Bicara tentang dongeng, siapa yang tidak tahu atau pernah mendengar dongeng. Bukan cuma anak-anak yang suka dongeng, banyak juga orang dewasa yang masih juga suka dengan dongeng. Yang saya ingat dahulu ada dongeng 1001 malam, ada juga dongeng anak-anak dari Hans Christian Anderson yang cukup populer. Tak lupa pula ada dongeng dari dalam negeri sendiri, Indonesia, seperti Malin Kundang, yang tentunya sangat terkenal ceritanya sampai sekarang ini.
Malin Kundang. Ini termasuk salah satu dongeng yang kerap kali saya dengar sejak kecil. Bisa dibilang, ini berulang kali sering saya dengar dan diceritakan oleh orangtua. Apalagi jika saat kita melakukan sesuatu yang tidak baik atau bandel, wah, dijamin dongeng asal Padang, Sumatera Barat ini bakalan kembali kita dengarkan 😊. Bisa dibayangkan betapa hafalnya kisah Malin Kundang karena intensitas dongeng ini lebih banyak diperdengarkan ketimbang dongeng ala princess-princess yang jelas paling saya sukai. Ketahuan ya, berarti zaman anak-anak dulu, suka ga nurut dan bandel sama orang tua 😁.
Ceritanya pasti sudah pada tahu, ya. Bener banget, ini kisah seorang anak miskin yang hidup berdua bersama ibunya, yang ingin mengubah nasibnya karena bosan menjadi oranh miskin dan tak punya apa-apa. Singkat cerita si Malin Kundang ini berangkat merantau dan bekerja keras sehingga menjadi sukses dan banyak harta. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita cantik. Entah mengapa dia merasa malu untuk mengakui bagaimana keadaan ibunya saat kapal yang membawa dirinya dan istrinya tiba di kampung halamannya. Sudah tahu ya kira-kira kelanjutanya 🤭, ya betul, sang ibu yang menghampiri anaknya, si Malin Kundang, tak diakui sebagai ibunya. Sakit hati seorang ibu itupun berakhir dengan ucapan sumpah yang dikabulkan Sang Maha Pencipta, sehingga Malin Kundang pun terkutuk menjadi sebuah batu selamanya.
Dongeng ini memang cukup fenomenal. Apalagi ditambah adanya bentuk batu menyerupai manusia yang ada di Padang. Terlepas dari itu benar adanya atau palsu seperti yang diperbincangkan orang-orang, inti dari dongeng Malin Kundang si anak durhaka ini adalah agar kita sebagai anak harusnya menghormati dan tidak bertindak durhaka kepada orang tua. Dan sebagai orangtua, khususnya sebagai ibu, bisa menjaga diri dalam mengucapkan sesuatu kepada anak, walaupun mempunyai perasaan sakit hati, marah atau kecewa kepada anak.