Sabtu, 06 Maret 2021

Resign. Sebuah Tantangan untuk Memilih.

Jika ditanya hal apakah yang menantang dalam hidupku selama ini, bisa jadi akan kujawab, banyak juga. Sepertinya setiap sesuatu hal yang terjadi adalah tantangan. Ada yang kecil dan ada pula yang besar, yang kadarnya mungkin cuma diri kita sendiri. Karena, bisa jadi yang menurut kita biasa-biasa saja, tapi bagi orang lain itu berbeda, luar biasa. Begitupun sebaliknya, yang menurut diri kita itu membutuhkan suatu perjuangan, pengorbanan pikiran juga perasaan, namun bagi orang lain itu suatu hal yang biasa-biasa saja. Well, tidak akan pernah sama antara kita dan orang lain, jikapun sama, itu berarti sebuah kebetulan dan kita satu frekuensi ☺.

Satu diantara banyaknya hal dalam hidupku yang menantang adalah saat memutuskan untuk resign dari pekerjaan yang sudah 13 tahun dijalani. Berhenti dari pekerjaan yang selama 13 tahun membersamai hari-hariku selain berada di rumah. Meninggalkan aktivitas pekerjaan bersama dokumen-dokumen kontrak dan pembayaran yang selama 13 tahun membuatku menjadi mengetahui banyak hal. Berpisah dari atasan dan teman-teman para rekan kerja yang selama 13 tahun memberikan ilmu dan pengalaman berorganisasi, juga bekerjasama dan menjadi keluarga kedua. Tentunya juga merelakan meja kerjaku dan komputer beserta file-file yang selama 13 tahun membuatku bisa bekerja dengan nyaman.

Semua itu adalah hal-hal yang jelas sekali tidak akan aku dapati dan alami lagi setelah absen pulang di malam terakhirku berada di kantor. Dengan membawa begitu banyak kenangan dan sekardus barang-barang yang selama ini menemaniku bekerja. Derai airmata saat bersalaman dan berpelukan di hari terakhir berada di kantor bersama teman-teman seperti merangkai cerita sedih. Ya, saat itu, yang resign bukan hanya diriku, tetapi juga tiga bawahanku, rekan-rekan di divisi lain sampai ke para petugas keamanan, office boy dan office girl. Kantor yang menerimaku sejak lulus kuliah dan belum menikah, sampai saat sekarang aku memiliki 3 anak, berpindah tempat ke kota sebelah yang berjarak kurang lebih 100 kilometer atau sekitar dua atau tiga jam dari kota ini.

Apakah karena itu alasan aku resign? Mengundurkan diri? Tentu saja, ya. Itu merupakan alasan pertama yang menyebabkan aku terpaksa membubuhkan tanda centang pada pilihan mengundurkan diri. Dan ini adalah tantangan berat bagiku juga keluarga. Tantangan yang juga dilema dalam diri. Aku harus berani dan siap untuk kehilangan penghasilan yang selama 13 tahun membantu membiayai hidupku, orangtua dan keluarga kecilku. Aku harus berani dan siap untuk mengatur ulang kondisi keuangan di keluarga. Meskipun jauh hari aku sudah mempersiapkan langkah-langkah jikalau aku memang harus benar-benar tidak bekerja lagi nantinya, tapi semuanya memang butuh perhitungan. Walaupun pasangan tak pernah membatasi dan menyerahkan segala keputusan padaku, tapi ada hal terpenting yang seperti menyentilku kala memutuskan akhirnya berhenti bekerja.

Anak. Ya, ketiga anakku sudah terbiasa melewati pagi, siang sampai sore hari tanpa diriku di rumah sejak dari mereka lahir. Ibuku adalah orang yang sangat berjasa, selain begitu ikhlasnya menemaniku menjaga dan mendidik anak-anakku saat aku tidak di rumah, ibuku juga selalu mendukung pekerjaanku. Bahkan sampai saat aku hendak menandatangani pilihan pengunduran diri pun, ibuku masih menguatkan dan mensyukuri apapun pilihanku. Apapun tantangan didepan nanti, hadapi dan berdoa bersama-sama dengan keluarga kecilku dan dukungan ibuku. Aku memiliki anak-anak yang juga harus dibersamai setiap harinya, dengan kondisi yang juga menjalani LDM (Long Distance Marriage). Tidak ada kata terlambat untuk selalu berusaha bersama, mengurus dan mendidik anak dengan waktu penuh.

Ini adalah tantangan yang harus dihadapi, sesuai dengan pilihan yang kurasa bahwa ini adalah yang terbaik Allah berikan di waktu yang bertepatan dengan anak kedua akan masuk ke bangku sekolah dasar, sedangkan sang kakak semakin besar dan adiknya sudah mulai aktif diusianya yang ke-2 tahun. Yang terpenting semua mendukung, yaitu ibu, pasangan dan anak-anak, maka konsekuensi dari pilihan ini harus dijalani dengan bahagia dan rasa syukur. Percaya bahwa rezeki telah diatur oleh Yang Maha Pemberi Rezeki. Percaya bahwa pilihan ini adalah jawaban yang paling baik atas tantangan yang dihadapkan padaku. 


Canva


#halyangmenantangdalamhidupku
#tulisanpekanan
#KLIP2021
#Maretke6

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...