Kamis, 30 April 2020

Aliran Rasa di IIP

Aliran rasa?


Ya, setelah melewati 3 misi awal dari matrikulasi IIP, sedikit akan saya sampaikan sebuah 'aliran rasa' dari mengikuti kegiatan matrikulasi komunitas ibu profesional.

Di catatan sebelumnya tertuang mengenai misi mencari dan menemukan 'Kerang Istimewa' dan juga mengenai aksi dalam membumikan CoC (Code of Conduct). Begitu banyak ilmu yang didapat melalui misi-misi yang diberikan pada IIP.

Sedikit berbagi bahwa saya menemukan Ibu Profesional ini melalui foto kegiatan teman di media sosial. Beberapa foto kegiatan yang dipajang olehnya, suatu hari membuat saya bertanya. Dan dari itulah saya mendengar dan mengetahui pertama kalinya Ibu Profesional. Dalam pikiran saya, betapa bagusnya komunitas ini, begitu banyak kegiatan dan ada pula sharing mengenai hal-hal seputar kehidupan ibu sehari-hari juga.

Dan ternyata untuk masuk ke IP ini bukan 'asal masuk', tetapi melalui beberapa tahapan. Singkat kata, saat pembukaan 'batch' baru, saya pun mendaftar. Dan memilih komponen apa saja yang ingin diikuti.

Sejauh ini apa yang saya dapat dari Ibu Profesional mulai dari awal mengikuti sudah membuat saya lebih terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan seputar dunia ibu, pendidikan anak, juga hal yang sedang 'happening' saat ini, lebih belajar menjadi ibu yang berdaya dan bahagia.

Kemudian melewati matrikulasi ini pun, menambah juga wawasan saya, seperti bagaimana belajar cara menjadi seorang ibu yang bermartabat, beradab baik dalam kehidupan sehari-hari dan berkomunitas. Masih akan ada banyak lagi kegiatan dan ilmu yang akan dipelajari, didapatkan dan insha Allah diaplikasikan secara nyata.

Bekal pertama, mutiara ibu profesional, dan kompas peradaban ialah 3 bekal yang akan selalu dibawa untuk penjelajahan menyelami 'samudra' komunitas. 

Semangat, berdaya, bermartabat, bahagia 🥰

Jumat, 24 April 2020

Ramadhan 2020 - 1441H 💕

Ramadhan di tahun 2020 ini atau 1441 H kali agak berbeda. Berbedanya menurut saya karena danya wabah pandemi covid19 yang sedang 'happening'. Apanya yang berbeda?

Hmm, Ramadhan ditengah situasi dan kondisi seperti ini, banyak mesjid yang tidak menyelenggarakan sholat fardhu bahkan tarawih berjamaah. Dan sepertinya tidak ada sahur bersama (ada ga ya?) atau buka puasa bersama alias beramai-ramai di mesjid atau ditempat-tempat makan. Pasar Ramadhan yang biasanya digelar setiap Ramadhan pun sepertinya terpaksa ditiadakan. 

Walaupun situasi 'agak' berbeda dari biasanya, semoga ibadah puasa kita tetap sama ya, bahkan bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. 😍

Anak-anak sekolah melaksanakan kegiatan Ramadhan pun dirumah 😊 Susunan kegiatan sudah sedemikian rupa disiapkan bunda yanda guru sekolah, dan telah dibagikan. Semoga tidak menyurutkan semangat ya 👌

Bismillah...
Semoga puasa dan ibadah kita tetap lancar, kegiatan mencari ilmu agama dan urusan sekolah juga lancar. Dan tentunya berdoa agar wabah ini segera berakhir, dan pulih sediakala. Aamiin.





Misi 3: Membumikan CoC

Setelah melewati misi ke-1 dan ke-2, sekarang di Matrikulasi Institut Ibu Profesional masuk pada misi ke-3, yaitu membumikan CoC.

Yap, CoC atau kepanjangannya adalah Code of Conduct. CoC ini merupakan pedoman perilaku bermartabat, yang mana isinya adalah beberapa aturan yang dibuat, dipahami dan menjadi komitmen bersama.

CoC bisa digunakan dimana saja, seperti pada komunitas. Tujuannya tentu saja untuk menjadi pedoman bagi semua ibu dan calon ibu untuk berperilaku bermartabat, dimana kita harus taat pada prosedur sehingga kegiatan dalam berkomunitas berjalan lancar. Sebab dengan CoC, diharapkan dapat mencegah adanya pelanggaran hukum, etika dan perilaku nista yang tidak boleh dilakukan di komunitas.

Semoga saya bisa mengikuti dan konsisten dalam membumikan CoC ini ❤️


Rabu, 15 April 2020

Misi 2 IIP : Menemukan mutiara didalam kerang istimewa

Misi ke-2 IIP pada matrikulasi kali ini ialah mengambil mutiara pada kerang istimewa 😍
Ya, setelah menemukan 'kerang istimewa' pada penjelajahan sebelumnya, maka kali ini saya harus berusaha 'membuka dan mengambil isinya, yaitu mutiara istimewa'.

Mengapa mutiara ini istimewa? Bagi saya, ini ialah kunci dasar (dalam materi foundation ibu profesional beberapa waktu lalu disebut sebagai prinsip dasar) dalam berkomunitas.


Setelah mencoba menerka apa isi dari teka-teki silang ini, sambil berdiskusi dengan ibu-ibu hebat lainnya di matrikulasi ini, juga me-review materi awal pada orientasi ibu profesional, maka didapatlah bahwa isi teka-teki kerang istimewa ini adalah hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam berkomunitas di Ibu Profesional. Namun hal ini pun seharusnya juga dapat diterapkan dikehidupan kita sehari-hari.



Jadi, dalam berkomunitas hendaknya kita menghindari atau tidak boleh melakukan hal seperti berikut:
1. Kritik yang tidak memberikan solusi atau terhadap pemerintah.
2. Bicara Ghibah maupun Fitnah.
3. Bicara yang menyinggung SARAT (Suku, Agama, Ras dan Anggota Tubuh).
4. Bicara Khilafiyah yang dapat menimbulkan perdebatan tak berujung karena perbedaan.
5. Melakukan konflik Kepentingan, yaitu kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Semoga saya, kita dan semua ibu-ibu hebat bisa selalu konsisten dan komitmen untuk berusaha melakukan prinsip dasar berkomunitas, dan menghindari/tidak melakukan apa yang 'tidak boleh' dilakukan saat berkomunitas, agar selalu tercipta suasana dan kondisi yang kondusif, positif dan bahagia.

Semoga saya semakin semangat mengikuti matrikulasi ini dengan bahagia ☺️💕


#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Rabu, 08 April 2020

Misi menemukan 'kerang istimewa'


Di matrikulasi Ibu Profesional ini ada beberapa orang hebat, ibu hebat yang menjadi widyaiswara. Ya, mereka yang telah lebih dahulu berkecimpung di IP dan memiliki banyak pengalaman dan ilmu untuk menjadi ibu yang lebih berdaya dan bahagia 😍 

Mendengar dan menyimak setiap penjelasan dan penuturan mereka di video itu menjadi semangat dan 'booster' bagi saya untuk 'yuk belajar' dan gali ilmu sebanyak-banyaknya agar kita dapat mengembangkan diri dan tentunya menjadi seorang ibu yang lebih baik dan bahagia.

Ini adalah bekal awal saya untuk mengikuti penjelajahan matrikulasi di Ibu Profesional 💕

Aku tahu IIP tempat yang benar, karena saya melihat begitu banyaknya hal-hal baru yang telah didapat oleh para ibu-ibu hebat yang sudah mengikuti matrikulasi terlebih dahulu. Mereka dapat mengikuti dan menambah ilmu dengan bahagia tanpa harus meninggalkan tugas utama sebagai seorang istri dan ibu di keluarga. 

Aku tahu IIP tempat yang baik, karena disini para ibu hebat mendapatkan banyak teman baik, hal baik juga pengalaman-pengalaman baik. Dan semua itu dilakukan dengan bahagia.

Aku tahu IIP tempat yang bermanfaat, karena dengan adanya komunitas hebat ini, mereka banyak sekali mendapatkan ilmu dan juga saling berdiskusi tentang banyak hal, saling berbagi informasi yang tentunya bermanfaat untuk kehidupan pribadi, keluarga juga disekeliling mereka.

Ragam kegiatan di IIP yang akan aku ikuti itu antara lain jelas sekali kelas online dan offline yang akan diadakan. Lalu tentu saja kelas Matrikulasi ini 😊 Banyak juga kuliah-kuliah whatsapp yang materinya pun beragam.

Rasanya sudah tidak sabar mengikuti setiap materi, misi dan penjelajahan di IIP ini. Semoga saya bisa konsisten dan lancar mengikuti, dengan bahagia 🤗☺️


#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Mini Project 'Garage Sale Buku Anak dan Edukasi'

Di salah satu materi IP itu ada mengenai aktifitas untuk melakukan kegiatan atau project yang dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan tentunya. Dan, disini kita diberikan suatu kesempatan untuk mencoba membuat satu mini project (proyek mini) yang sekiranya ingin kita buat suatu saat nanti (bisa juga yang mungkin benar-benar sedang ingin dilaksanakan 🤭)

Kali ini saya kepikir untuk buat semacam menyediakan buku (preloved) bagi anak-anak dan orangtua yang ingin memiliki buku dengan budget rendah. Tentunya juga menyediakan wadah bagi 'pemilik' banyak buku yang hendak menyalurkan buku-bukunya yang mungkin sudah terbaca, atau barangkali memang ingin menjadi donatur/penyumbang buku-buku baru 😍

Semoga saja bisa dikembangkan lagi.... 🙏👍💕

☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Project: 'Garage Sale' Buku-Buku Anak&Edukasi anak

Deskripsi:
Membuka kesempatan bagi penyuka/penggemar buku khususnya anak-anak dan edukasi anak yang memiliki koleksi buku yang mungkin sudah dibaca ataupun belum, atau yang hendak berbagi kesempatan (menjual) bagi pembaca lain yang ingin memiliki buku-buku tersebut.

Tim project:
Mengajak teman-teman yang mempunyai sama keinginan dan tujuan (donatur buku dan pemilik buku yang hendak ikut menjual koleksi bukunya)

Sasaran:
Anak-anak ataupun orangtua peminat buku bacaan anak-anak dan edukasi anak.

Waktu:
TBA - Diutamakan saat weekend (minggu pagi)

Tempat:
TBA - Bisa di lokasi stadion olahraga, cfd, wisata belanja atau di halaman rumah

Parameter keberhasilan:
  • Banyaknya partisipan yang mau ikut di kegiatan ini (jumlah buku yang tersedia dari donatur/maupun yang ingin ikut partisipasi ikut menjual buku koleksinya)
  • Banyaknya respon dari peminat buku yang memanfaatkan 'garage sale'  buku untuk memiliki/membeli



Menemukan Komunitas Ibu Profesional

Menemukan komunitas Ibu Profesional itu satu hal yang termasuk kebahagiaan bagi saya. Apalagi bisa menjadi bagian dari tempat berkumpulnya ibu-ibu hebat disini, saya menjadi banyak terbuka pandangan mengenai bagaimana menjadi ibu yang lebih baik dan berdaya dengan bahagia.

Banyak hal, kegiatan dan ilmu-ilmu baru maupun lama tapi terbahas kembali disini. Tentunya juga menambah referensi dalam memperbaiki dan mengembangkan diri, selain juga menambah saudara 🤗

Dan, untuk menjadi bagian dari komunitas ini, kali ini saya harus mengikuti Matrikulasi, yaitu tahap pembelajaran. Semoga saya bisa mengikuti dengan baik, lancar dan bahagia ☺️😍

Karena kita harus bahagia dahulu, apapun yang kita kerjakan harus membahagiakan dan dapat membuat orang lain pun bahagia 💕 (sesuai dengan satu dari kewajiban yang terdapat pada Komunitas Ibu Profesional, bahwa kita harus bahagia - terima kasih ibu founder yang menginspirasi saya)





Papi, dan kenanganmu 💕 (kehilanganmu)


Selasa malam.

Hujan deras membasahi kota, bahkan diriku sepulang kantor dengan membawa janin 9 bulan pun basah karena jarak dari turun kendaraan dan pagar rumah tanpa payung cukup membuat air hujan mudah menimpaku.

Aku masuk rumah lantas membersihkan diri. Setelahnya aku, suami, anak pertamaku yang berusia hampir 2 tahun duduk bersama di ruang tengah. Kami masih tinggal dirumah papa dan mama, juga ada adik bungsuku.

Kala itu, mama sedang menemani papa didalam kamar, adikku sepertinya sedang mengutak-atik handphonenya. Aku beranjak ke kamar papa dan mama.

"Sudah makan, Pap?" tanyaku pada papaku yang terbaring di tempat tidur. Beliau sudah hampir setahun ini sakit, semacam stroke tapi entah apa. Beberapa minggu ini cuma bisa baring. Jalan kadang sambil duduk dilantai karena tidak mau dibantu.

"Belum..," jawabnya pelan. Kata mama, papaku lagi tidak mau makan, kenyang katanya.

Aku keluar kamar dan menuju ke meja makan, ada roti diatas meja. Aku ambil dan masuk.kembali ke kamar papaku.

"Makan ini, Pa... Sedikit saja, bagi dua sama aku ya..," ujarku sambil mengarahkan setengah roti ke papaku. Sebenarnya aku tidak ingin roti, karena aku sudah sempat makan malam di kantor sebelum pulang. Papaku cuma makan sedikit, sedikit sekali.

Aku cuma bisa menghela nafas, dan sedikit kesal. Entah mengapa, mungkin karena sedang hamil tua, kecapekan dan sedih melihat kondisi papaku. Aku memang masih bekerja agar waktuku dengan bayi setelah melahirkan bisa lebih lama, dan ini sudah kesepakatan dengan atasanku, dokter dan suamiku. Dan sebenarnya minggu depannya aku sudah mengajukan cuti, dihitung dari seminggu dari perkiraan melahirkan.

"Papamu sepertinya demam, tadi sempat menggigil tapi sekarang sudah mendingan," mama sempat berkata padaku. Aku sedikit lega setelah kuraba dahi papa, sudah tidak panas.

"Sudah enakkan, Pa?"

"Iya, sudah..."

"Istirahat ya, Pa..," kataku sambil kemudian keluar dari kamar. Sedih melihatnya, walaupun tadi sempat kesal karena papa susah disuruh makan banyak.

Malam itu dingin sekali, mungkin karena hujan deras habis mengguyur kota dan masih menyisakan rintik-rintiknya hingga subuh menjelang. Aku terlelap dalam kelelahan, sempat menangis dan suamiku berkata agar aku sabar dan tetap mendoakan papa agar lekas pulih.

---------

Rabu, menjelang akhir bulan Maret.

Seperti biasa aku bersiap untuk bekerja, anakku telah rapi sehingga aku bisa segera berangkat. Suamiku rupanya ijin tidak masuk kantor sebab tidak enak badan, mungkin karena kecapekan beberapa hari ini dengan padatnya pekerjaan dan ditambah semalam pun sempat berhujanan karena menjemputku. Dia hanya mengenakan jaket sebab jas hujan aku pakai. Syukurlah jarak kantorku dan rumah tidak jauh.

Sebelum berangkat aku menuju kamar papa, maksud hati karena biasanya aku selalu pamit, menjabat tangannya dan mencium punggung tangannya. Lalu aku buka pintu kamar, aku lihat papaku yang masih terbaring sedang tidur nyenyak. Mama kebetulan sedang dikamar membereskan meja riasnya.

"Aku mau berangkat kerja, Ma..."

"Iya, hati-hati. Jaga diri dan jangan kecapekan. Kamu hamil besar,"

"Iya, Ma. Mas Wibby hari ini tidak masuk kerja, Ma. Kurang enak badan katanya. Dira itu sedang ditemani main sama mbak Nah, tadi sudah kusuapi makan. Bagaimana papa, Ma?"

"Semalam sempat menggigil lagi, tapi sudah mendingan. Sekarang lagi nyenyak, biarkan saja jangan dibangunkan," pelan suara mama berkata. Namun tak berapa lama begitu aku pamit mama masih didepan pintu kamar, aku lihat papaku seperti bangun dari tidur lantas tersenyum dan kemudian kembali tertidur. Mungkin masih tidak enak badannya pikirku. Aku segera berangkat, tanpa menjabat tangan. Tanpa mencium tangannya, supaya tidak menganggu istirahatnya.

Bunyi sms masuk, dari adikku yang tinggal berbeda rumah dengan kami. Dia bilang hendak kerumah membawakan soto kesukaan papa, karena dia telepon mama pagi tadi rupanya dan mama berkata bahwa papaku tidak enak badan.

"Iya, coba belikan soto kesukaannya, siapa tahu papa mau makan banyak," ujarkan membalas sms adikku dengan menelponnya. Setelahnya, aku kembali mengurus kerjaanku. Aku sempat menelpon mama dan suamiku yang sedang dirumah dan bertanya tentang keadaan papa.

Beberapa menit berlalu.

Bunyi handphone kembali berdering. Kali ini dari suamiku. "Ada apa, mas? Masih tidak enak badan?"
Dari ujung sana suami berkata bahwa papaku kayaknya pingsan tidak sadarkan diri.

Deg. Rasanya waktu seperti berhenti tiba-tiba. Perasaanku berubah tidak enak. Sangat tidak enak. Pikiranku melayang kemana-mana. Aku cuma bisa mengucap dalam hati, papaku cuma pingsan, jangan khawatir berlebihan. Suamiku pelan-pelan bicara denganku, menunggu responku dengan amat hati-hati.

"Terus bagaimana, Mas? Sudah panggil dokter? Atau kita bawa ke dokter, atau rumah sakit sekarang!"

"Mungkin lebih baik kamu pulang dulu, sayang..," pinta suamiku pelan.

"Oke, Mas, jemput aku sekarang. Kamu bisa kan," tanyaku khawatir karena suamiku juga sedang tidak enak badan.

"Bisa sayang, sudah mendingan sekarang. Siap-siap, ya..."

Tidak lama setelah aku minta ijin ke manager untuk pulang kerumah, suamiku datang. Dan dalam perjalanan singkat pulang kerumah, makin dekat rumah, makin hati dan pikiranku tidak enak, tidak tenang, bahkan kacau.

Sampai dirumah, berlari masuk tanpa kuperdulikan perut besar yang kubawa ini. Aku ke kamar. Aku lihat mama duduk disisi tenpat tidur, ekspresinya sedih namun tetap seperti orang berusaha tenang. Aku hampiri papaku di tempat tidur.

"Pa...," panggilku serak.

"Pa, bangun pa," kuulangi memanggil.

Aku mulai makin tegang dan leher seakan tercekat. Mama, suamiku, adikku yang tinggal bersama, mbak Nah, dan kebetulan ternyata ada tante Nina yang sudah seperti saudara ada dirumah, mereka semua diam. Bahkan anakku seakan mengerti, dia pun diam, hanya mondar mandir.

Makin keras aku memanggil, bahkan seperti hampir teriak. Tapi papaku tetap diam. Wajahnya biasa saja seperti sedang tidur. Dan semakin keras usahaku membangunkannya. Tangan, kaki dan badannya hangat. Masya Allah, aku menangis sejadi-jadinya berusaha membangunkan papaku yang tetap diam tanpa respon. Aku pegang tangannya, aku cium telapak tangannya. Aku bilang pada semua bahwa papaku sedang tidur. Dia sedang tidak enak badan.

Suamiku menghampiriku lebih dekat. Dan berbisik bahwa papa sudah tidak ada. Mas Wibby berkata bahwa papa baru saja meninggalkan kita semua. Makin kencang tangisku dan tetap mengatakan bahwa papa itu tidur. Aku teriak untuk mereka panggil dokter atau bawa papa ke rumah sakit. Badan papa masih hangat. Kaki dan tangannya hangat.

Petugas dari rumah sakit tiba tidak lama datang. Ternyata adik laki-lakiku yang memanggilnya. Aku dibawa keluar kamar oleh suamiku saat petugas memeriksa. Aku masih menangis dan berkata pada suamiku bahwa papa itu cuma pingsan dan tidur karena tidak enak badan.

"Bapak sudah tidak ada, Bu," kudengar petugas itu pelan bicara kepada mama.

Aku menangis kencang dalam pelukan suamiku. Aku seperti tidak terima kenyataan. Aku marah kenapa keadaan ini harus aku alami. Aku juga menyesal kenapa tidak banyak yang bisa aku perbuat untuk papa. Siang itu, hatiku seakan hancur, pikiranku kacau, dan aku menangis.

Aku masih menangis didepan papaku. Beberapa tetangga datang bahkan orang kantor yang entah tahu berita darimana aku pun tidak berpikir lagi. Aku menangis dengan  rasa sesal dan sedih.

Bayangan papa yang dibalik keras dan tegasnya, namun begitu sayang dan perhatian padaku bergantian dipikiranku dengan rasa penyesalanku. Kenapa papa meninggalkan aku. Aku belum banyak membantunya. Aku belum banyak memberi kesenangan dan juga masih belum banyak usahaku menyembuhkannya.

Aku masih dengan rasa sesalku. Kenapa aku tadi tidak berpamitan dan mencium tangannya. Kenapa aku tidak membawanya ke rumah sakit semalam. Kenapa aku seakan yakin papa itu cuma tidak enak badan biasa. Begitu banyak kalimat kenapa aku. Bodoh. Anak tidak berguna. Kata-kata itu pun sempat aku katakan pada diriku.

Sekarang aku cuma bisa menangis, berdoa untuk papa, tapi aku tidak bisa bersama, tidak bisa melihat papa setiap hari. Aku ingat saat dia mengantarku keluar kota untuk tanda tangan kontrak kerja, namun papa menyuruh mama untuk aku membatalkannya karena dia tidak mau jauh dan tidak mau aku kecapekan karena kondisi pekerjaan luar kota yang bolak balik ke lokasi dan tempat tinggal. Aku ingat saat papa membanting sepatu basketku karena dia peduli akan kesehatanku sementara aku bandel tetap bermain. Aku ingat saat sholat tarawih berjamaah. Terlalu banyak kenangan.

Aku masih selalu menangis setiap mengingat papa. Setiap ujung doaku pasti kusematkan namanya. Begitu aku sangat kehilangan papa. Aku cuma berjanji akan menjaga mama, supaya papa tidak khawatir disana. Anakku lahir sebulan setelah kepergian papaku. Telat 2 minggu dari perkiraan. Saat itu aku mengalami stress dan mempengaruhi kandunganku. Bersyukur aku dan anakku diberi kesehatan dan lekas pulih. Dan wajah papa seperti hadir diwajah anak yang baru kulahirkan.

---------

10 tahun dan 10 ramadhan sudah aku melewatinya tanpa papa. Semoga papa memaafkan ketidaksempurnaanku sebagai anaknya. Dan semoga papa selalu tahu bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku selalu mengingatnya. Al Fatihah.


☘️☘️☘️☘️☘️
Repost my story from KBM

Selasa, 07 April 2020

School from home, study from home

Istilah School from Home dan Study from Home ini sedang populer belakangan ini. Semua ini jelas karena adanya situasi dan kondisi lingkungan kita yang sedang tidak kondusif (atau bisa dibilang tidak aman bagi kesehatan, mungkin?). Entahlah, yang jelas sudah hampir 1 bulan ini anak-anak 'belajar' hanya dari rumah. Caranya? Ya masing-masing sekolah tentunya punya cara sendiri.

Dari sisi keamanan dan tindakan preventif untuk kondisi pandemik virus yang sedang santer saat ini, belajar dari rumah salah satu caranya. Ya, karena anak-anak bisa (sedikitnya terjaga) kesehatannya. Bukan hal mudah ya untuk mengontrol anak-anak di sekolah yang secara garis besar mereka suka berkumpul dengan teman-temannya, dan mungkin untuk cuci tangan sesering mungkin pun butuh sering-sering pula diingatkan.

Namun dilemanya, yaa, buat orangtua pekerja yang sudah 'jelas' rutinitas hariannya, maka kini harus putar otak karena anak dirumah (bukan posisi liburan). Atau buat ibunda yang anaknya ada beberapa dengan beberapa kebutuhan yang berbeda-beda pula, selain beda usia yang tentunya akan butuh penyesuaian. Sekali lagi, karena ini bukan liburan, tapi belajar dari rumah. Dan, ada tugas yang harus dilaporkan setiap hari. Untunglah jika pembelajarsn dsn tugasnya jika tidak harus online didepan gadget, jadi bisa dikerjakan dan dilaporkan saat siap (terutama bagi orang tua yang sikonnya tidak dapat mendampingi tepat waktu sesuai jadwal yang diberikan sekolah).

Tetap ya, anak-anak juga butuh guru. Karena keseharian mereka bersekolah dan berdiskusi dengan guru mereka. Di sekolah, bertatap muka, mereka bisa leluasa bertanya jawab saat materi dijelaskan dan diberikan oleh guru. Sementara sekarang, terbatas jarak, waktu dan media. Belum lagi sebagian orang tua yang mungkin tidak paham atau lupa dengan pelajaran sekolah sang anak (Kalau masih SD atau TK mungkin masih bisa yaa ☺️).

Kita doakan saja, supaya masa yang sedang tidak baik ini segera pulih membaik 🙏🤗
Karena anak-anak pasti kangen sekolah, guru dan teman-temannya. Sementara, orang tua (ya mungkin sebagian saja ya) juga tidak sepenuhnya terbiasa dengan pembelajaraan dari rumah. Yap, karena kalau mereka biasa, tentunya anak mereka dari awal sudah 'homeschooling' kali ya 🤭☺️

Tetap berdoa, jaga kebersihan dan kesehatan selalu ♥️



- april 2020 -

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...