Selasa, 23 Maret 2021

Sebuah Buku : Set Yourself Free

Salah satu buku koleksi saat sekolah dahulu adalah buku Set Yourself Free : How to Unlock the Greatness Within You, yang ditulis oleh Sandy Krauss. Judul buku ini memang berbahasa Inggris, namun yang saya miliki ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dengan judul Set Yourself Free : Kiat Praktis Mencapai Sukses di Masa Depan. Jika tidak salah ini buku sekitar tahun 1999 dengan tebal buku sekitar 180-190 halaman. Tidak terlalu tebal dan tidak juga tipis menurut saya. 


Tidak tahu mengapa dahulu saya membeli buku ini. Mungkin karena buku pengembangan diri sejenisnya seperti Chicken Soup suka saya baca, sehingga tertarik untuk membaca buku ini. Kalau dilihat sekilas dari judul bukunya, sepertinya terkesan berat, ya. Kiat praktis mencapai sukses di masa depan. Tapi jika coba mengikuti dan membaca lembar demi lembar, sebenarnya buku ini cukup enak dan ringan dibaca. Bisa dilihat dari daftar isinya dahulu, yang diantaranya adalah tentang bagaimana mengenal dan mencintai diri sendiri, lalu bagaimana menciptakan masa depan sendiri, percaya dan tidak menyerah serta bagaimana mensyukuri perjalanan hidup kita. Yang paling suka saya ulang-ulang adalah di bagian akhir halaman, yaitu di bagian khusus mengenai 30 tehnik membangun harga diri. 


Menurut saya, yang termasuk sebagai seseorang dengan tingkat kepercayaan diri rendah dan mempunyai rasa minder, buku pengembangan diri ini cukup bisa menemani dan membuat saya belajar untuk mencintai dan bersyukur lebih akan adanya diri ini. Ini bukan buku cerita atau kumpulan cerita inspiratif layaknya si Chicken Soup, tapi buku ini memberikan pengertian dan penyemangat untuk kita dalam menjalani hidup. Bagaimana kita bisa memulai dengan mengingat dan menuliskan setiap harinya, hal-hal apa yang membuat kita harus bersyukur atas hidup ini. Kemudian menyadari hal apa saja yang harus kita lupakan di masa lalu sebagai pembelajaran, untuk melangkah ke depan dengan pikiran positif dan tidak pantang menyerah.


Memang, semua itu dimulai diri sendiri dahulu, mau berubah menjadi pribadi yang lebih baik atau tidak. Mindset bahagia dan pikiran positif yang harus selalu ditanamkan, serta tidak lupa untuk selalu bersyukur di setiap hal kejadian yang kita alami. Melakukannya pun mungkin tidak langsung sekaligus, namun bertahap dan konsisten. Karena untuk menjadi seseorang yang sukses di masa depan, sudah jelas dibutuhkan jiwa yang mau untuk selalu percaya dan yakin akan kekuatan dalam diri sendiri. 


Oya, seperti yang saya sebutkan tadi sebelumnya, di halaman-halaman bagian akhir ada bagian khusus tentang 30 tehnik membangun harga diri, yang mana ketigapuluh tehnik yang dituliskan itu sungguh hal-hal yang sederhana, namun jika dilakukan terus-menerus, tentunya bisa membawa hasil yang baik dan membuat diri kita merasa lebih baik dari sebelumnya. Di lain waktu mungkin akan saya sampaikan 30 tehnik tersebut. For sure, buku ini kesayangan saya sekali, dan sepertinya saat sekarang ini akan sulit memperolehnya sebab sudah terlalu lama. Jadi, tak ada salahnya membaca buku pengembangan diri seperti ini, dengan tujuan sebagai pengingat diri dan pembangkit semangat menuju kesuksesan diri untuk cinta dan cita 😊.




Referensi:

Buku Set Yourself Free : Kiat Praktis Mencapai Sukses di Masa Depan, Sandy Krauss

Foto dari bukalapak.com

Buku Pribadi



#tulisanchindis

#bukuchindis

#setyourselffree

#KLIP

#Maretke22





Minggu, 21 Maret 2021

Stand By Me 2 : Doraemon

Tahun ini ada film animasi Doraemon yang diputar di Indonesia. Jika tidak salah ini juga dalam rangka 50 tahun adanya Doraemon. Seekor kucing dari masa depan (abad 22) yang dikisahkan menjadi sahabat seorang anak bernama Nobita. Para anak-anak angkatan tahun 90-an pasti akrab banget sama serial kartun Doraemon ini, bahkan komiknya pun tak kalah menarik untuk dibaca. Dahulu, saya juga termasuk penggemar komik Doraemon 😊, ada beberapa yang memang saya beli, ada juga yang pinjam dari saudara. Dan seiiring berlalunya waktu, Doraemon pun dibuatkan film layar lebarnya. Yang paling booming menurut saya adalah yang berjudul Stand By Me. 


Film kartun Stand By Me pertama cukup sukses ditonton banyak kalangan, tak cuma anak-anak kecil saat ini, tetapi generasi zaman dahulu yang kangen dan yang menyukai sosok kucing ajaib yang memiliki pintu kemana saja, tak melewatkan film ini, termasuk saya 🀭. Entah kenapa, film Doraemon bersama tokoh Nobita dan kawan-kawannya ini sangat menghibur dan setiap cerita sebenarnya ada amanat yang bisa diambil. Doraemon memang populer sampai sekarang, bahkan pernak-pernik bertemakan Doraemon tak pernah bosan dimiliki. Andai saja, pintu ajaib kemana saja, mesin waktu dan baling-baling bambu itu benar-benar nyata, aku mungkin akan memburunya πŸ˜„


Back to film Stand By Me, dimana tahun 2021 ini adalah sekuel keduanya. Sutradara sekaligus penulis, Ryuichi Yagi dan Takashi Yamazaki, membuat film ini memainkan emosi penonton, ya, setidaknya bagi saya dan anak-anak 😊. Jika di Stand By Me 1 menceritakan tentang diri Nobita dan persahabatan manisnya dengan Doraemon, di Stand By Me 2 ini bercerita tentang rasa kangennya Nobita pada sang nenek saat tidak sengaja menemukan boneka beruang kesayangannya serta tentang keraguan Nobita di masa depan akan pernikahannya dengan Shizuka. Hmm, di awal saya sempat ragu, bagaimana menjelaskan anak yang masih kecil perihal adegan pernikahan, tapi karena kami mendampingi, jadi bisa dijelaskan dengan bahasa yang bisa dimengerti anak seusianya.


Film SBM 2 ini seperti yang tadi saya sebutkan, cukup memainkan emosi. Antara ada rasa lucu, sedih, gembira, terharu di setiap adegannya. Oya, menurut informasinya, cerita itu dipadukan dengan dua cerita dari dua film pendek Doraemon yaitu berjudul Doraemon: A Grandmother's Recollections dan The Day When I Was Born, yang dirilis pada 2000. Cerita seorang Nobita yang ingin bertemu sang nenek dan meminta bantuan Doraemon untuk pergi ke masa lampau saat neneknya masih ada. Dan ternyata hanya sang nenek yang percaya akan kedatangan Nobita masa depan saat itu. Sang nenek pun menginginkan melihat pernikahan Nobita di masa depan, sebab menyadari bahwa ia tak mungkin ada di masa depan itu. Nobita pun kembali meminta bantuan Doraemon untuk membawanya ke masa depan saat ia menikah dengan dengan Shizuka. 


Di masa depan ini pun, terjadi konflik dimana Nobita dewasa ragu akan pernikahannya dengan Shizuka, sebab ia takut tidak dapat membahagiakan Shizuka nantinya. Nobita merasa Shizuka hanya menerima dirinya karena kasihan dan ingin menjaga Nobita yang terkenal ceroboh. Nobita kecil pun akhirnya menyamar atas suruhan Doraemon, untuk menggantikan Nobita dewasa yang tak kunjung datang di pernikahannya. Saat pernikahan, tentu saja Nobita kecil yang menyamar pun dalam kebingungan, sampai saat hendak berpidato akhirnya ia pun pergi untuk mencari Nobita dewasa yang asli. Akhirmya Nobita dan Doraemon menemukan Nobita dewasa telah berada di zaman sekarang menggunakan mesin waktu yang tertinggal di toilet saat Doraemon dan Nobira kecil tiba.


Nobita dewasa menceritakan tentang semua keraguannya, sampai ia pun setuju untuk sementara bertukar jiwa dengan Nobita kecil demi merasakan bagaimana senangnya menjadi Nobita saat itu. Sampai pada akhirnya disuatu kejadian ia sadar bahwa Shizuka memang benar-benar mengkhawatirkannya dan menyayanginya. Adegan haru saat jiwa Nobita kecil dan Nobita dewasa bertukar kembali, dimana alat penukar jiwa itu mengalami kesalahan. Begitu besarnya rasa sayang Doraemon kepada sahabatnya ini, sehingga air mata pun membangkitkan kekuatan kedua Nobita untuk bertukar jiwa kembali. Setelah mereka berhasil kembali ke jiwa masing-masing, akhirnya Nobita dewasa pun siap untuk kembali ke acara pernikahannya dengan Shizuka. Nobita kecil pun menepati janjinya kepada sang nenek untuk membawa sang Nenek melihat pernikahannya di masa depan dengan Shizuka. 


Saya terharu 😊. Kalimat-kalimat Nobita dewasa saat pidato pernikahan sangatlah menyentuh. Betapa keluarga, orangtua, adalah sangat berharga dalam kehidupan kita, bagaimana pun keadaan kita. Begitupun dengan nasehat sang nenek kepada Nobita, walaupun dia tak pandai dalam suatu hal, tapi akan ada kelebihan lain yang dimiliki. Intinya, sih, tak ada anak atau orang yang benar-benar sempurna, karena dibalik ketidakbisaan, ketidakmampuan atau kekurangan, pasti ada suatu hal lain yang bisa menjadi kelebihan seseorang. Menyentuh sekali. Happy ending yang sangat mengharukan. Ditambah lagi dengan lagu sountrack film berjudul Niji yang artinya pelangi dan dinyanyikan oleh Masaki Suda, membuat film Doraemon ini menjadi tontonan yang menyenangkan. 


Saat ini film Doraemon: Stand By Me 2 masih diputar di cinema-cinema. Walaupun kategorinya untuk semua umur, setidaknya kita orangtua tetap mendampingi, ya. Yang mau dengar lagunya bisa googling, dijamin menenangkan 😊. Miru no o tanoshimu πŸ₯°



Referensi:

  • Film Stand By Me 2

  • Wikipedia

  • cnnindonesia.com

  • picture from kapanlagi.com



#Reviewfilmchindis
#Tulisanchindis
#KLIP
#Maretke21

Kamis, 18 Maret 2021

Dongeng Sepanjang Masa (Malin Kundang)

Bicara tentang dongeng, siapa yang tidak tahu atau pernah mendengar dongeng. Bukan cuma anak-anak yang suka dongeng, banyak juga orang dewasa yang masih juga suka dengan dongeng. Yang saya ingat dahulu ada dongeng 1001 malam, ada juga dongeng anak-anak dari Hans Christian Anderson yang cukup populer. Tak lupa pula ada dongeng dari dalam negeri sendiri, Indonesia, seperti Malin Kundang, yang tentunya sangat terkenal ceritanya sampai sekarang ini.

Malin Kundang. Ini termasuk salah satu dongeng yang kerap kali saya dengar sejak kecil. Bisa dibilang, ini berulang kali sering saya dengar dan diceritakan oleh orangtua. Apalagi jika saat kita melakukan sesuatu yang tidak baik atau bandel, wah, dijamin dongeng asal Padang, Sumatera Barat ini bakalan kembali kita dengarkan 😊. Bisa dibayangkan betapa hafalnya kisah Malin Kundang karena intensitas dongeng ini lebih banyak diperdengarkan ketimbang dongeng ala princess-princess yang jelas paling saya sukai. Ketahuan ya, berarti zaman anak-anak dulu, suka ga nurut dan bandel sama orang tua 😁.

Ceritanya pasti sudah pada tahu, ya. Bener banget, ini kisah seorang anak miskin yang hidup berdua bersama ibunya, yang ingin mengubah nasibnya karena bosan menjadi oranh miskin dan tak punya apa-apa. Singkat cerita si Malin Kundang ini berangkat merantau dan bekerja keras sehingga menjadi sukses dan banyak harta. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita cantik. Entah mengapa dia merasa malu untuk mengakui bagaimana keadaan ibunya saat kapal yang membawa dirinya dan istrinya tiba di kampung halamannya. Sudah tahu ya kira-kira kelanjutanya 🀭, ya betul, sang ibu yang menghampiri anaknya, si Malin Kundang, tak diakui sebagai ibunya. Sakit hati seorang ibu itupun berakhir dengan ucapan sumpah yang dikabulkan Sang Maha Pencipta, sehingga Malin Kundang pun terkutuk menjadi sebuah batu selamanya.

Dongeng ini memang cukup fenomenal. Apalagi ditambah adanya bentuk batu menyerupai manusia yang ada di Padang. Terlepas dari itu benar adanya atau palsu seperti yang diperbincangkan orang-orang, inti dari dongeng Malin Kundang si anak durhaka ini adalah agar kita sebagai anak harusnya menghormati dan tidak bertindak durhaka kepada orang tua. Dan sebagai orangtua, khususnya sebagai ibu, bisa menjaga diri dalam mengucapkan sesuatu kepada anak, walaupun mempunyai perasaan sakit hati, marah atau kecewa kepada anak.

Saat ini juga, anak-anak pun sebelum dongeng ini diceritakan di sekolah mereka, sudah saya ceritakan terlebih dahulu 😊. Ditambah lagi sekarang sudah ada media video, sangat menarik saat ditampilkan secara visual. Dongeng ini bukan untuk menakuti anak-anak sebenarnya, tapi jika menceritakan dengan disampaikan amanat dan pesan yang terkandung didalamnya, diharapkan anak bukan cuma terhibur dengan alur cerita, tetapi juga belajar bagaimana harus berlaku kepada orang tua. Betapa sedihnya orang tua jika diperlakukan dengan tidak baik oleh anaknya. Dan perkara kutukan menjadi batu mungkin bisa diumpamakan dengan hal lain, karena anak zaman sekarang, bisa jadi tidak percaya dengan hal kutuk-mengutuk menjadi batu seperti itu 🀭. Yang terpenting, pelajaran dari kisah dongeng itu bisa tertanam pada anak-anak untuk tidak mengikuti jejak si Malin Kundang. 




#KLIP2021
#Maretke18

Senin, 08 Maret 2021

Power of "Me Time"

Mamak-mamak kenal "Me Time"? Yes, istilah ini sudah terkenal dimana-mana. Banyak orang yang sering menggaungkan istilah ini, tak kecuali pastinya para wanita, khususnya para emak-emak atau ibu-ibu. Apa, sih, "Me Time" ini? Betul sekali, "Me Time" adalah kegiatan meluangkan waktu sejenak untuk diri sendiri. Memberikan waktu sejenak untuk diri sendiri ini ternyata penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan mental.

Perlu diketahui, lebih luasnya manfaat yang akan diperoleh dari kita mengambil waktu untuk "Me Time" ini antara lain:
1. Memungkinkan kita untuk me-reboot otak dan bersantai.
2. Membantu meningkatkan konsentrasi dan produktivitas.
3. Memberi kesempatan untuk mendengar suara diri sendiri.
4. Membantu mengatasi masalah dengan lebih efektif.
5. Dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain.

Waktu yang diperlukan untuk "Me Time" ini bervariasi, bisa dari hanya 5 menit saja, 15 menit, 30 menit, dan ada juga yang 1 atau 2 jam bahkan lebih. Namun "Me Time" untuk menjaga kesehatan mental, menambah kewarasan, pikiran tenang dan kesegaran, setidaknya cukup 30 menit saja (seperti yang dikutip dari pernyataan seorang psikolog and mental health advocate, Anastasia Satrio). Sebab jika durasi "Me Time" terlalu lama dikhawatirkan juga akan membuat kita jadi tidak bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan yang lain, sehingga bisa menjadi seorang yang selfish. Kecuali, jika memang sudah menyediakan waktu lebih setelah kegiatan lain diselesaikan.

Bicara "Me Time" yang suka aku lakukan, cukup beragam. Tergantung juga waktu dan adanya supporting (seperti anak dan pasangan). Jika masih banyak hal yang harus dikerjakan, biasanya dengan bersantai sejenak sambil minum atau ngemil dan mendengarkan lagu atau bermain media sosial sebentar hanya sekedar melihat video memasak atau informasi-informasi, itu cukup membantu. Sementara itu, jika merasa pekerjaan rutinitas sudah bisa dilepas, atau ada yang bisa diajak berbagi beban pekerjaan rutin, maka biasanya menulis, sekedar menonton film atau kembali bermain media sosial, bisa jadi pilihanku. Kadangkala, bebenah atau membereskan sesuatu itu bisa aku lakukan di saat "Me Time", walaupun lelah tapi aku memang mau dan senang melakukannya.

Jadi, jika mau melakukan apa saja disaat punya waktu untuk "Me Time", maka lakukan saja dengan santai, rileks dan bahagia, asalkan semuanya sudah diperhitungkan dan tidak akan ada yang dirugikan kemudian.



Referensi:
health.kompas.com
halodoc.com

tirto.id



canva




#chindismenulis
#belajarmenulis
#tantanganharike7
#temadiriku
#metimeversimamak
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar
#KLIP2021
#Maretke8

Sabtu, 06 Maret 2021

Pekerjaan Pertama, Penghasilan Pertama Bekerja

Tempat Pekerjaan Pertama

Jika berbicara tentang tempat pekerjaan pertama, bisa dibilang juga maksudnya adalah tempat dimana kita untuk pertama kalinya bekerja dan mendapatkan penghasilan. Dan kesempatan bekerja pertama kali kudapatkan di sebuah bank di kotaku ini. Sebelumnya, setelah lulus kuliah dan wisuda, aku langsung membuat surat lamaran pekerjaan di beberapa tempat dan mengikuti rangkaian tes yang diselenggarakan tempat aku melamar pekerjaan. Beberapa panggilan untuk tes seperti dari tes cpns sebagai dosen yang kebetulan sekali sedang dibuka, lalu tes sebagai accounting di sebuah perusahaan tambang besar di kota sebelah, tes sebagai marketing di sebuah perusahaan pembiayaan dan perumahan, lalu di sebuah bank (sebut saja Bank B).

Mengikuti tes di Bank B ini adalah panggilan dari surat lamaranku yang kedua, setelah saat panggilan pertama aku sedang liburan ke Jakarta 😊. Sehingga aku pun membuat surat lamaran kembali dan mengirimkannya setiba aku dari liburan. Oya, hasil dari tes dosen itu aku tidak lolos. Ya, minimal aku bisa merasakan tes dengan presentasi materi berbahasa Inggris melawan kandidat yang sudah lebih senior saat itu. Sedangkan di perusahaan pembiayaan dan perumahan saat itu, ada beberapa point yang tidak sesuai denganku saat interview.

Dan akhirnya, lamaran kedua di Bank B itu diterima, aku mengikuti tes dan diterima sebagai Relationship Officer atau secara sederhananya adalah seorang marketing. Sebenarnya, untuk tes sebagai accounting di perusahaan tambang itu aku diterima, selang beberapa hari aku bekerja di Bank B, namun karena faktor keluarga yang membuatku terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaan yang saat itu bisa dibilang aku nantikan.

Bekerja di Bank B ini memberikan pengalaman baru buatku, terutama karena pekerjaanku adalah seorang marketing, relationship officer, yang harus berhubungan dengan orang banyak dan mencari nasabah untuk menabung dan memberikan kredit serba guna. Menjadi marketing membutuhkan kemampuan berbicara secara persuasif kepada orang lain dalam menawarkan produk. Dan ini merupakan kendala bagiku yang tidak pandai berbicara mempresentasikan sesuatu di depan orang lain. Namun teman-teman senior membantuku belajar untuk mengatasi hal ini. Bertemu orang lain itu sebenarnya menyenangkan, tapi saat ingin menawarkan dan harus berhadapan dengan target pencapaian penjualan produk jasa saat itu membuatku khawatir karena self confidence dan speaking ability yang kurang.

Pekerjaan di Bank B ini hanya aku jalani selama 6 bulan. Dimana selama 3 bulan sebelum resign, aku juga sambil menjadi asisten dosen di sebuah universitas swasta dengan jadwal seminggu dua kali atas permintaan ayahku yang seorang dosen juga di tempat itu. Akhirnya aku menerima pekerjaan sebagai accounting di sebuah perusahaan (holding company) yang bergerak dalam usaha kelapa sawit dan melepaskan pekerjaan pertamaku di Bank B yang telah memberikan pengalaman pertama bekerja, dan tentunya juga mendapatkan penghasilan pertama 😊. 

Dari pekerjaan pertama ini aku bisa belajar bagaimana bekerjasama dengan orang lain dengan berbagai usia dan sifat, bisa belajar bagaimana mengenal seseorang nasabah yang mempunyai syarat 5C (character, colateral, capacity, capital, condition) yang baik, dan belajar untuk berkomunikasi lebih baik. Dan itu menjadi bekal tambahan untuk aku bekerja di tempat selanjutnya agar lebih berkembang. Begitulah harapanku saat itu, yang sampai sekarang pun menjadi ilmu dan pembelajaran bagiku selalu.




#chindismenulis
#belajarmenulis
#tantanganharike6
#temadiriku
#tempatkerjapertamaku
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar
#KLIP2021
#Maretke7

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸


Resign. Sebuah Tantangan untuk Memilih.

Jika ditanya hal apakah yang menantang dalam hidupku selama ini, bisa jadi akan kujawab, banyak juga. Sepertinya setiap sesuatu hal yang terjadi adalah tantangan. Ada yang kecil dan ada pula yang besar, yang kadarnya mungkin cuma diri kita sendiri. Karena, bisa jadi yang menurut kita biasa-biasa saja, tapi bagi orang lain itu berbeda, luar biasa. Begitupun sebaliknya, yang menurut diri kita itu membutuhkan suatu perjuangan, pengorbanan pikiran juga perasaan, namun bagi orang lain itu suatu hal yang biasa-biasa saja. Well, tidak akan pernah sama antara kita dan orang lain, jikapun sama, itu berarti sebuah kebetulan dan kita satu frekuensi ☺.

Satu diantara banyaknya hal dalam hidupku yang menantang adalah saat memutuskan untuk resign dari pekerjaan yang sudah 13 tahun dijalani. Berhenti dari pekerjaan yang selama 13 tahun membersamai hari-hariku selain berada di rumah. Meninggalkan aktivitas pekerjaan bersama dokumen-dokumen kontrak dan pembayaran yang selama 13 tahun membuatku menjadi mengetahui banyak hal. Berpisah dari atasan dan teman-teman para rekan kerja yang selama 13 tahun memberikan ilmu dan pengalaman berorganisasi, juga bekerjasama dan menjadi keluarga kedua. Tentunya juga merelakan meja kerjaku dan komputer beserta file-file yang selama 13 tahun membuatku bisa bekerja dengan nyaman.

Semua itu adalah hal-hal yang jelas sekali tidak akan aku dapati dan alami lagi setelah absen pulang di malam terakhirku berada di kantor. Dengan membawa begitu banyak kenangan dan sekardus barang-barang yang selama ini menemaniku bekerja. Derai airmata saat bersalaman dan berpelukan di hari terakhir berada di kantor bersama teman-teman seperti merangkai cerita sedih. Ya, saat itu, yang resign bukan hanya diriku, tetapi juga tiga bawahanku, rekan-rekan di divisi lain sampai ke para petugas keamanan, office boy dan office girl. Kantor yang menerimaku sejak lulus kuliah dan belum menikah, sampai saat sekarang aku memiliki 3 anak, berpindah tempat ke kota sebelah yang berjarak kurang lebih 100 kilometer atau sekitar dua atau tiga jam dari kota ini.

Apakah karena itu alasan aku resign? Mengundurkan diri? Tentu saja, ya. Itu merupakan alasan pertama yang menyebabkan aku terpaksa membubuhkan tanda centang pada pilihan mengundurkan diri. Dan ini adalah tantangan berat bagiku juga keluarga. Tantangan yang juga dilema dalam diri. Aku harus berani dan siap untuk kehilangan penghasilan yang selama 13 tahun membantu membiayai hidupku, orangtua dan keluarga kecilku. Aku harus berani dan siap untuk mengatur ulang kondisi keuangan di keluarga. Meskipun jauh hari aku sudah mempersiapkan langkah-langkah jikalau aku memang harus benar-benar tidak bekerja lagi nantinya, tapi semuanya memang butuh perhitungan. Walaupun pasangan tak pernah membatasi dan menyerahkan segala keputusan padaku, tapi ada hal terpenting yang seperti menyentilku kala memutuskan akhirnya berhenti bekerja.

Anak. Ya, ketiga anakku sudah terbiasa melewati pagi, siang sampai sore hari tanpa diriku di rumah sejak dari mereka lahir. Ibuku adalah orang yang sangat berjasa, selain begitu ikhlasnya menemaniku menjaga dan mendidik anak-anakku saat aku tidak di rumah, ibuku juga selalu mendukung pekerjaanku. Bahkan sampai saat aku hendak menandatangani pilihan pengunduran diri pun, ibuku masih menguatkan dan mensyukuri apapun pilihanku. Apapun tantangan didepan nanti, hadapi dan berdoa bersama-sama dengan keluarga kecilku dan dukungan ibuku. Aku memiliki anak-anak yang juga harus dibersamai setiap harinya, dengan kondisi yang juga menjalani LDM (Long Distance Marriage). Tidak ada kata terlambat untuk selalu berusaha bersama, mengurus dan mendidik anak dengan waktu penuh.

Ini adalah tantangan yang harus dihadapi, sesuai dengan pilihan yang kurasa bahwa ini adalah yang terbaik Allah berikan di waktu yang bertepatan dengan anak kedua akan masuk ke bangku sekolah dasar, sedangkan sang kakak semakin besar dan adiknya sudah mulai aktif diusianya yang ke-2 tahun. Yang terpenting semua mendukung, yaitu ibu, pasangan dan anak-anak, maka konsekuensi dari pilihan ini harus dijalani dengan bahagia dan rasa syukur. Percaya bahwa rezeki telah diatur oleh Yang Maha Pemberi Rezeki. Percaya bahwa pilihan ini adalah jawaban yang paling baik atas tantangan yang dihadapkan padaku. 


Canva


#halyangmenantangdalamhidupku
#tulisanpekanan
#KLIP2021
#Maretke6

Selasa, 02 Maret 2021

Aku Ingin Begini, Aku Ingin Begitu : Cita-citaku

Sekilas nampak seperti lirik lagu dari  soundtrack serial kesukaan anak-anak berjudul Doraemon. Iya, itu adalah lirik awal pada lagu tersebut. Siapa yang tidak pernah dalam hidupnya berkata demikian? Mungkin saja ada, tapi saya pernah 😊. Selain saat menyanyikan theme song ini tentunya, setiap sedang berdoa pun kadang mengatakan demikian, bahwa aku ingin ini atau aku ingin itu. Ya, paling tidak ini terjadi pada saya sendiri.

Saat mulai mengenal apa itu cita-cita di usia kanak-kanak, saya ingin sekali menjadi seorang guru. Asal muasalnya tidak begitu jelas, mungkin karena ayah yang kebetulan adalah seorang dosen. Namun seingat saya saat masih duduk di bangku sekolah dasar, saya suka melihat bagaimana guru-guru mengajar, dengan keunikan dan caranya masing-masing mengajarkan pelajaran yang menurut saya bahwa guru saya ini pintar dan tahu banyak ilmu pengetahuan. Lalu betapa guru sangat dihormati dan disayang oleh anak-anak muridnya, walaupun ada yang galak diantara yang baik dan lembut.

Karena senang dengan sosok guru, walaupun saya tidak begitu pintar, terkadang pernah ikut membantu guru untuk membantu teman yang tidak paham sejauh yang saya ketahui. Namun seiiring waktu beranjak ke bangku sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, saya tertarik untuk mempelajari psikologi. Ya, saya berubah keinginan untuk menjadi seorang psikolog. Alasannya mungkin terlihat aneh, lucu bahkan terlalu absurd 🀭. Yaitu, karena saya sering menjadi tempat untuk mendengarkan teman-teman bercerita (istilahnya semacam curhat alias menumpahkan curahan isi hati). Selain itu karena rasa keminderan saya terhadap sesuatu dan juga ada beberapa kejadian yang sering saya temui pada teman atau orang lain, sehingga membuat saya berpikir mengapa dan kenapa mereka mengalami hal itu. Hal ini yang menurut saya mendalami ilmu psikologi seperti bisa menjawab apa yang saya rasakan dan pertanyakan. Aneh, ya? 😊.

Lulus dari sekolah menengah atas dan tiba saat untuk memilih melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Mungkin saya sedang tak beruntung atau memang tidak Allah izinkan untuk melanjutkan pendidikan dalam bidang psikologi. Ayah tak mengizinkan karena menurut beliau untuk apa mengurusi (maaf) orang yang kurang waras. Walaupun sudah diberikan penjelasan bahwa psikologi yang ingin saya ambil bukan tentang itu, tapi entahlah, mungkin kekurangan informasi menyebabkan izin itu tak diberikan. Tapi, saya juga paham, saat itu jurusan psikologi yang diinginkan berada di luar pulau. Jadi, cukup berpikir positif saja dalam hati, bahwa saya anak pertama dan masih ada dua adik yang juga membutuhkan biaya, lalu ayah tak ingin anak perempuannya jauh darinya.

Banting stir melanjutkan perkuliahan di jurusan akuntansi, yang menurut ayah akan lebih mudah mencari pekerjaan. Saya yang tak begitu menyukai bidang ekonomi akuntansi ini mau tak mau menerima dan menjalani, lalu berusaha untuk segera menyelesaikannya dalam waktu tepat empat tahun dengan nilai yang cukup memuaskan bagiku. Tak ada lagi sudah pikiran tentang cita-cita menjadi seorang psikolog. Cita-cita sebagai guru pun tak terlintas lagi, setelah gagal tes sebagai dosen dan memang tak ingin mencobanya lagi, walaupun sempat setengah tahun mencoba menjadi pengganti dosen utama di universitas tempat ayah mengajar.

Akhirnya saya bekerja pada perusahaan yang sesuai dengan bidang ilmu saat kuliah. Sebenarnya walaupun cita-cita sebagai seorang psikolog maupun guru tak tercapai secara profesional, namun saya merasa dalam keseharian bisa mempergunakan sebagian kecil dari cita-cita yang kesampaian itu. Dilingkup pekerjaan, saya diberi tugas juga untuk mengajari anak magang. Terkadang saya juga membantu teman yang membutuhkan pendengar bahkan saran atas sesuatu yang terjadi padanya. Dan sekarang pun, secara informal bisa menjadi guru dan psikolog pribadi bagi suami dan anak-anak sendiri πŸ₯°, tentunya untuk hal-hal yang masih bisa ditangani sendiri, karena untuk yang lebih kompleks tentunya hanya yang profesional ahlinya. Paling tidak masih bisa menyalurkan keinginan yang tak tercapai dalam cara lain, ya kan ☺.

Ya, intinya cita-cita saya secara formal mungkin tidak tercapai. Tak muluk-muluk bagi saya saat ini, cita-cita yang ingin dicapai adalah menjadi orangtua dan guru yang baik buat anak-anak, menjadi istri yang sholehah buat suami, menjadi anak yang berusaha untuk selalu berbakti pada orangtua, juga menjadi orang yang bisa bermanfaat (bukan dimanfaatkan 😊) dan baik kepada yang lainnya. Sederhana saja tapi memang membutuhkan usaha untuk selalu menuju ke arah itu. Selain itu, saat ini lagi punya keinginan (atau cita-cita, ya?) bisa menulis dengan bail, lalu mempunyai rumah kos, dan sebuah usaha ☺.  Semuanya melalui proses dan berusaha saja, tentunya jika Allah mengizinkan, biidznillah.




#chindismenulis
#belajarmenulis
#KLIP2021
#Maretke2
#tantanganharike5
#temadiriku
#citacita
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar

Senin, 01 Maret 2021

Bermain & Belajar : Puzzle Warna

Beberapa kegiatan bermain sambil belajar yang saya lakukan dengan anak yang berusia 5 tahun ada yang telah diunggah di akun sosi media Instagram. Sekedar sekalian untuk disimpan dan sewaktu-waktu bisa dilihat. Atau mungkin bisa menjadi bahan teman-teman pengikut akun saya jika ingin membuat permainan sekaligus belajar. Ide permainan ini pun saya ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari akun pembelajar yang saya ikuti. Lalu, saya mencoba untuk membuatkannya untuk si anak dengan dimodifikasi sesuai selera saja.

Kali ini tentang puzzle. Ide permainan dengan menggunakan puzzle ini cukup banyak variasinya. Dari yang paling mudah sampai yang tingkat lebih sulit. Kalau yang sering kita jumpai adalah puzzle yang berisi kepingan-kepingan atau potongan-potongan sebuah gambar, yang harus disusun kembali. Puzzle bisa diartikan sebagai sebuah tebakan atas sesuatu hal yang akan menjadi lebih jelas diketahui jika kita menyusunnya menjadi satu kesatuan. Saat ini puzzle yang dibuat adalah memasangkan atau mencocokkan warna yang tertera pada potongan berbentuk persegi.

Untuk membuatnya tidak sulit, hanya butuh beberapa bahan yang pastinya ada di rumah, diantaranya:
🌸  Kardus bekas
🌸  Spidol hitam dan berwarna
🌸  Gunting dan cutter
🌸  Pensil dan penggaris

Kemudian, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
🌱 Menyiapkan tempat untuk puzzle dari kardus bekas yang dibentuk menjadi sebuah persegi atau persegi panjang, sesuai selera saja. Lalu buat pola untuk menempatkan puzzle. Kalau pada contoh digambar, saya membuat delapan buah gambar kotak persegi. Kemudian delapan kotak tersebut dilubangi sedikit namun tidak sampai ke dasar kardus.
🌱 Membuat juga delapan buah potongan kardus berbentuk persegi (sama dengan bentuk pola yang digambar pada tempat puzzle akan dimainkan).
🌱 Setelah itu, beri bulatan dengan spidol warna yang berbeda (saya gunakan empat warna). Usahakan saat memberi bulatan, potongan kardus tadi disusun dahulu pada tempatnya.
🌱  Puzzle sudah siap dimainkan, diacak terlebih dahulu, lalu anak akan memasangkan potongan kardus tadi sesuai bulatan warnanya masing-masing.

Ini permainan yang mudah sekali, tak memakai gambar, melainkan bermain dengan susunan empat warna. Maksud dari permainan ini adalah secara sederhana mengenalkan empat warna dasar, yaitu merah, kuning, hijau dan biru. Kemudian melatih konsentrasi anak dalam mencari potongan kardus  dan memasangkannya dengan tepat serta sesuai dengan padanan warnanya pada masing-masing potongan puzzle. Karena disini bukan hanya memasangkan satu sisi warna, tetapi keempat warna pada tiap sudut.

Seru ya, kan? 😊. Oya, bagan puzzle ini juga bisa dibuat lebih besar lagi, tentunya dengan potongan-potongan puzzle yang menjadi lebih banyak dengan menggunakan banyak warna. Lain kali bisa kita coba, ya ☺.






#bermainsambilbelajar
#KLIP2021
#Maretke1

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...