhan sebagai Ali, sang tokoh utama. Marissa Anita didaulat menjadi tokoh sang Ibu, Mia. Lalu ada Ibnu Jamil sebagai Ayah Ali. 


Kemudian ada Nirina Zubir sebagai tante Party, Asri Welas sebagai tante Biyah, Tika Panggabean sebagai tante Ance, dan Happy Salma sebagai tante Chinta. Aurora Ribero pun turut serta menjadi anak dari tante Ance bernama Eva. 


Ada pula pemeran pendukung lainnya seperti Cut Mini Theo sebagai Suci, tantenya Ali dan Bayu Skak yang menjadi Zulkifli, sepupu Ali.



Kerinduan Ali akan Sang Ibu

Ali ditinggal Mia, ibunya, semenjak kecil ke New York demi mengejar impiannya. Sampai remaja Ali tinggal bersama ayahnya yang ketika hendak melanjutkan kuliah, Ali harus menerima kenyataan bahwa sang ayah pun meninggalkan dirinya untuk selamanya.


Ali merindukan sosok ibunya. Dan tanpa sengaja Ali menemukan kumpulan surat dan tiket yang dahulu pernah dikirimkan ibunya untuk Ali dan ayahnya menyusul ke New York. Namun karena sang ayah sepertinya sudah kecewa terhadap istrinya yang bersikeras tidak mau pulang ke Indonesia, maka sang ayah tak pernah memberitahu Ali tentang semua itu.


Walaupun tante dan keluarganya sempat tidak menyetujui keputusan Ali untuk pergi keluar negeri, namun Ali yang begitu amat sangat merindukan Mia, akhirnya memaksa untuk pergi ke New York untuk mencari sang ibu.


Disini, aku merasa sedih, sebegitu adakah sang ibu yang tidak berusaha mencari dan menghubungi anaknya selama inikah? 



Pencarian Ali ke Luar Negeri

Ali terbang ke New York. Berbekal sebuah alamat Mia pada kartu pos, Ali pun mencari tempat tinggal sang ibu. 


Suguhan kota New York sebagai latar belakang kisah ini membuat kita serasa juga berada disana 😍. 


Modal kerinduan dan tekad bertemu dengan Mia yang sudah sekian tahun tak pernah bertemu, bahkan walaupun hanya melewati jaringan internet atau telepon. Uang hasil mengontrakkan rumah Ali dan keluarganya itu pun menjadi bekalnya berjumpa Mia.



Ali dan Ratu-ratu Queens

Alamat Mia akhirnya didatangi oleh Ali. Finally, Ali tiba di Queens. Namun saat tiba di sebuah tempat tinggal, seperti sebuah apartemen, Ali tak bertemu dengan Mia.


Ali bertemu dengan empat orang wanita di Queens. Mereka adalah tante Party, tante Ance, tante Biyah dan tante Chinta. Yap, mereka orang-orang yang menempati tempat tinggal yang alamatnya dicari oleh Ali. Mia sudah tidak lagi tinggal disitu.


Duh, kaget dan kecewa pastinya Ali.


Tante Party adalah orang yang mengenal Mia sejak kedatangannya dahulu. Dialah yang memberitahu Ali bahwa ibunya tak lagi tinggal bersamanya dan ia tidak tahu kemana perginya Mia.


Para Tante yang Unik

Tante Party disini bisa dibilang pekerja keras diantara tiga orang wanita-wanita lainnya, yang bekerja sebagai tenaga kebersihan. Tante Ance, seorang wanita yang sudah memiliki anak bernama Eva, namun tak tinggal bersamanya, ia semacam seorang trader or agen rahasia, yang memiliki sifat lebih temperamental dari lainnya.


Lalu ada tante Chinta yang profesinya bisa dibilang seperti tukang massage keliling yang berpenampilan macam gipsy menurutku, feminim dan girly. Dan tante Biyah, yang paling nyeleneh dan nyentrik, yang belum jelas apa pekerjaannya.


Yang menarik, keempat wanita ini, para tante-tante ini, dikisahkan sangat solid, saling menyayangi dan sudah seperti sebuah keluarga yang saling mendukung satu sama lain.


Mereka berencana membuat sebuah resto, namun masih terkendala kekurangan biaya sewa tempat untuk resto impian mereka.


Ali yang mencari tempat tinggal pun akhirnya ditawari untuk tinggal bersama mereka dengan syarat membayar biaya sewa dan makan. Yaa… ketimbang harus menginap di hotel di kota New York ini, yang biayanya sangat mahal untuk semalam saja. Dan Ali pun menyetujui, apalagi para tante berjanji akan membantu Ali mencari Mia, ibunya.



Kejadian Tak Terduga

Suatu hari akhirnya tante Party menemukan alamat Mia. Dan tentu saja Ali sangat bersemangat untuk bertemu dengan ibunya, sampai meluangkan waktu untuk memasak rendang, yang kata ayahnya dahulu adalah makanan kesukaan ibunya.


Mia tinggal di sebuah kompleks perumahan mahal. Ali mengetuk rumahnya dan tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun, yang mengira ibunya memesan makanan. Ibunya pun datang menemui Ali sesaat setelah sang anak lelaki kecil masuk kembali.


Betapa ekspresi Ali saat melihat wajah Mia. Begitu senang dia melihat wajah ibunya sehingga terucap kata "Mama" pada Mia. Mia terkejut. Seperti tersadar dari alam mimpi.


Mia tak sanggup. Ia mengembalikan kotak makanan berisi rendang yang sebelumnya sudah dipegang dan lantas menutup pintu rumahnya. Meninggalkan Ali yang mematung di luar pintu rumah. Mia menangis, tak menyangka ada sosok Ali yang sudah remaja di depannya. Ali pun terkejut akan ekspresi sang ibu. Menangis. Sedih. Kecewa.


Pulang ke apartemen, disambut para tante yang ikut geram mendengar perlakuan Mia terhadap Ali. 


Ali merasa, ibunya mungkin kaget melihatnya. Ali tak ingin para tante mendatangi dan memarahi sang ibu. Ali masih memiliki kerinduan dengan sang ibu.


Akhirnya di lain hari, Ali kembali menemui sang ibu, yang berakhir dengan bertukar nomor ponsel untuk mengatur janji bertemu.



Keputusan Ali dan Sang Ibu

Ali dan Mia bertemu di sebuah cafe, seperti yang dijanjikan ibunya. Mereka pun berjalan-jalan di kota New York, saling bercerita dan pergi ke tempat dimana sang ibu awalnya bekerja sebagai pelayan bar di sebuah cafe. 


Cita-cita dan impian ibunya ternyata tak menjadi kenyataan. Kandas. Sampai akhirnya ibunya mempunyai keluarga baru dan mempunyai dua orang anak.


Ali merasa kecewa karena sang ibu memilih untuk tidak kembali ke Indonesia, namun malah bersama keluarga baru. Tapi, ini pilihan ibunya yang merasa tak pernah dimengerti oleh ayah Ali.


Ali ingin menjadi bagian dari keluarga baru Mia, namun Mia masih menyembunyikan status Ali. Ia tak ingin suami barunya tahu tentang masa lalunya, tentang Ali.


Di tengah semua masalahnya, Ali jatuh cinta pada Eva, anak perempuan satu-satunya Ance, yang berhasil membuat Ali menjadi lebih mengenal kota New York dan membuat Ali untuk tidak patah semangat.



Ending yang Haru

Sebenarnya ending-nya menurutku agak menggantung. Tapi secara sepintas terlihat bagaimana akhirnya Ali menemukan keluarga barunya bersama para tante di Queens, juga Eva.


Lalu diperlihatkan scene dimana Mia, sang ibu, ingin memberitahukan sesuatu kepada sang suami barunya.


Sampai disini, tak dilanjutkan lagi bagaimana akhirnya 😎.


Namun poinnya disini, biar bagaimanapun,  seorang ibu yang terpisah dengan anaknya sekian lama pastinya juga merindukannya. Walaupun pasti kita bertanya-tanya, mengapa ibunya lebih memilih meninggalkan anaknya demi mengejar impiannya. Pilihan hidup, ya.


Betapa seorang anak, walaupun sedih dan kecewa terhadap perlakukan ibunya, namun cinta dan saling merindu tidak akan pernah hilang dari hati.


Persahabatan dari empat tante-tante ini pun menambah hangatnya sebuah hubungan pertemanan yang ternyata masih ada di zaman sekarang ini. Saling membantu, bekerja sama, saling mendukung satu sama lain, walaupun masing-masing juga ada kekurangannya.



Film dan Lagu yang Bagus

Film ini memang layak ditonton. Bisa dimasukkan ke dalam daftar tontonan weekend bersama keluarga. 


Lagu yang dinyanyikan oleh Aurora Ribero berjudul "Never Look Back" menjadikan film ini tambah keren menurutku. Disini juga ada Iqbaal Ramadhan dan grup musiknya Svmmerdose yang juga mengisi dua buah lagu lain yang berjudul "Lost in Queens" dan "On My Own". Beberapa lagu apik lainnya juga mengisi alur film ini.


So, selamat menonton! 😍



Referensi:

Film Ali & Ratu-ratu Queens

Wikipedia



#reviewfilmchindis

#tulisanku

#KLIP

#Julike3

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...