Kamis, 06 Januari 2022

Bunches of Gratefulness: 2021 Flashback (3)

 



*continue from part 2...


September


Setelah mencoba memberanikan diri mengikuti event menulis pertama kali, akhirnya aku mencoba untuk mengikuti lagi beberapa event menulis lainnya. Apalagi perkuliahan di Ibu Profesional masih menunggu tahap berikutnya.


Naskah untuk tiga buku antologi berikutnya pun berhasil aku tulis dan masuk dalam pilihan editor. Yaitu berjudul Rangkaian Aksara Bermakna, Writing For Healing dan Rindu Paling Dalam.


Di akhir bulan aku pun segera memantapkan diri untuk mendaftar dan mengikuti perkuliahan Bunda Cekatan di Ibu Profesional. 


Oktober


Aku masih suka ikut event menulis yang diselenggarakan melalui Instagram. Ada sembilan naskah tulisanku yang berhasil masuk menjadi bagian dari buku antologi berjudul Food Lover, InsyaAllah Aku Ikhlas,  kumpulan cerpen bertema Kenya, Durasi, A Lie dan cerpen anak Peri Kecil dan Kalimat Ajaib. Kemudian ada pula berjudul Butterfly Hug dan kumpulan quotes berjudul Magic Words. Lalu ada yang berjudul Serenyah Kukis yang terpilih dari banyaknya para penulis hebat yang mengikuti.


Bulan ini kegiatan perkuliahan Pra Bunda Cekatan pun berlangsung dalam tiga misi. Ini adalah pra perkuliahan sebelum memasuki gerbang perkuliahan Bunda Cekatan yang sebenarnya, dengan tujuan untuk mengingatkan kembali dan sebagai pemanasan dalam menyiapkan diri untuk mengikuti perkuliahan dengan serius dan bahagia.


Alhamdulillah tiga misi di Pra Buncek pun bisa terlewati dengan baik, dan aku bisa lulus menuju ke perkuliahan Bunda Cekatan beberapa minggu kedepannya bersama teman-teman regional dan regu yang dibentuk oleh tim Bunda Cekatan Ibu Profesional batch 3 ini.


November


Setelah di akhir bulan Oktober dalam rangka bulan bahasa, si anak tengah dan anak bungsu mengikuti lomba di sekolahnya yaitu membaca puisi singkat serta storytelling, di awal bulan November ini giliran anak sulung yang mengikuti lomba baca puisi di sekolahnya. 


Sungguh diluar dugaan, si sulung mau berpartisipasi dan mengikuti arahan dalam belajar membaca puisi. Walaupun masih amatir, setidaknya aku dan si anak sulung belajar untuk membacakan puisi dengan sebaik-baiknya.


Hasilnya pun, ia mendapatkan juara pertama. Prestasi baru untuknya. Walaupun masih di dalam lingkup sekolah, setidaknya ia sudah berani memulai. Ini bisa menjadi catatan tersendiri untuk melangkah ke prestasi-prestasi berikutnya, yang tentu saja semua untuknya. Sementara aku hanyalah sebagai support system untuknya melakukan hal-hal yang positif.


Menulis pun masih aku lakukan. Selain setoran di KLIP yang masih aku lakukan setiap harinya, sehingga aku bisa mendapatkan badge You're Outstanding setiap bulannya karena bisa memenuhi persyaratan, aku juga masih ikut beberapa event menulis.


Ada beberapa naskah tulisanku yang diterbitkan dalam buku antologi lagi, yaitu berjudul Hadapi Rintangan Jadilah Pemenang. Ada pula kumpulan cerpen Dua Sisi yang mana aku berkolaborasi dengan penulis lain untuk menghasilkan tulisan dengan dua sudut pandang.


Kemudian ada pula buku antologi yang berjudul Berani Bermimpi, Kita Semua Berhak Bahagia, Menjemput Rezeki,  Jangan Bandingkan Aku, Jatuh Cintaku Pada Menulis, kumpulan cerpen Si Bunga, Gagal Coba Lagi, Masa Lalu Biarlah Berlalu, dan Newbie Parents.


Di salah satu event dari penerbit lainnya, naskah cerpen dan puisi yang kutulis pun menjadi bagian dari buku antologi berjudul Drama Sekolah, Senandung Mendung dan Mulai Dari Laut.


Desember


Perkuliahan Bunda Cekatan pun dimulai. Tahap satu yaitu bernama tahap telur hijau digulirkan, dimana disinilah cikal bakal dari metamorfosis sebagai mahasiswa dimulai. Aku dan teman-teman diminta menggali strong why dari aktivitas-aktivitas yang kita lakukan, yaitu apa yang bisa dan suka dilakukan.


Menurut informasi, perkuliahan Bunda Cekatan yang kuikuti ini akan berlangsung selama tujuh bulan. Semoga saja aku bisa mengikuti dengan baik, sehingga akan mendapatkan hasil yang baik serta mengetahui apa yang menjadi passion atau hal yang kusukai dan bisa dilakukan untuk menjadi lebih terampil dan cekatan, sesuai dengan tujuan dari perkuliahan ini.


Sementara itu, KLIP sudah tidak lagi mengadakan setoran setiap hari di bulan Desember ini. Sebagai gantinya, para KLIPers diminta untuk membuat satu skripsi yang bisa berbentuk buku fisik atau e-book berisi minimal 19.000 kata tulisan sepanjang tahun 2021. 


Aku sendiri membuat e-book dengan judul Kumpulan Pikiran dan Rasa dalam Tulisan, yang berisi kumpulan tulisanku selama tahun 2021 yang telah dimuat di blog pribadi dan yang sebelumnya hanya berada di google dokumen. Alhamdulillah aku bisa menyetorkan tepat waktu.


Yang menyenangkan dari KLIP ini, aku bisa belajar komitmen dan konsisten untuk menulis setiap harinya, apa saja yang ingin aku tulis. Sehingga saat wisuda di tanggal 23 Desember 2021, KLIP pun memberikan apresiasi kepada beberapa KLIPers yang sudah berhasil menyetorkan tulisan terbanyak, jumlah kata terbanyak semua setoran dan jumlah rata-rata kata pada setoran. 


Mendapatkan hasil sebagai urutan kedua yang terbanyak menyetorkan tulisan yaitu sebanyak 332 setoran dan urutan kedelapan jumlah kata terbanyak di keseluruhan setoran, membuat diriku bertambah semangat untuk selalu menulis, dan tentu saja lebih banyak lagi menambah ilmu kepenulisan sehingga bisa lebih produktif dan lebih baik lagi dalam menyuguhkan sebuah tulisan agar bermanfaat bagi semua orang.


Masih dalam hal menulis, ada beberapa buku antologi lagi yang menjadi tempat naskah tulisanku terbit, yaitu kumpulan cerita mini berjudul Payung, Jangan Khawatir Ada Allah, Untukmu Ibu, kumpulan surat Dear 2022, dan kumpulan cerpen Selaksa Karsa. 


Kemudian ada buku antologi Romansa Nagari yang mana selain terpilih mengisi ruang di buku ini, aku juga mendapat apresiasi sebagai penulis terbaik ketiga yang membawakan tulisan berlatar belakang pesona keindahan Indonesia, berjudul Romansa Kota Tepian. Voucher potongan penerbitan buku aku dapatkan, dan semoga dalam waktu dekat aku bisa memanfaatkan untuk buku solo milikku.


Selama mengikuti event menulis, tidak semua naskah tulisan yang kukirimkan pasti terbit menjadi buku antologi bersama para penulis lainnya. Ada beberapa naskah tulisanku pun yang tidak lolos dan berhasil terpilih. Namun hal ini menjadi pengalaman dan semangat untuk memperbaiki diri dan tulisan yang kuhasilkan.


Selain tentang Bunda Cekatan, KLIP dan tulisan pada buku antologi, di bulan Desember ini aku kembali ke kota tempat kami tinggal, karena anak-anak diminta oleh sekolah untuk mengikuti Penilaian Akhir Semester (PAS) pertama di sekolah. Sehingga aku mencoba melepaskan mereka untuk mengikuti kegiatan belajar PTMT atau Pertemuan Tatap Muka Terbatas di sekolah, walaupun sebenarnya aku masih separuh hati.


Setelah pembagian rapor berlangsung, aku pun beranjak kembali ke kota tempat suami bekerja, karena saat itu ada berita akan ada PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang berimbas pada peraturan mobilitas antar kota. Anyway, ternyata pada akhirnya kita ketahui peraturan itu tak berlaku lagi sebab kondisi pandemi berada di level yang cukup aman.


Namun kebetulan sekali berada di kota ini, anak tengah dan anak bungsu bisa mengikuti vaksin Covid-19 khusus anak usia 6-11 tahun  yang mana di kota kami tinggal belum ada pelaksanaannya. Daripada menunggu lagi, sementara saat mendaftar bisa mengikutinya, maka aku memutuskan lebih cepat lebih baik.


Oya, setelah sekian lama aku tidak pernah menonton pertandingan bola basket, sebelum menuju ke kota tempat suami bekerja, aku bersama seorang teman dan suami menyempatkan diri untuk menonton pertandingan bola basket antar klub dan antar sekolah. Merasakan euforia saat menonton seperti mengingatkan saat dahulu aku bermain dan bertanding bola basket. 


Kalau untuk bermain bola basket lagi sekarang ini, sepertinya aku harus melakukan banyak exercise dahulu sebelum berani turun ke lapangan kembali.


So, tahun 2021 menuju ke tahun 2022 aku lewati di rumah saja, bersama dengan keluarga kecil. Tak lupa kuselipkan rasa syukur, doa untuk segala kebaikan, permohonan dan harapan di hari berikutnya, di tahun berikutnya.


 

#KLIP22

#Januarike5

#part3from3

Selasa, 04 Januari 2022

Bunches of Gratefullness: 2021 Flashback (2)

 

*continue from part 1...


Mei

Hari Raya Idulfitri pun tiba. Pandemi yang masih berlangsung pun membuat kami tetap harus waspada, meskipun sudah bisa mengikuti sholat Ied terbatas di masjid. Namun untuk saling mengunjungi, kami masih sangat membatasi, dan kami menjaga kenyamanan orang lain. Media whatsapp dan juga media sosial lainnya menjadi cara lain bagiku mengucapkan selamat hari raya kepada teman-teman dan keluarga lainnya.

Selain itu, di bulan Mei ini anak sulungku pun akhirnya mengikuti wisuda SD secara online. Zaman sekarang, lulus SD pun ada ceremony-nya, berbeda seperti zaman dahulu yang hanya melakukan pentas seni dan penyerahan ijazah. 

Walaupun mungkin hasilnya ujian si sulung tak sebaik teman-temannya yang menduduki peringkat atas, tetapi aku sudah cukup bersyukur anak sulungku mau berusaha dengan baik untuk belajar dan mengikuti ujian akhir sekolah dengan baik. Karena bagaimanapun nilai yang diperoleh adalah dari hasil kerja keras. Jika baginya mungkin saat ini hasil yang diperoleh kurang memuaskan, well, berusaha menambah semangat lagi untuk lebih baik kedepannya, di bangku SMP nanti.

Mei is also a lovely month for me. Lama tak pernah mendapatkan surprise di hari kelahiran, kali ini dua sahabatku datang mengunjungiku. Apalagi sudah sangat lama aku tak berjumpa muka dengan mereka berdua. Selain segala berkah dari Allah dan dari keluargaku, mereka juga hadiah yang membahagiakan untukku. 

Hari ulang tahun adalah momen dimana aku harus mengintropeksi diri dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya dengan bahagia. Kalau bukan diri sendiri yang menghargai adanya diri ini, lalu siapa lagi. 


Juni

Libur kenaikan kelas tiba, setelah melalui ujian akhir semester untuk anak tengahku. Sementara untuk si sulung akhirnya menerima ijazah, rapor dan sertifikat nilai kelulusan SD.

Di sela-sela itu, anak tengahku pun akhirnya memutuskan mau untuk dikhitan, dan aku pun menyetujuinya. Salah satu rumah sunat pun menjadi pilihanku untuk melaksanakan khitan. Tak ada pesta besar atau perayaan khitan, hanya ucap syukur saja dan sebentuk kado kecil untuknya. 

Bulan Juni ini, Ibu Profesional regional Samkabar tempatku berkomunitas pun mengadakan selebrasi dan apresiasi kepada para mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan matrikulasi, Bunda Sayang dan Bunda Produktif. Saat acara itu aku berkesempatan memberikan sedikit aliran rasa selama menjalani perkuliahan di Bunda Sayang tentang pengalaman dan hal yang diperoleh.

Bertemu dengan teman-teman lama sesama pemain basket juga tak dilewatkan. Setelah sekian lama juga tak berkumpul bersama karena kesibukan masing-masing, walau sebentar, paling tidak bisa saling bercerita dan bernostalgia. 


Juli

Awal bulan Juli, anak bungsuku genap berusia 6 tahun, dan dia sudah siap untuk masuk sekolah di bangku SD. Meskipun sekolah masih dilaksanakan secara online, ini tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar.

Selama liburan sekolah, hanya kami isi dengan kegiatan di rumah saja, tidak pergi kemana-mana karena masih dalam kekhawatiran pandemi. 

Menuju ke tahun ajaran baru, bukan cuma anak-anak yang harus siap, aku pun harus siap membersamai anak-anak untuk belajar jarak jauh dengan guru sekolah mereka. Membagi waktu untuk pekerjaan rumah dan juga urusan sekolah anak-anak, mulai mendampingi saat adanya video meeting juga saat pengerjaan tugas-tugas.

Anak sulung masuk SMP, anak bungsu masuk SD, sementara anak tengah naik kelas berikutnya. Mereka bertiga masih tetap mengikuti PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di rumah, namun aku tetap berusaha menerapkan disiplin dalam mengikuti pelajaran yang diberikan sekolah termasuk dalam pengumpulan tugas yang diberikan.

Tak cuma kesenangan saja dirasakan, tepat setelah hari raya Idul Adha, aku harus menerima kenyataan bahwa suami terpapar virus Covid-19. Tidak ada gejala, tidak ada tanda-tanda apapun, protokol kesehatan pun selama pandemi selalu dijalankan, namun ternyata ada titik lengah yang tidak disadari telah membuat virus itu berinkubasi dengan mudahnya di tubuh suamiku.

Hasil test rapid dan PCR positif membuat awal-awal hari terpapar menjadi tak enak. Panik dan rasa khawatir selalu mendera. Apalagi saat harus berpisah tempat agar terjaga keamanan dan kenyamanan bersama.


Agustus

Suami masih berada di shelter khusus orang-orang yang terpapar virus Covid-19. Lebih kurang 14 hari berada di sebuah hotel yang memang ditunjuk oleh kantornya. Ini demi kebaikan bersama, sehingga aku berdiskusi dan memutuskan suami harus berpisah sementara waktu sampai sembuh.

Jika LDR sudah biasa, namun kali ini dalam posisi sedang menderita sakit yang viral, sangatlah berat. Tidak hanya badan yang terasa sakit, namun pikiran sempat didera perasaan sangkal. Tapi mungkin ini cara Allah untuk mencintai kami, memberi cobaan agar semakin dekat dan mengingat-Nya. Mungkin juga karena Allah ingin keimanan dan rasa syukur lebih ditingkatkan lagi.

Alhamdulillah aku dan anak-anak dalam kondisi yang sehat. Aku pun bisa mengikuti vaksin kedua dengan baik, setelah sebelumnya di bulan Juli mendapatkan vaksin Covid-19 yang pertama.

Sebagai penyemangat baru, di bulan Agustus ini aku menerima info bahwa buku antologiku berjudul Romansa yang ditulis bersama teman-teman di Rumbel Menulis IP Samkabar sudah naik cetak. Ini adalah karya tulisan pertamaku yang menjadi sebuah buku. Begitu pula dengan naskah tulisanku pada buku antologi berjudul My Wedding dalam event menulis dengan salah satu penyelenggara yang kutemui di Instagram. 

Walaupun masih berupa buku antologi bersama teman-teman penulis lainnya, aku yakin kedepannya akan ada jalan untukku menulis buku solo, antologi maupun single subject. Semua bermula dari hal kecil, untuk menjadi suatu hal besar yang membahagiakan, menyenangkan dan bermanfaat.


*to be continue...


#KLIP22

#Januarike4

#part2from3






Senin, 03 Januari 2022

Bunches of Gratefullness: 2021 Flasback (1)

 


Barakallah,


Saat ini sudah masuk di kalender tahun 2022. Kita sudah melewati tahun 2021 dengan segala macam kisah dan cerita yang menyenangkan maupun membuat hati dan pikiran sedih.

Sebagian orang pasti merasakan hal yang sama denganku, melepaskan momen di tahun 2021 sebagai kenangan yang tersimpan, pengalaman dan juga pelajaran hidup, untuk melangkah menjadi lebih baik lagi.

Merunut kisah sepanjang tahun 2021 kemarin, ada beberapa yang berjalan dengan apa adanya, baik-baik saja, menyenangkan, mengagetkan, mengecewakan dan menyedihkan. Tentunya ini semua adalah kehendak dari Allah, dan atas semua kisah di dua belas bulan tahun 2021, aku tetap mengucapkan rasa syukur serta doa untuk kebaikan.


Januari

Di awal tahun, bulan Januari, bulan pertama setiap tahun, aku dan sekeluarga membuka dengan doa dan bersyukur atas segala rezeki, kesehatan dan berbagai kebaikan yang telah aku dan keluarga dapatkan. 

Berlibur dan bersantai di hari libur masih aku lakukan bersama keluarga, seperti menikmati udara segar pantai di kota yang punya banyak pantai menurutku.

Pandemi masih berlangsung, dan aku pun masih berada di kota tempat suami bekerja. Aku pun masih memilih sekolah dari rumah atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) untuk kedua anakku yang masih SD, dengan berbagai pertimbangan dan diskusi bersama.

Di bulan Januari ini pun, aku memberanikan diri untuk mendaftar KLIP atau Kelas Literasi Ibu Profesional yang menantang kita untuk komitmen dan konsisten menulis setiap hari selama setahun. 

Bulan Januari ini pun aku masih berkutat dengan perkuliahan Bunda Sayang di Ibu Profesional, yang bermain di zona 5 tentang literasi membaca. Ini zona perkuliahan yang cukup menyenangkan, karena selama 15 hari aku tuntas melakukan tugas yang berkaitan dengan kegiatan read aloud beberapa buku pilihan untuk anak. 

Di akhir bulan, anak bungsuku akhirnya mendapat pemberitahuan untuk mengikuti tes penerimaan murid baru di SD tempat kakak-kakaknya bersekolah. Usianya memang baru 5,5 tahun, tetapi setelah berdiskusi serta melihat kemungkinan bersekolah untuknya di usia 6 tahun saat bulan Juli nanti, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftarkannya dan mencoba mengikuti tes terlebih dahulu.

Ini memang berbeda sekali dengan para kakak yang aku sekolahkan di SD saat usia 7,3 tahun. Namun aku harap semua akan berjalan lancar.


Februari

Memasuki bulan Februari, dimulai dengan perkuliahan Bunda Sayang zona keenam, yaitu tentang literasi matematika. Kurang lebih dengan sebelumnya, aku juga excited dengan zona ini. Matematika itu menyenangkan dan seru pastinya. 

Aku mencari beberapa referensi untuk melakukan kegiatan ini. Menurutku ini juga sekaligus mengajak anak bungsu belajar matematika dengan cara yang asyik dan tidak membosankan, sebab kita melakukannya sambil bermain. Terbukti, partnerku sangat senang terlibat di zona ini.

Aku juga masih menyisihkan waktu untuk mengikuti kelas Chakra Balancing yang dibawakan oleh mentorku di kelas Hening, teh Irianti Erningpraja, selama beberapa hari melalui Whatsapp.

Perdana ikut kelas KLIP sejak awal tahun 2021 ini cukup enjoy bisa menulis minimal 300 kata setiap harinya. Tulisanku tentang kasih sayang yang menceritakan tentang anak-anak di panti asuhan pun diapresiasi oleh tim Tema Tulisan Mingguan KLIP. So, aku sekaligus mengisi ruang Kenal Lebih Dekat dengan anggota KLIP.


Maret

Bulan ini adalah bulan tegang-tegangnya aku membersamai anak sulung yang akan melewati Khotmul Qur'an di sekolahnya sebelum melaksanakan Ujian Akhir Nasional nantinya di bulan April.

Tak jarang bersitegang karena masalah persiapan ujian akhir SD ataupun gadget yang mau tak mau digunakan karena pembelajaran online pun kerap terjadi. 

Perkuliahan Bunda Sayang di bulan ini masuk ke zona 7 yang mempelajari tentang pendidikan seksualitas. Ini cukup menarik dan deg-degan, karena pendidikan seksualitas ini sebenarnya sangatlah penting dipahami dan diaplikasikan kepada anak-anak kita.

Disini aku makin menambah banyak ilmu dari hasil sharing setiap grup yang membawakan materi berbeda-beda mengenai pendidikan seksualitas, yang aku harap bisa perlahan aku terapkan dan ajarkan pada anak-anak sesuai dengan tingkatan usia dan pemahaman mereka.

Di bulan ini pun akhirnya mama bisa mengikuti vaksin Covid-19 yang pertama kalinya. Karena ini masih dikhususkan untuk lansia, maka aku pun masih harus menunggu giliran.

Kegiatan-kegiatan untuk menstimulasi anak bungsuku menuju bangku SD pun tetap aku lakukan hampir setiap hari, mulai dari mengaji Qiroati, membaca dan berhitung sederhana. Ini tak luput juga ada bantuan dari guru les yang memang aku berikan untuk anak bungsu dalam melancarkan bacaannya.


April

Anak sulungku akhirnya awal April mengikuti acara Khotmul Qur'an di sekolahnya. Dia mendapatkan giliran untuk membacakan surah Al La'il saat acara berlangsung. Alhamdulillah bisa dibawakan dengan lancar tanpa jeda.

Bulan ini pun diadakan Ujian Nasional SD secara daring atau online yang diselenggarakan oleh sekolah dan oleh Diknas. Semua ini dilakukan dari rumah secara jujur dan terpantau oleh para guru. Bersyukur karena diberikan kelancaran dalam mengerjakan soal-soal ujian yang diberikan.

April adalah bulan dimana anak sulung dan anak tengahku merayakan ulang tahunnya. Meskipun tak ada pesta ataupun perayaan besar-besaran, mengingat hari kelahiran mereka dengan sedikit kado bisa membuat hati mereka bahagia dan senang.

Untuk perkuliahan Bunda Sayang, ini adalah zona yang terakhir dijalani, yaitu zona 8 yang mengajakku untuk mencari potensi pada anak, karena pada dasarnya semua anak adalah bintang. Seperti sebelumnya, aku masih bermain 15 hari bersama anak bungsuku.

Berakhirnya zona 8 ini berarti perkuliahan Bunda Sayang pun selesai. Alhamdulillah aku bisa merampungkan 8 zona permainan dengan baik dan lancar. 

Aku pun mendapatkan apresiasi sebagai sobat cemerlang dan lulus perkuliahan Bunda Sayang batch 6, karena bisa konsisten mengerjakan tugas setoran selama 15 hari di setiap zona sebanyak 8 zona pembelajaran. Tentu saja ini menjadi bekal untuk melanjutkan pembelajaran ke perkuliahan Bunda Cekatan dan selanjutnya, serta menjadi ilmu pengetahuan yang bisa dijalankan di kehidupan sehari-hari.

Bulan puasa pun dimulai di pertengahan bulan April ini. Ini adalah bulan puasa kedua selama adanya pandemi. Aku dan keluarga masih menjalaninya di kota tempat suami bekerja. Puasa di saat pandemi tidak terlalu berpengaruh padaku. Yang berbeda hanya saja tidak dapat melakukan sholat tarawih di masjid karena adanya pembatasan.

Bulan Ramadhan selain diisi dengan kegiatan anak-anak dari sekolah, dari komunitas Ibu Profesional regional juga mengadakan lomba, diantaranya adalah lomba mewarnai anak-anak yang mana aku ditunjuk menjadi salah satu penilai hasil karya peserta. Ini suatu pengalaman baru buatku yang juga menyenangi mewarnai dan terkadang menjadikannya sebagai kegiatan di saat me time.


*to be continued...


#KLIP22

#Januarike3

#Part1from3




Minggu, 02 Januari 2022

Parenting Webinar: Anger Management for Mom

 


Pada hari Rabu, tanggal 8 Desember 2021 yang lalu, IIKBM (Ikatan Istri Karyawan Bank Mandiri) melalui undangan IWABA Balikpapan mengadakan webinar mengenai parenting dengan tajuk yang cukup menggetarkan. Anger Management for Mom.


Narasumber yang dihadirkan sangat berpengalaman, dan beliau merupakan founder dari "Dandiah Care" dan seorang pegiat Anger Management, Diah Mahmudah ~ seorang psikolog.



Tema ini cukup menggetarkan ya, karena ini termasuk hal yang paling dibutuhkan juga untuk seorang ibu, dengan berbagai problematika kehidupan sebagai seorang ibu rumah tangga yang penuh dengan bermacam-macam hal menyangkut diri sendiri, pasangan dan juga anak. Tak cuma itu, terkadang hal tentang emosi, seperti anger ini, bisa menyangkut orang lain disekitar kita yang kebetulan secara langsung berada di dekat kita.


Anger Management for Mom. Yes. Siapapun termasuk seorang ibu tentu saja butuh cara untuk mengendalikan emosi, marah, agar dapat selalu terjaga kewarasannya di kehidupan sehari-hari. 


Sering dengar bahwa jika ingin merusak suatu keluarga, anak-anak, maka rusaklah dulu ibunya? Ya, kurang lebih begitulah perumpamaannya. Menjaga mood dan kestabilan emosi seorang ibu bisa dibilang cukup penting. 


Apalagi di saat pandemi dan pembelajaran online seperti ini, emosi seorang ibu sangat banyak yang menjadi sorotan dan perhatian. Dengan pekerjaan sehari-harinya yang mengurus rumah tangga, saat pandemi menambah satu pekerjaan yang sebenarnya sudah diserahkan ke lembaga pendidikan.


Meskipun ini tidak berlaku untuk semua ibu, tapi kebanyakan yang terjadi demikian halnya. Terutama pula pada ibu bekerja di luar rumah, yang tentunya menambah beban pikiran. Berbeda dengan seorang ibu yang sudah terbiasa dengan sistem homeschooling, mungkin tidak akan berpengaruh apapun. Tetapi tetap, bukan berarti seorang ibu akan flat saja tanpa ada distraction dari anak-anak maupun suami.


Bicara tentang wilayah ketahanan mental pada sebuah keluarga, dijelaskan bahwa ada tiga hal yang saling berhubungan. Yaitu mental relationship yang berkaitan dengan anger management pada orang dewasa, kemudian child behaviour and development yang berkaitan dengan anger management  for teens, serta hal parenting yang tentunya sangat berperan dalam sebuah keluarga.


Jika melihat pada bagan diatas, mengenali mana yang merupakan burn out dari diri kita, sangatlah mengejutkan buatku. 


Ternyata bukan hanya satu atau dua hal saja yang masih menghampiri diriku saat ini, dan ini artinya aku masih membutuhkan self healing therapy dalam hal anger management. 


Mbak Diah memaparkan pula tentang adanya lima menu cerdas dalam anger management, dimana dalam mengelola suatu emosi kemarahan, pertama kali kita mesti mengenali  apa itu anger atau amarah. Kedua, mencari dari mana kira-kira sumber amarah yang timbul. Kemudian, kita bisa melihat apa tipe anger yang terjadi dan apa trigger dari terjadinya anger tadi.


Mengelola Emosi

Dengan begitu selanjutnya kita dapat mencari cara untuk menguasai dan mengelola anger tadi, seperti dengan melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi dan memadamkan luapan amarah yang terjadi. Sehingga, amarah yang ditimbulkan tadi tidak merusak diri sendiri maupun orang lain.


Sesungguhnya aku pun tak ingin menjadi seseorang yang memiliki amarah atau anger yang berlebihan. Mengontrol emosi kemarahan adalah PR besar untukku. Tak bisa kupungkiri bahwa aku seorang dengan tipikal keras kepala dan emosional, terutama jika sesuatu hal terjadi dan aku tidak menyukainya, atau tidak sesuai dengan kemauanku.


Mengolah emosi kemarahan yang timbul pada diriku tentunya membutuhkan proses yang bagiku tak mudah. Belajar sabar, hening atau semacam meditasi mindfulness pun aku coba lakukan. 


Perlahan aku mencoba untuk lebih mengendalikan diri agar dapat berpikir lebih jernih sebelumnya. It works. Tetapi, bagiku masih tetap dalam proses untuk lebih baik lagi.


Mengenal Sumber Amarah


Mengenal darimana sumber kemarahan ternyata suatu hal yang harus dilakukan. Apakah itu dari diri sendiri, dari lingkungan sekitar kita, atau mungkin berasal dari pasangan dan anak.


Hal-hal itulah yang biasanya menjadi sumber datangnya emosi. Mungkin ada kejadian yang menyulut kemarahan kita karena sebuah tindakan yang dilakukan orang lain terhadap kita.


Tipe Anger


Menurut mbak Diah, tipe anger itu ada dua macam. Yaitu anger out dan anger in. Anger in sendiri merupakan kemarahan yang terjadi pada diri kita sendiri. Sedangkan anger out merupakan imbas dari adanya anger in yang timbul di diri sendiri.


"Control your anger, before it controls you."


Mbak Diah memberikan satu kalimat yang memang benar adanya. Bagaimanapun, kita memang harus bisa berusaha mengontrol amarah kita, emosi kita, agar tidak merugikan dan merusak. 


Sumbu Pendek dan Sumbu Panjang


Ada dua tipe pribadi manusia di dalam hal pengelolaan timbulnya amarah, yaitu pribadi sumbu pendek dan pribadi sumbu panjang.


Pribadi sumbu pendek yang memiliki emosi di masa lalu (unfinished business), masa kini (overload), dan masa depan (kekhawatiran), akan lebih mudah dipenuhi dengan rasa negatif dan frustasi.


Berbeda dengan pribadi sumbu panjang, yang mana biasanya mampu untuk melakukan 2P dan 2R  yaitu pausing dan pending, serta relax dan reframing.


Memperbaiki dan mengelola kemarahan sejatinya memang harus kita lakukan, pelan-pelan, perlahan-lahan. 


Jika terjadi kemarahan dalam diri, tentunya ada juga hal yang dapat meredamnya. Semua itu pada akhirnya kembali pada niat seseorang untuk berubah menjadi lebih baik dalam mengatur emosinya.


Self Healing


Melakukan self healing therapy dapat membantu mengurangi timbulnya anger yang mengganggu diri kita. Beberapa cara untuk self healing ini seperti menulis, melakukan teknik butterfly hug, atau relaksasi dengan cara lain. Intinya adalah untuk menenangkan hati dan pikiran.


Marah adalah hal wajar, jika dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat, alih-alih juga bisa bermanfaat.


Boleh-boleh saja untuk meluapkan emosi kemarahan, asalkan sudah menyiapkan diri akan konsekuensinya.


Pada dasarnya, kita tetap perlu melakukan anger management agar emosi kemarahan yang ada pada diri kita bisa terolah dengan baik, sehingga diri sendiri dan orang-orang disekitar kita tidak merasa dirugikan.


*sumber gambar: webinar parenting


#KLIP22

#Januarike2

#angermanagement

#webinarparenting



Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...