Sabtu, 02 Oktober 2021

Pak Pos, Aku Menunggu Surat!

 


Pak Pos, Aku Menunggu Surat!



Ada bel rumah bunyi, bergegas keluar.

Ada yang teriak 'pos!', bergegas keluar.

Mau masuk rumah, lihat kotak surat dulu.

Mau jalan keluar, lihat kotak surat lagi.


Kalau ingat zaman sering menunggu kedatangan surat, rasanya kangen juga. Kangen dengar pak pos yang datang ke rumah dan dengan suara khas memanggil. 


Tidak cuma kangen menerima surat, kantor pos pun jadi saksi kedatanganku untuk berkirim surat. Angkatan 1980-1990 pasti sangat akrab dengan pak pos yang kehadirannya dinantikan untuk menyampaikan sepucuk surat atau kartu pos.


Hmm, jadi ingat lagu dari penyanyi Vina Panduwinata yang terkenal dengan lagu Surat Cinta. Potongan liriknya pasti banyak yang ingat.


Hari ini 'ku gembira

Melangkah di udara

Pak pos membawa berita

Dari yang kudamba


Sepucuk surat yang wangi

Warnanya pun merah hati

Bagai bingkisan pertama

Tak sabar kubuka


(Yang kangen, boleh deh putar lagunya di https://youtu.be/0Cw0DR15B48 )


Pak pos memang sepertinya profesi yang bukan cuma mengantarkan informasi dan berita dalam sepucuk surat, tapi sekaligus mengantarkan aura kebahagiaan dan kegembiraan bagi yang menerima. Yang menjadi si pak pos, aku yakin, saat itu kalau melihat binar mata gembira dan senyum mengembang dari penerima, pasti hatinya juga gembira 😊. 


***


Dahulu, awal mula merasakan berkirim dan berbalasan surat saat mengenal majalah Bobo waktu masih di bangku sekolah. Ada satu rubrik sahabat pena yang berisi biodata teman-teman pembaca majalah Bobo yang ingin mencari sahabat pena untuk berbagi cerita dan pengalaman masing-masing. Aku termasuk pembaca setia majalah yang pernah berkirim surat dan kartu pos dengan sahabat pena di rubrik itu, walau tak bertahan lama. 


Kemudian saat sekolah itu pun, aku punya teman dekat yang pindah ke luar kota. Kami pun sering berbalasan surat. Berbagi cerita tentang pengalaman dan hari-hari di sekolah masing-masing. Kadangkala juga berkirim foto. Kertas suratnya saja bisa warna-warni dan ada wanginya! 😁 Pak pos pasti paham banget ini hehe.


Duh, kalau ingat itu, sekarang ini rasanya antara malu, geli tapi juga menyenangkan. Karena itu jadi kenangan yang tak bisa dilupakan.


pic: google


Koleksi kertas surat dengan motif lucu-lucu lengkap serasi dengan amplopnya. Kadang kala sampai bertukar kertas surat saat berbalas-balasan surat. Lalu perangko-nya saja kadang dibuka dengan hati-hati dan beberapa disimpan, walaupun aku bukan seorang filatelis (pengumpul perangko).


Bukan cuma surat saja, kartu pos dan kartu ucapan lebaran kala itu masih jadi favorit. Kalau saat menyambut hari raya, pak pos itu seingatku akan lebih sering ke rumah, demi mengantar kartu pos bergambar dan kartu-kartu ucapan lebaran. Kalau pak pos tiba membawa beberapa amplop, aku yang paling suka menerima dan mengeceknya, apakah ada untukku atau untuk ayahku. 


Kotak surat di depan rumah saat itu masih terpakai sekali. Kalau kita sedang tidak di rumah dan ada kiriman surat, biasanya pak pos bakalan masukin surat ke kotak pos kami. Ini pun juga jadi tugasku, dan aku memang paling sering mengecek isi dari kotak surat itu. 


pic: private collection


***


Seingatku, aku masih berkirim surat sampai tahun 2000-an. Tapi saat sudah beranjak SMP, SMA dan kuliah, tentu saja sudah tidak lagi menggunakan kertas surat yang bermotif-motif. Kertas bergaris khusus untuk binder yang biasanya aku gunakan. Amplopnya saja kadang aku buat sendiri dari kertas folio berwarna putih polos 😊.


pic: google


Berkirim surat pun masih dengan teman-temanku yang berada di luar kota. Ada beberapa temanku memang yang bisa dibilang saat itu sering berbalasan surat denganku, termasuk teman spesial kala itu, ehem… Iya, teman dekat yang berada jauh dariku. Bahkan saat aku sudah memiliki handphone jadul yang sudah bisa berkirim pesan, surat-menyurat pun masih dilakukan. 


Ya, begitulah, zaman itu surat adalah pelepas rindu kala tak bertemu lama. Mungkin kalau dikumpulkan bisa jadi buku kenangan hehe. 


Mau telepon, harus izin dan sembunyi-sembunyi dari orang tua. Belum lagi kalau ada yang iseng nguping pembicaraan. Beda sekali dengan sekarang yang bisa menggunakan handphone yang tentu saja lebih privacy. Kalau mau ke wartel, duh, kudu kumpulin uang saku dulu pastinya. Tau kan, berapa biaya interlokal? 😁


Itu sebab, surat lebih murah walaupun menunggunya diterima dan menunggu balasan butuh waktu lebih. Indah banget, kan. Kalau sudah begitu, pak pos itulah orang yang paling dicari-cari. 


Sekarang surat elektronik sudah lebih menjamur dan meringankan tugas pak pos untuk mengantarkan surat. Mungkin setahun saja bisa dihitung dengan jari, yang mana kalau ada pun, justru mengantar paket pesanan dari online shop 😆. 


Zaman semakin berkembang. Semua memang lebih mempermudah kita dan surat fisik bukanlah zamannya lagi. 


So, yang pernah merasakan kehadiran pak pos mengantarkan surat, pastinya tahu bagaimana rasanya. Kemudian memegang selembar bahkan berlembar kertas dengan tulisan tangan yang berkisah apapun, mulai dari persahabatan sampai kisah cinta.


Jadikan saja kenangan yang tak terlupakan, kalau kala itu aku termasuk penggemar sejati pak pos dan surat-surat yang dibawakannya untukku 🥰. 







#KLIP2021

#Oktoberke2


Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...