Rabu, 19 Agustus 2020

Sebuah Cerpen ---- Arina

    
    Arina bukan anak orang kaya. Ayahnya seorang pemulung dan ibunya selain membantu sang ayah juga sesekali menjadi tukang bersih-bersih rumah panggilan. Arina anak satu-satunya dikeluarganya yang karena kegigihan ayahnya dapat bersekolah di SMA Negeri sampai saat ini. 

     Menjadi anak seorang pemulung bukan kemauan Arina. Dahulu mungkin dia tidak pernah ambil pusing dengan perkataan teman-temannya. Namun, semenjak duduk di kelas 2 SMA, Arina seperti mulai merasa terganggu dengan beberapa omongan teman-temannya. Ejekan dan terkadang hinaan karena keadaan orangtua yang ditujukan kepada Arina dari sebagian teman-teman sekolahnya membuat dia lama-kelamaan terusik. Arina menjadi sakit hati dan sebisa mungkin menjauh dari teman-temannya, hanya pada saat mengikuti pelajaran dia menahan diri. 

     Arina tahu bahwa sebagian dari teman-temannya yang mengejeknya ialah mereka yang tidak suka akan kepintarannya. Ya, Arina termasuk siswi yang banyak dipuji para guru karena prestasinya. Dan itu membuat kesal mereka yang tidak menyenanginya. Arina selalu dijadikan contoh bagi teman-temannya oleh para guru sampai kepala sekolah. Dengan parasnya yang tidak kalah menarik dengan para finalis ajang kecantikan putri Indonesia, semakin membuatnya tidak disukai. Dan karena itulah, kondisi orangtua Arina menjadi satu bahan hinaan untuk merendahkannya. 

    Tidak dapat berbuat apa-apa atas perlakuan teman-temannya, pun karena tidak ingin membuat masalah, Arina tetap menjalani hari-harinya dengan berusaha menutup telinga dan menahan mulutnya untuk tidak membalas semuanya ejekan. Baginya, prestasi yang siang malam dia perjuangkan suatu saat akan membungkam hinaan teman-temannya. Dan semua memang berhasil dibuktikannya saat kelulusan tiba, terpampang namanya dengan nilai tertinggi, bukan hanya di sekolahnya tapi wilayah kotanya. 

     Arina tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Dia memutuskan untuk menjadi TKW di negeri sebrang, atas ajakan teman satu lingkungan rumahnya. Kedua orangtuanya dengan berat hati melepasnya untuk bekerja. Dia hanya bisa mengucapkan terima kasih saat berpisah di depan rumah. Dan selama di pesawat, luruh airmatanya membaca kembali sebuah surat yang ia temukan tidak sengaja di pojokan laci nakas usang didapur belakang sesaat sebelum ia berangkat ke sekolah untuk menerima kabar kelulusan. 18 tahun yang lalu surat itu diterima orangtuanya bersama seorang bayi perempuan cantik. 



*referensi gambar: canva and edit

#fiksi 
#belajarmenulis 
#tulisanchindis 
#tantangan2day19 
#30harisemangatmenulis 
#30harifreewriting 
#30haribercerita 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar



*Tulisan ini dimuat di FBG Rumbel Menulis IP Samkabar

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...