Jumat, 28 Agustus 2020

Air yang Singgah Seminggu

Saat itu lebaran hari ketiga, dimana kami memutuskan untuk berangkat ke kota Balikpapan, karena anak-anak sekolah masih libur dan suami yang berdinas di kota itu sudah harus masuk kerja di hari Senin. Rumah sudah kami rapikan, termasuk menaikkan ke tempat lebih tinggi untuk beberapa barang yang posisinya dilantai, karena rencana akan ditinggal seminggu dan khawatir jika hujan deras akan ada air dari luar yang mampir. Namun biasanya air masuk paling tinggi hanya sebetis.
Sabtu sorenya saat sudah di Balikpapan, kami dengar kabar di Samarinda hujan deras dan beberapa wilayah banjir, termasuk rumah kami. Informasi itu juga kami dapat dari tetangga kos-kosan depan rumah. Kami pikir itu hanya banjir seperti biasa, air masuk juga mungkin cepat surut dan tinggal kemudian akan kami bersihkan seperti biasa. Sebenarnya saat sebelum hari lebaran, Samarinda dan juga daerah bagian utara hujan deras, bahkan saat lebaran pun ada yang diberitakan bahwa beberapa rumah telah menggenang air. Berita akses jalan ke bandara Samarinda pun beredar, sehingga banyak penumpang pun gagal berangkat.
Rumah kami biasanya jika hujan sangat deras, memang terkadang masuk air dari belakang dan itu hanya sebatas mata kaki, paling tinggi sebetis dan air masih berwarna putih walau agak keruh. Namun ternyata, di hari minggu siang aku menerima kabar dari adik yang ada di Samarinda bahwa air banjir naik sampai ke lutut dan warna air sudah coklat. Menuju malam hari air semakin naik dan mencapai batas paha di hari Senin pagi. Akhirnya adikku terpaksa mengungsi ke penginapan sebab dirumah mati lampu dan ada bayi dan batita. Dirumah pun kondisi berantakan karena tumpukan barang-barang yang sempat dibawa naik ke lantai 2.
Banjir besar itu berlangsung sekitar 6 hari, dan sekitar hari ke-7 baru benar-benar surut. Hari sabtu pun aku pulang ke Samarinda, dan kondisi rumah sangat berantakan. Lumpur dimana-mana, pot berhamburan, dan kondisi didalam rumah pun seperti 'kapal pecah'. Meja makan besar bergeser, kursi terbalik, kaca lemari pecah, dan ada beberapa box berisi baju dan perkakas basah kemasukan air lumpur. Waktu masuk ke dalam rumah, kami sekeluarga pastinya sedih, tapi kemudian kami tertawa menghilangkan rasa pusing melihat keadaan rumah, sambil berbincang ini mulai darimana membersihkannya karena semua lumpur rata masuk ke seluruh bagian rumah.
Akhirnya kami mulai membersihkan keesokkan harinya, seingat saya hari Minggu pagi sewaktu air benar-benar surut di parit. Kami bagi tugas agar cepat selesai. Tidak mudah membersihkan bekas banjir, karena harus mengeluarkan dahulu barang-barang, lalu mulai membersihkan. Kasur tempat tidur mama pun jadi korban. Buku-buku almarhum bapak separuh lemari pun basah. Baju-baju anakku yang ada di bagian bawah seluruhnya kemasukkan air banjir. Sungguh ini bukan hanya badan yang lelah tapi juga pikiran. Namun dan keluarga berusaha tenang dan pelan-pelan membersihkan, bersyukur saja kepada Allah agar semua bisa kembali sediakala.
Keesokkan harinya kami sempat dibantu oleh mahasiswa dari universitas tempat bapak dulu mengajar. Mereka mengadakan bakti sosial dan menyempatkan kerumah kami atas arahan seorang dekan yang dulunya adalah mahasiswa bapakku. Mereka membantu mengangkut begitu banyaknya sampah, dua kasur mama, kulkas lama yang sudah hancur, kemudian sekalian buku-buku bapak yang basah dan yang masih bisa digunakan. Memang sudah lama aku mau memilah buku-buku bapak untuk diberikan ke perpustakaan universitas. Bahkan ada seorang mahasiswa yang sempat meminta Al Quran terjemahan bapakku, dan karena aku memang tidak menggunakannya karena memiliki sendiri, jadi aku berikan dan begitu senangnya mahasiswa itu sebab terjemahan itu memang yang dia pernah cari, entah mungkin dari versi atau penerjemahnya.
Banjir besar ini dulu pernah terjadi 10 tahun yang lalu. Aku juga tidak mengerti kenapa sampai separah itu. Ya, memang kekuasaan Allah yang memberikan musibah tersebut. Namun sebagai manusia, mungkin kita ada salah dalam mengelola lingkungan, sehingga saat hujan deras dan lama, air tidak ada penyerapan karena sudah mulai banyak gedung, penebangan tanpa reboisasi, maupun tambang-tambang. Belum lagi dengan banyaknya sampah yang ada didalam parit, got dan sungai. Banjir ini kemarin terjadi lagi di bulan Januari dan Mei. Harapanku kedepannya, ada solusi untuk masalah banjir, bukan hanya dari pemerintah, tapi kita sebagai pribadi pun mencoba mulai dari hal kecil ❤


Bermental Kaya?

Suatu ketika aku menemukan sebuah gambar yang kata-katanya bertulisan ciri-ciri orang bermental kaya. Sepertinya ini hanya beberapa ciri yang berkaitan dengan dunia jual beli atau dalam hal berdagang. Sebab disini dikatakan bahwa ciri-cirinya ialah yang pertama, tidak menawar (apalagi ke teman). Lalu kedua, tidak meminta 'free' ongkos kirim. Dan yang ketiga, tidak minta transfer bank yang sama. Ya, ini adalah tentang mental kaya seorang pembeli 😊.
Ketiga hal ini sebenarnya kerap terjadi saat jika melakukan perdagangan, baik secara 'online' maupun 'offline'. Secara tidak langsung cukup membuatku tersenyum saat pertama kali membaca dan itu benar adanya aku sering temui. Dan tidak aku pungkiri, aku pun pernah melakukan salah satu hal tersebut 😊. Ya menurutku, sebagai manusia dan sebagai pembeli rasanya wajar saya jika meminta atau melakukan hal tersebut, karena tentunya kita pun ingin mendapatkan sesuatu dengan mengeluarkan dana seminimal mungkin.
Jika coba melihat satu persatu isi yang dimaksud, seperti tidak menawar harga suatu barang (apalagi ke teman), kadangkala kita tidak bermaksud jahat, sebab tawar menawar ialah suatu hal yang lumrah dalam berdagang agar mendapatkan harga yang cocok. Menurutku sah-sah saja, selagi tawaran itu wajar. Hanya saja, jika jelas sudah tertera harga dituliskan dan diinfokan, mungkin seharusnya kita paham bahwa itulah harga barang tersebut. Kecuali di awal ada pemberitahuan bahwa harga tersebut bisa dinegosiasikan atau boleh ditawar. Tambahan kata 'apalagi ke teman' sepertinya karena banyak kejadian demikian, yang mana kita tidak tahu betapa sulitnya teman kita berusaha mendagangkan barangnya, dan bisa jadi juga keuntungannya kecil sekali. Hubungan pertemanan pun kadang bisa jadi kurang baik, sebab ada rasa tidak enak jika tidak memenuhi.
Untuk masalah 'free' atau gratis ongkos kirim ini juga paling dicari dan ditunggu oleh para pembeli. Sebab, ini akan menghemat pengeluaran ongkos kirim yang besarnya tergantung jarak dan berat barangnya. Saat ini malah 'marketplace' banyak yang menawarkan subsisi ongkos kirim sampai ke gratis ongkos kirim. Ya menurutku, mungkin kalau melalui 'marketplace' kita boleh saja mengejar hal itu, tapi jika bukan melalui aplikasi jual barang itu, mungkin sebaiknya kita sebagai pembeli tetap menanyakan besaran ongkos kirim dan menanggungnya sesuai dengan perhitungan berat dan jarak.
Yang ketiga yaitu tidak meminta transfer bank yang sama ☺. Jujur saja dulu aku pernah bertanya kepada salah satu penjual apakah dia mempunyai rekening bank yang sama denganku 🤭. Sebenarnya penjual berhak menggunakan bank apapun untuk memudahkannya menerima transferan maupun sebaliknya. Dan sekarang aku hampir tidak pernah tanya rekening bank yang sama dengan yang kumiliki jika aku akan bertransaksi, dan aku anggap biaya transfer bank ini sebagai biaya aku menggunakan jasa bank.
Nominal yang dikenakan bank sebagai biaya transfer antar bank biasanya tidak lebih dari 10 ribu, namun memang beberapa orang merasa keberatan. Namun akhir-akhir ini ada aplikasi yang cukup memudahkan orang-orang melakukan transfer bank ke rekening orang lain yang berbeda bank, dan tidak ada dikenakan biaya transfer. Jadi, menurutku ya ini pilihan masing-masing, jika mau repot bisa mengunduh aplikasi tersebut dan harus mau menunggu antrian transferan kita diproses, tapi jika mau yang mudah maka ikhlaslah dalam menanggung biaya transfer ☺.
Jadi dari ketiga ciri-ciri yang dituliskan tersebut ialah kembali kepada diri kita sendiri. Karena mungkin maksud dari 'bermental kaya' (dalam berdagang) disini ialah bahwa kita diharapkan selalu memelihara rasa optimis di dalam diri bahwa kita bisa memperoleh sesuatu tanpa harus menyusahkan orang lain (dalam hal ini penjual). Dan menurutku memang 'mindset' seperti ini yang perlu selalu kita ingat dan terapkan (sebisa mungkin) ❤
*referensi: google, foto google fb

"Aku dan si Google Classroom"

"Aku dan si Google Classroom"
Semenjak adanya pandemi yang mau tidak mau mengharuskan anak-anak belajar dari rumah, sejak itulah aku baru mengenal apa itu 'Google Classroom'. Telat mengenal? Iya mungkin bagiku yang memang belum pernah menggunakan, bahkan mendengar dan menginstalnya pun baru saat itu 😊. Pada awalnya cukup membuat sedikit panik, karena harus belajar cara menggunakannya, termasuk juga sekaligus merapikan ruang penyimpanan di gawai dengan menghapus dokumen dan aplikasi yang tidak perlu atau jarang digunakan.
Menurut wikipedia, Google Classroom adalah layanan web gratis, yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah, yang bertujuan untuk menyederhanakan dalam membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas dengan cara tanpa kertas atau 'paperless' istilah dijaman saat ini. Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi file antara guru dan siswa. Dan memang benar adanya, dengan adanya aplikasi ini, cukup membantu disaat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung secara daring (dalam jaringan) atau 'online'.
Berhubung kedua anakku harus menggunakan aplikasi tersebut, jadilah di gawaiku terdapat 2 (dua) akun 'google' selain akun pribadiku, jadi total ada 3 (tiga) akun. Tidak memasang atau instal di laptop? Tentu saja ada. Namun memasang di gawai pun untuk memantau dan mengunggah dokumen foto atau video yang diambil melalui gawaiku, agar aku tidak perlu memindahkan ke laptop mereka. Minimal aku juga harus mencari cara tercepat dan termudah untuk mengimbangi proses daring ini, selain juga menggunakan 'google drive' untuk beberapa hal.
Adanya sistem daring melalui 'google classroom' ini akhirnya membuat aku seperti kembali belajar ☺. Karena aku juga ikut mendampingi dan sedikit menjelaskan kembali jika anak-anak tidak paham. Setiap hari pun aku juga ikut mengecek setiap video dan tugas yang masuk, selain melalui aplikasi percakapan khusus grup kelas masing-masing, termasuk juga mengunggah kembali tugas yang telah dikerjakan dan setoran hafalan anak-anak. Tentu saja aku juga menyiapkan dan memastikan kuota jaringan internet aman dan tersedia 🤭 karena aku hanya menggunakan jaringan 'wifi' melalui kuota gawai yang setelah digunakan bisa dimatikan.
Harapanku semoga walaupun sedikit terpaksa harus menggunakan aplikasi 'Google Classroom' ini, anak-anak tetap semangat dalam belajar. Dan juga aku sebagai orangtua juga bisa membersamai, walaupun mungkin tidak sebanding dengan cara pengajaran dan pendampingan guru mereka. Dan tentu saja, semoga keadaan pandemi ini segera berlalu dan kembali benar-benar normal tanpa kekhawatiran.
.
.
.
*referensi:
wikipedia, google search
*gawai = padanan kata dari 'gadget'
(dalam hal ini 'handphone'/telepon genggam)
.
.
.

*Dimuat di FBG Rumbel Menulis IP Samkabar

Nonton Film di Bioskop

Nonton Film di Bioskop
Nonton film di Bioskop itu salah satu hiburan buat sebagian orang. Bisa menonton sendirian, bersama teman, atau keluarga. Tapi, sejak pandemi covid19, semua bioskop terpaksa ditutup. Dan belum ada kabar lagi kapan akan mulai dibuka. Hal ini seperti penuturan dari pihak bioskop yang beredar di media, bahwa ini demi menjaga kesehatan karyawan juga para penonton.
Kembali ke bioskop yang jadi salah satu tempat untuk menonton film-film favorit dengan suasana berbeda, sudah pasti sebagian orang pun rindu untuk kesana. Menonton film di televisi, CD, 'download' ataupun streaming di internet sebenarnya sangat bisa dilakukan, dan bahkan banyak juga yang melakukan. Namun, suasana berbeda yang ditawarkan oleh bioskop juga satu hal yang menjadi daya tarik para penikmat film. Apa yang berbeda?
Yang berbeda jelas sekali adalah layar bioskop yang besar dengan didukung sistem penyedia suara yang membuat film lebih menyenangkan, puas dan seru ditonton. Ini tentunya tidak berlaku bagi sebagian orang yang memang tidak suka pergi ke bioskop. Namun demikian, dengan fasilitas menonton yang sedemikian rupa, kemudian ditambah dengan ruangan besar dan kursi empuk, bahkan ada teater atau studio yang menawarkan kursi nyaman dengan posisi bisa sambil berbaring dan mengenakan selimut, pastinya ada dana yang harus dikeluarkan.
Untuk bisa menikmati film di bioskop, ada harga tiket masuk yang berbeda-beda tergantung hari dan juga jenis studio. Harga tiket masuk di hari kerja biasanya lebih murah daripada saat hari menjelang akhir pekan. Dan studio dengan fasilitas eksklusif pun akan lebih mahal. Perlu sekali diperhitungkan jika ingin menonton di bioskop selain harga tiket masuk, tentu saja makanan cemilan atau minuman yang dijual di area bioskop. Karena biasanya orang akan tertarik dengan tawaran berbagai jenis makanan cemilan dan minuman tersebut, apalagi memang bioskop punya aturan sendiri untuk tidak memperbolehkan membawa makanan dan minuman yang dibeli dari luar area bioskop. Kalau saya, sudah pasti sedia air putih di botol dan kadang permen atau cemilan kecil seperti permen atau coklat atau bekal roti dari rumah yang sekiranya mudah dibawa dan dimasukkan ke dalam tas, dan ini cukup bisa menghemat pengeluaran saat ingin menonton di bioskop tanpa tergoda tawaran makanan dan minuman milik bioskop ☺
Oya, didalam studio bioskop, sebenarnya juga ada tata tertibnya selain perihal makanan dan minuman. Antara lain dilarang merekam film yang berlangsung, dilarang berisik dan himbauan tidak menyalakan telepon genggam selama film berlangsung. Penonton juga diharapkan tidak melakukan hal yang tidak sopan seperti mengangkat kaki ke kursi depan atau meletakkan kaki di punggung kursi depan. Mengenai tata tertib ini, saya sendiri suka sangat terganggu dengan orang yang tidak menghargai penonton lain. Masih sering saya temui penonton yang tidak sopan mengangkat kaki ke kursi depan walaupun tidak ada yang menempati. Lalu ada yang menyalakan telepon genggam, padahal cahaya dari layarnya sangat mengganggu. Saya cuma berpikir, jika tidak niat menonton film di bioskop buat apa buang-buang uang sementara di dalam studio malah mengganggu. Itu belum termasuk orang yang membuang sampah sembarangan dan meninggalkannya di kursi saat film sudah selesai.
Menonton film di bioskop ini juga sebenarnya ada himbauan untuk menonton film sesuai dengan batasan usia. Biasanya sebuah film akan memberikan petunjuk apakah film tersebut untuk semua usia atau usia tertentu. Jenis film yang ditayangkan pun biasanya akan tercantum, sehingga sebelum memutuskan untuk menonton, kita sudah tahu. Untuk beberapa film walaupun ada batasan usia ataupun semua usia, bimbingan orangtua (parental guidance) tetap diperlukan jika kita mengajak anak ikut serta. Dan sebisa mungkin juga harus dipilih jenis film yang akan ditonton.
Harapannya dengan masih ditutupnya bioskop saat ini, pemilik akan membenahi sistem dan fasilitas bioskop masing-masing. Sehingga nantinya saat sudah mulai dibuka, protokol kesehatan berjalan dengan baik dan bioskop menjadi lebih nyaman lagi. Sementara menonton di TV (bersyukur jika mempunyai televisi berukuran besar, jadi seakan mempunyai studio mini 🤗), melalui komputer atau telepon genggam dapat menjadi alternatif menikmati film kesayangan. Meskipun bagi sebagian orang, seperti yang saya katakan sebelumnya, mempunyai kesenangan dan kepuasan sendiri menonton film di bioskop. Saya dan keluarga juga termasuk yang 'rindu' karena sesekali juga suka menikmati film di bioskop, namun bukan yang menjadikannya sebagai 'keharusan' 😊. Masing-masing punya cara dan kesukaan bagaimana menikmati film asalkan tidak memaksakan dan sesuai keadaan 🥰.




Rabu, 19 Agustus 2020

Sebuah Cerpen ---- Arina

    
    Arina bukan anak orang kaya. Ayahnya seorang pemulung dan ibunya selain membantu sang ayah juga sesekali menjadi tukang bersih-bersih rumah panggilan. Arina anak satu-satunya dikeluarganya yang karena kegigihan ayahnya dapat bersekolah di SMA Negeri sampai saat ini. 

     Menjadi anak seorang pemulung bukan kemauan Arina. Dahulu mungkin dia tidak pernah ambil pusing dengan perkataan teman-temannya. Namun, semenjak duduk di kelas 2 SMA, Arina seperti mulai merasa terganggu dengan beberapa omongan teman-temannya. Ejekan dan terkadang hinaan karena keadaan orangtua yang ditujukan kepada Arina dari sebagian teman-teman sekolahnya membuat dia lama-kelamaan terusik. Arina menjadi sakit hati dan sebisa mungkin menjauh dari teman-temannya, hanya pada saat mengikuti pelajaran dia menahan diri. 

     Arina tahu bahwa sebagian dari teman-temannya yang mengejeknya ialah mereka yang tidak suka akan kepintarannya. Ya, Arina termasuk siswi yang banyak dipuji para guru karena prestasinya. Dan itu membuat kesal mereka yang tidak menyenanginya. Arina selalu dijadikan contoh bagi teman-temannya oleh para guru sampai kepala sekolah. Dengan parasnya yang tidak kalah menarik dengan para finalis ajang kecantikan putri Indonesia, semakin membuatnya tidak disukai. Dan karena itulah, kondisi orangtua Arina menjadi satu bahan hinaan untuk merendahkannya. 

    Tidak dapat berbuat apa-apa atas perlakuan teman-temannya, pun karena tidak ingin membuat masalah, Arina tetap menjalani hari-harinya dengan berusaha menutup telinga dan menahan mulutnya untuk tidak membalas semuanya ejekan. Baginya, prestasi yang siang malam dia perjuangkan suatu saat akan membungkam hinaan teman-temannya. Dan semua memang berhasil dibuktikannya saat kelulusan tiba, terpampang namanya dengan nilai tertinggi, bukan hanya di sekolahnya tapi wilayah kotanya. 

     Arina tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Dia memutuskan untuk menjadi TKW di negeri sebrang, atas ajakan teman satu lingkungan rumahnya. Kedua orangtuanya dengan berat hati melepasnya untuk bekerja. Dia hanya bisa mengucapkan terima kasih saat berpisah di depan rumah. Dan selama di pesawat, luruh airmatanya membaca kembali sebuah surat yang ia temukan tidak sengaja di pojokan laci nakas usang didapur belakang sesaat sebelum ia berangkat ke sekolah untuk menerima kabar kelulusan. 18 tahun yang lalu surat itu diterima orangtuanya bersama seorang bayi perempuan cantik. 



*referensi gambar: canva and edit

#fiksi 
#belajarmenulis 
#tulisanchindis 
#tantangan2day19 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewriting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar



*Tulisan ini dimuat di FBG Rumbel Menulis IP Samkabar

Sulung itu.. Aku, Ibuku dan Anakku 


     Aku anak sulung, anak pertama dari bapak ibuku. Disebut anak pertama, karena bapak ibuku punya 2 anak lainnya yaitu adik-adikku. Iya, kami 3 bersaudara. Jadi anak pertama bagaimana rasanya? 😊 

     Menjadi anak pertama atau anak keberapapun tetap harus bersyukur. Menyenangkankah? Iya, jadi anak pertama menyenangkan sebab salah satunya itu biasanya rata-rata barang yang kita pergunakan baru ☺ Anak pertama ialah kebahagiaan pertama orangtua setelah menikah, karena sangat ditunggu-tunggu kehadirannya untuk melengkapi sebuah keluarga. 

     Sebagai anak sulung, sejak dahulu aku sudah terbiasa sedikit lebih mandiri dan pastinya belajar mengalah dan berbagi dengan adik-adikku. Tapi tak jarang, kadang aku juga merasa dinomorduakan setelah kehadiran mereka. Ada keistimewaan menjadi anak pertama, namun di lain sisi ada juga mungkin ada kekurangannya. 

     Di satu website ada ulasan perihal sifat anak pertama juga faktanya. Ya, tidak akan selalu persis 100% dengan sifat semua anak pertama, namun secara umum mungkin ada kemiripan, atau bisa jadi melebur karena ada kekuatan disalah satu sifat yang lebih dominan. Beberapa fakta tersebut diantaranya ialah bahwa anak sulung itu: 
- Pemimpin Alami
- Mandiri 
- Pekerja keras dan mudah stress 
- Memegang kendali 
- Menguasai bahasa kedua lebih baik 
- Memiliki kepribadian yang baik 
- Egois dan keras kepala 

     Pengelompokan fakta sifat ini juga tidak semuanya akan tampak pada anak pertama, tapi memang rata-rata mereka memiliki karakter di atas. Mungkin masih banyak lagi karakteristik anak pertama menurut para pakar. Meskipun pada akhirnya sebenarnya sifat maupun karakter setiap anak berbeda tergantung juga pada pola asuh dari orang tua dan lingkungan anak tersebut. 

     Aku sendiri memiliki beberapa sifat yang disebutkan diatas, tidak semuanya. Begitupun ibuku yang juga anak pertama dan anak sulungku. Tapi tetap sekali lagi, kita memang tidak bisa menyamaratakan bahwa semua anak sulung itu punya sifat yang sama. Bagiku, yang penting kita berusaha meredam yang negatif dan memunculkan yang positif saja, menutupi kelemahan dengan kekuatan yang dimiliki. Oya, meskipun aku anak sulung, aku berharap dan ingin anak sulungku tidak mewarisi kelemahan maupun kekuranganku 🥰. Tetap bersyukur menjadi yang pertama, karena Allah pasti tahu alasannya mengapa kita jadi anak sulung ❤ 



 *referensi: google search, canva 



#tulisanchindis 
#tantangan2day14 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewriting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar

*Tulisam ini dimuat di FBG Rumbel Menulis IP Samkabar 

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...