Sabtu, 27 Agustus 2022

Bawa Bekal Makanan, Yuk!



Dulu, kalau dibawakan bekal ke sekolah, itu rasanya males sekali. Bukan karena tak suka dengan makanan yang dibawakan dari rumah, tetapi merasa repot harus bawa-bawa kotak makanan, serta godaan jajanan dan makanan dari kantin lebih menarik untuk disambangi bersama teman-teman.


Tapi bukan berarti aku tak pernah membawa bekal makanan. Pada akhirnya pun, aku juga membawa bekal makanan dari rumah. Bahkan sampai aku bekerja pun, aku masih sering membawa bekal makanan. 


Asyiknya sekarang, bekal makanan menjadi hal yang paling sering dibicarakan di kalangan anak sekolah juga pekerja kantoran. Mulai dari peralatan bekal seperti kotak makan dan botol minum, isi bekal sampai tutorial membuat bekal yang menarik dan unyu-unyu. Printilan perbekalan pun semakin marak dijual untuk membuat tampilan bekal menjadi lebih menggiurkan untuk disantap.


Dari sekian banyaknya makanan yang menjadi pilihan untuk bekal, aku paling sering dan suka dengan bekal nasi putih, telur mata sapi goreng ala ibuku, ditambah kecap manis dan saus sambal atau sambal dabu-dabu. Itu bekal paling mudah, sederhana tetapi karena disiapkan oleh ibuku, jadinya istimewa dan rasanya lebih enak. No tipu-tipu. No bohong-bohong. Karena pada dasarnya, aku juga tak suka ribet-ribet membawa bekal makanan. 


Oya, ada satu menu andalan untuk bekal yang kurasa banyak orang lain pun mungkin sependapat denganku :). Yap, mie goreng instan. Ditambah juga dengan nasi putih atau telur mata sapi. Klop, deh! Tapi, ada juga yang mungkin memilih menu andalan lain untuk bekal, seperti roti isi coklat atau selai. Tergantung selera.


Kebiasaan membawa bekal ini pun kuteruskan pada anak-anakku. Mereka selalu membawa bekal ketika pergi sekolah. Hampir tidak pernah mereka tidak membawa bekal, karena aku tak ingin mereka jajan sembarangan yang aku sendiri tak tahu kebersihan dan kandungan makanan yang dibeli.


Tak perlu mahal atau ribet, yang penting mereka ada membawa bekal ke sekolah, sehingga mereka tak perlu repot-repot untuk pergi membeli makanan dan minuman ke kantin. Meskipun sesekali kuperbolehkan, tetapi tentu saja ini dengan alasan yang harus bisa dipertanggungjawabkan. Misalkan, bekal air putih yang dibawa habis, atau mungkin bekal telah habis di saat istirahat pertama sekolah. 


Sebisa mungkin, bekal sekolah tak hanya makanan besar, makanan kecil pun kusiapkan. Aku juga sering bertanya pada anak-anak mengenai bekal apa yang ingin mereka bawa nanti. Jadi tidak melulu mereka selalu menerima apa yang aku siapkan, tetapi mereka pun juga memberitahukan apa keinginannya. Dan sejauh itu bisa aku siapkan, aku usahakan untuk kusiapkan. Namun jika dirasa saat itu aku tidak bisa, aku pasti katakan untuk mengganti permintaan mereka dengan yang lain.


Tidak cuma makanan, kadangkala tempat bekalnya saja, anak-anak juga memilih sendiri. Apalagi sekarang wadah makanan sudah beraneka macam bentuk, warna dan modelnya. Mulai dari yang sederhana sampai yang canggih. Mulai dari yang harganya murah sampai yang lumayan. Semuanya memang tergantung bahan, ketahanan dan fungsinya. 


Menyediakan bekal itu bagiku salah satu bentuk perhatian juga. Perhatian pada kesehatan diri yang secara tidak langsung ada semacam transfer energi kepada yang menyantapnya. Apalagi jika kita mengerjakannya dengan penuh sukacita, senang, gembira, walaupun untuk menyiapkannya membutuhkan waktu dan usaha yang tidak mudah (bagi sebagian orang, ya). Pastinya walaupun sederhana, bekal makanan tersebut akan menjadi penyemangat dan terselip doa baik bagi yang memakannya.


Setidaknya, itu pun yang kurasakan ketika memakan bekal dari ibuku. Dan aku yakin itu pula yang dirasakan oleh anak-anakku. Oya, aku pun juga suka menyiapkan bekal untuk suami, agar dia tak perlu susah-susah mencari makan siang ketika di tempat kerja. Namun jika tak sedang bersama, mau tak mau, aku tak bisa menyiapkan bekal untuknya.


Well, senangnya menyiapkan bekal makanan itu menjadi kepuasan tersendiri bagiku. Apalagi jika sampai bisa membuatnya dengan semenarik mungkin, seperti ala-ala bento dengan tingkat kerumitan yang beradu dengan waktu untuk membuatnya :D.


Paling tidak, bekal makanan itu sendiri tentu saja manfaatnya (diharapkan) dapat menghemat budget jajan di luar, lebih bisa menjaga kesehatan, hati senang dan puas karena bisa berkreasi, dan bagi yang menyantapnya pun mempermudah diri agar tak repot memikirkan akan makan apa ketika waktu makan tiba.


Jangan khawatir … jajan boleh saja, tapi membawa bekal makanan dan minuman lebih baik ☺️


#KLIP

#TTM






Sabtu, 20 Agustus 2022

Ceritaku tentang Berlomba&Berkompetisi

 





Sepertinya setiap anak di Indonesia ini tak ada yang tak pernah ikut lomba tujuh belasan. Entah di daerah rumahnya atau di sekolahnya. Bahkan yang sudah bukan anak-anak pun, sepertinya juga mengikuti lomba di kantor atau di lingkungan pergaulannya. Seru dan pastinya menantang.

Mau namanya lomba ataupun kompetisi, mau di acara tujuh belasan ataupun di acara lainnya, pastinya kegiatan ini akan ada yang menang dan akan ada yang belum beruntung, alias kalah. Tentunya akan ada yang bahagia dan ada pula yang sedih. Selain itu, ada yang akan dapat hadiah, dan ada pula yang harus menerima dengan ikhlas tidak mendapatkan apa-apa selain ucapan terima kasih karena telah berpartisipasi.

Sekilas mengingat lomba tujuh belasan yang paling berkesan untukku ketika masih zaman kanak-kanak. Aku jadi juara dua lomba lari mengitari kompleks perumahan om dan tanteku. Itu rasanya sudah senang sekali, karena kalau tak salah, lawanku seorang anak yang lebih tua dan lebih besar dariku. Aku tak begitu ingat apa hadiah yang kudapat, tetapi bagiku menang menjadi juara dua saja sudah menggembirakan untukku.

Setelah beranjak dewasa, lomba tujuh belasan tak pernah lagi banyak kuikuti, kecuali saat kantor tempat kerjaku mengadakan untuk seru-seruan. Nah, pada saat itu, kebersamaan dan kemeriahan lebih diutamakan. Namun jika menang, tetap menjadi keseruan tersendiri karena dapat hadiah. 

Tujuh belasan memang identik banget dengan lomba-lomba yang makin tahun makin banyak jenis dan ide-ide menarik untuk dijadikan lomba. Berarti anak-anak dan pemuda-pemudi Indonesia sudah mulai sangat kreatif dalam mengadakan lomba-lomba agar lebih menarik dan banyak yang mau ikut serta. 

Tapi lomba-lomba yang ibaratnya kalau tak diadakan tak afdhol itu biasanya tetap dilakukan, contohnya lomba membawa kelereng pada sendok dengan mulut, lomba makan kerupuk, lomba balap karung dan lomba tarik tambang. Lomba-lomba ini sepertinya ikonik banget dengan tujuh belasan. Kayak kalau tidak dilombakan itu, seperti ada yang kurang hehehe.

Bicara lomba tujuh belasan, pasti tak ada habisnya karena keseruan menyambut hari kemerdekaan negara Indonesia. Tapi yang namanya lomba atau kompetisi tidak hanya berlangsung saat ada perayaan tujuh belasan, kan? Betul! Lomba atau kompetisi itu pastinya selalu ada, dalam berbagai jenis dan berbagai event atau agenda.

Tak cuma lomba tujuh belasan saja yang pernah kuikuti. Aku juga mengikuti lomba-lomba lain diluar itu saat masih di bangku sekolah. Sebut saja, lomba cerdas cermat dokter kecil antar SD, lomba asramatika, lomba cabang lari saat PORSENI SD, dan lomba menari.

Ketika beranjak duduk di bangku SMP, SMA bahkan kuliah, aku juga asyik ikut lomba atau kompetisi bola basket antar sekolah, antar daerah dan antar klub. Yang paling tertinggi untukku kala itu adalah mengikuti PON cabang bola basket mewakili daerah. Itu tak terlupakan sekali bagiku, walaupun saat itu tak bisa membanggakan daerah meraih posisi juara.

Oya, belajar dengan baik saat sekolah dan kuliah itu juga sebuah kompetisi jangka panjang demi meraih nilai dan peringkat yang terbaik, walaupun aku tak dituntut orang tua, tetapi rasanya aku harus tetap berusaha bisa memberikan yang terbaik, dengan kemampuan dan dukungan yang telah diberikan oleh orang tuaku.

Dari semua lomba dan kompetisi yang kuikuti, hal yang bisa kuambil sebagai pelajaran di hidup adalah bahwa sesekali kita memang memerlukan kompetisi untuk melihat dan mengukur kemampuan kita, juga kemampuan orang lain. Sehingga kita tak akan selalu merasa menjadi orang yang paling hebat dan sombong dengan kemampuan yang kita miliki.

Mengikuti lomba dan kompetisi ini juga bisa dibilang seperti melatih kesabaran dan daya juang dalam meraih tempat terbaik karena berhasil memperoleh keberhasilan dan kemenangan. Semangat inilah yang memang harus selalu ditanamkan pada diri, dengan catatan tidak mendzolimi orang lain.

Kalau lomba tujuh belasan sudah sering diikuti, lomba-lomba lain juga berpartisipasi … maka yang terpenting juga menurutku, sebagai pengingat untuk diriku juga, jangan lupa untuk selalu berlomba-lomba berbuat kebaikan dan mencari pahala dari Allah SWT, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya ❤️. 

Insya Allah, Biidznillah, Bismillah.

 

Jumat, 15 Juli 2022

Jangan Asal Bilang Baper(an)


 

Kata Baper ini sudah sering kudengar beberapa tahun belakangan ini. Nggak tahu asal mulanya dari mana. Awalnya dengar pun, aku tak tahu jika Baper itu kependekan dari dua kata yaitu Bawa Perasaan. Atau mungkin Terbawa Perasaan. Atau juga Kebawa Perasaan.


Intinya ini berhubungan dengan perasaan, deh. Menurutku, sejak ada dan viral digunakan banyak orang untuk menyatakan suatu kondisi yang membawa perasaan, terkadang orang menggunakannya tanpa memperhatikan perasaan orang lain juga.


Misalnya, digunakan ketika seseorang yang bercanda melebihi batas kepada rekannya tanpa melihat-lihat keadaan si rekannya itu apakah suka atau tidak dengan candaannya. Menyinggung atau tidak? Prinsip atau tidak buat si rekannya? Lalu, dengan gampang bilang rekannya baper ketika tak menerima candaannya.


Dengan adanya istilah baper yang meluas ke masyarakat, akhirnya mereka menggampangkan sesuatu saat melakukan atau berbicara kepada orang lain. Seolah-olah orang lain itu harus menerima segala perlakuan maupun kalimat-kalimat yang disampaikan. Lalu, ujug-ujug tinggal bilang, "Ya elah, baper banget, sih!" kalau orang lain itu, misalkan si lawan bicara, jadi nggak suka, marah atau tersinggung.


Ini kan jadi nggak baik dalam komunikasi. Seakan orang itu nggak boleh pakai perasaannya walaupun mendengar omongan apapun bentuknya. Bukannya wajar ya, setiap orang punya perasaan untuk diungkapkan. Ya kalau berlebihan juga, sih, tidak baik juga. Jangan lebay juga gitu.


A: "Kamu cuma IRT saja kok capek, sih? Kan kerjanya cuma di rumah, bisa santai. Beda sama aku yang kerja kantoran."

B: "Memangnya kamu pikir, IRT nggak ada kerjaan. Banyak juga kali yang dikerjakan."

A: "Ya ampun, gitu aja baper, sih!"


Ini salah satu percakapan dua orang yang pernah terjadi. Dengan mudah menganggap IRT itu kerjanya nggak ada capeknya dan nggak sebanding dengan kerja kantoran. Lalu, ketika si IRT merasa keberatan karena kalimat yang menyinggung perasaannya, lantas mudah dijawab 'gitu aja baper'. Agak gemes, sih.


Bukan apa-apa, iya mungkin tidak semua orang yang menanggapinya serius. Ada juga kok yang santai-santai aja, dianggap bercanda. Tapi kan nggak semua orang. Sekali lagi, orang itu berbeda-beda. Jadi lebih baik mungkin menata kembali cara bicara ketimbang nanti mudah ngomongin orang 'baper'.


Nggak ada yang salah kok kalau 'baper'. Terlalu 'baperan' mungkin yang harus ditelisik lebih jauh. Kenapa dan kok bisa begitu. Jangan-jangan ada hal yang mendasari mengapa orang itu jadi baper. 


Aku sendiri bisa dibilang jarang sekali menggunakan kata ini. Ibaratnya, aku nggak sedikit-sedikit ngomong baper ke orang lain, kayak kebanyakan orang yang pernah kujumpai atau kuperhatikan. Ya mungkin karena memang tidak ada situasi dan kondisi untuk menggunakan kata baper itu kali ya.


Diomongin orang lain kalau kita baper itu nggak enak, loh. Iya kalau memang konteksnya benar-benar bercanda yang kita sama-sama tahu arah pembicaraannya. Misalnya, "Oya, nanti kalau ada yang nggak respon sama ide kita, jangan baper ya. Anggap ini tantangan bersama." Penggunaannya pas aja menurutku.


Beda dengan, "Mbak, si A kan cuma ngomong kalau melahirkan dengan cara normal lebih bagus daripada operasi. Jangan baper gitu, ah." Kalimat begini itu yang bikin hati sedih bagi orang yang nggak mengalami. Kecuali ada penjelasan lebih lanjut yang mengungkapkan alasannya dengan baik.


Masih banyak lagi pembicaraan atau hal-hal yang ujung-ujungnya bisa keluar kata baper. Kalau kita baper karena melihat foto atau video romantis pasangan unyu-unyu sih nggak apa-apa juga hehehe. Artinya kan perasaan kita memang senang melihatnya. Kalau nggak senang, jatuhnya mah bukan baper tapi iri.


Jadi menurutku, hati-hati kalau hendak mengeluarkan kata baper untuk orang lain. Jangan sampai kata baper ini menjadi senjata kita untuk menangkis orang lain yang ternyata tidak suka dengan perkataan yang kita sampaikan sebelumnya. 


Mungkin lebih ke berhati-hati untuk menjaga dan berpikir dulu setiap kata dan kalimat yang akan meluncur dari mulut maupun jempol kita. Jangan mudah ngomongin orang lain baper. 


Note to myself juga ya ini 😊.





#TemaTantanganMenulisKLIP #TemaTantanganMenulisKLIP2022 #programKLIP2022 #KelasLiterasiIbuProfesional #ibuprofesional2022 #ibuprofesionalforindonesia #semestakaryauntukindonesia #womenincooLABoration #IP4ID2022 #KLIP2022MengantarCahaya


Sabtu, 07 Mei 2022

Mencatat Keuangan, Pentingkah?

Made by Canva


Jika sebuah perusahaan atau kantor memiliki seseorang di bagian pencatatan keuangan masuk dan keluar, maka di dalam sebuah keluarga hal ini sebenarnya juga ada. Pada sebuah keluarga, biasanya sebagian besar keluarga menyerahkannya pada istri. Namun tak jarang ada beberapa keluarga yang masalah keuangan tetap dipegang oleh sang suami.

Menurutku hal ini sah-sah saja, mau dipegang oleh suami ataupun istri. Semua ini tergantung kesepakatan awal masing-masing keluarga. Asalkan bukan dipegang orang tua atau mertua, ya. Yang ini, jelas Big No menurutku.

Dibalik siapa pemegang kekuasaan atas pemasukan dan pengeluaran dana, disini juga perlu diperhatikan, apakah ada pencatatan atas kedua tersebut.

Lagi-lagi, ini tergantung dari masing-masing keluarga. Ada yang maunya simpel dan tidak ribet, ya tinggal menerima dana lalu mengeluarkannya, tanpa perlu catat sana sini. Sepertinya ini banyak berlaku pada pasangan yang mungkin saja memang tak mau ribet dan dananya berlebih alias sangat berkecukupan. Tapi, ada juga yang walaupun dananya berlimpah sana sini, dalam hal pengeluaran tetap kekeuh untuk mencatat setiap detil pengeluarannya.

Sementara itu, bagi pasangan yang masih sangat memperhatikan dana masuk yang diperoleh, biasanya pengeluaran dana akan dicatat dengan rapi. Tak hanya mencatat pengeluaran, tapi sebuah perencanaan akan dibuat sebelum mengeluarkan dana.

Menurutku, mau seberapa besar pendapatan yang diperoleh, pencatatan keuangan dalam keluarga sangatlah penting. Ini dimulai dengan mencatat berapa pendapatan rutin seperti gaji yang diperoleh, sampai pendapatan yang mungkin didapat secara temporer atau tidak rutin seperti bonus, insentif atau hasil dari menjual sesuatu.

Kemudian membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek biasanya mempunyai durasi sebulan, atau mungkin ada juga yang setiap minggunya pun direncanakan. Diantara perencanaan jangka pendek misalkan dalam sebulan antara lain seperti uang bulanan sekolah, uang belanja, tagihan air dan listrik, atau jika ada yang memiliki angsuran bulanan pun harus dicatat. Dari perencanaan bulanan tadi, akan mengerucut ke pengeluaran mingguan sampai harian.

Sementara itu untuk perencanaan jangka panjang, biasanya lebih mengarah pada mencatat besaran pengeluaran tahunan, seperti pembayaran PBB, STNK kendaraan sampai pada uang sekolah tahunan anak.

Membuat perencanaan keuangan untuk hal-hal yang sudah ada peruntukkan rutinnya akan memudahkan kita untuk menghitung secara kasar pengeluaran dana yang akan diambil dari pendapatan yang diperoleh. Tentu saja kita pun tak boleh melupakan untuk menyisihkan dana zakat/sedekah, tabungan, kesehatan dan dana tak terduga. 

Selain itu, dengan mencatat perencanaan dan pengeluaran, kita bisa melihat realisasi yang terjadi apakah lebih besar, lebih kecil atau sama dengan yang sudah kita anggarkan. Ini bisa menjadi review kita kedepannya dalam mencatat rencana pengeluaran berikutnya. 

Mencatat keuangan juga bermanfaat agar kita bisa disiplin dalam menggunakan dana. Karena jika kita asal-asalan dalam mengeluarkan dana tanpa mencatat, maka dengan sendirinya kita juga akan sulit mengetahui sudah seberapa banyak dana yang kita gunakan. Lama-lama akan seperti peribahasa besar pasak daripada tiang, yaitu besar pengeluaran daripada pendapatan. Akhirnya belum saatnya menerima penghasilan kembali, kita sudah mulai payah mengatur keuangan, dan dikhawatirkan ujung-ujungnya tergoda dengan tawaran pinjaman sana sini.

Semua ini memang pilihan masing-masing keluarga. Bahkan belum berkeluarga pun, sudah banyak orang yang mau meluangkan sedikit waktu untuk membuat perencanaan dan pencatatan keuangannya. Manfaatnya akan terasa jika kita mau melakukannya dengan disiplin dan teratur. 


#athoughtofmine

#chindismenulis

#randomchindis






Jumat, 06 Mei 2022

Gara-gara Warisan: Film tentang Penyatuan Keluarga

 


Foto by wikipedia google



Liburan lebaran kali ini, ada beberapa suguhan film layar lebar yang diputar di bioskop XXI kesayangan. Gara-gara Warisan jadi film pilihan bioskop yang kutonton bersama keluarga ketimbang film yang sedang viral dan ramai ditonton para penggemar Doctor Strange, atau dua film horor lainnya.

Alasannya tentu saja karena dari trailer film ini, terlihat selain ada konflik keluarga, ada bumbu komedi yang pastinya cukup menghibur hari libur lebaran kali ini.

Gara-gara Warisan. Mendengar kata warisan ini awalnya mengira film ini bakal mempunyai alur yang serius, ternyata kemasannya menarik dan hampir sepanjang film jadi geli dan tertawa sendiri. Film ini dibintangi para pemain film yang aktingnya mumpuni seperti Yayu Unru, Ira Wibowo, Lidya Kandou, Oka Antara, Indah Permatasari, dan Ge Pamungkas. Kemudian ada pula Sheila Dara Aisha, Aci Resti, Lukman Sardi, Tanta Ginting, dan tak lupa pula ada Ernest Prakasa ikut meramaikan selain menjadi salah seorang produser film ini.

Cerita tentang warisan pada film ini mungkin saja pernah terjadi di kehidupan nyata, namun tingkat konflik maupun masalahnya saja yang berbeda-beda di setiap keluarga. Mungkin ada yang biasa-biasa saja, mungkin ada yang rebutan, mungkin pula ada yang sampai berlaku anarkis demi mendapatkan sesuatu yang disebut warisan.

Di film ini, konflik bermula dengan mengisahkan bahwa seorang bapak, Dahlan namanya, menderita sakit Sirosis (sakit pada organ hati) yang mengharuskan ia harus banyak beristirahat. Sementara itu, ia mempunyai sebuah guest house yang selama ini diurusnya. Ketiga anaknya tak ada yang di rumah, semua sibuk dengan kehidupannya masing-masing.

Adam, putra pertamanya, harus selalu mengalah dengan keadaan hingga mengorbankan cita-cita masa kecilnya. Ia pun bekerja sebagai Call Center sebuah bank swasta, dan hidup sederhana bersama istri dan anaknya.

Laras, anak kedua dan satunya-satunya, meninggalkan rumah mereka di Lembang sejak bapaknya menikah lagi dengan seorang janda. Ia pun sibuk mengurus panti werda bersama teman dekatnya bernama Beni.

Sementara anak ketiga, alias anak bungsu Dahlan, Dicky, hidup tak jelas bersama pacarnya yang juga sesama pengguna narkoba, walaupun mereka sebenarnya sering manggung bernyanyi bersama.

Sang bapak kemudian berinisiatif memanggil ketiga anaknya untuk pulang dan membicarakan rencananya tersebut. Awalnya ketiga anaknya yang tidak ada yang mau untuk mengurusi guest house milik bapaknya, sampai akhirnya Dahlan menawari bagian 70% bagi yang mau mengurusi. Alhasil ketiga anaknya bersedia, namun Dahlan memberikan syarat agar merek bertiga bergantian mengurusi guest house selama sebulan, lalu akan dipilih salah seorang dari mereka bertiga melalui voting oleh para pekerja guest house.

Kalau masalah warisan, sudah rahasia umum kalau sebagian keluarga akan mempertahankan bagian yang akan menjadi miliknya. Begitulah yang terjadi pada Adam, Laras dan Dicky yang masing-masing memiliki masalah keuangan. Adam untuk keluarga dan sekolah anaknya, Laras untuk mendukung panti werdha yang diuruskan, serta Dicky yang masih berusaha untuk berhenti menggunakan narkoba.

Biasanya kalau sudah ada nama Ernest Prakasa di dalam sebuah film, aku sering memperhatikan adegan-adegannya dan percakapannya selalu menarik dan menghibur. Bahkan ada yang tak sampai aku bayangkan sebelumnya. Ernest yang berperan sebagai teman dekat sekaligus bisa dibilang bucin pada Laras, serta empat orang karyawan guest house yang kocak dan unik menambah cerita film ini tidak membosankan.

Sementara alur cerita yang serius tentu saja kembali pada hal merebut warisan berupa guest house milik bapak dan ibu Adam, Laras dan Dicky.

Adam mencoba merubah kualitas service guest house dengan melatih keempat orang karyawannya untuk lebih baik dan ramah melayani para tamu guest house. Bagi Adam yang terbiasa dengan melayani orang melalui sambungan telepon call center sebuah bank, hal ini tidak terlalu sulit namun butuh penyesuaian.

Lain dengan Laras, yang mempunyai ide baru dan perhitungan lebih matang. Ia mencoba mempromosikan guest house melalui jasa aplikasi penginapan dan menghitung segala kemungkinan yang akan menarik datangnya para pelanggan untuk menginap di guest house. Ini karena ia juga terbiasa mengurusi kebutuhan panti werdha dan juga para penghuninya.

Jika Adam dan Laras punya ide masing-masing, Dicky justru bingung akan memberikan hal apa untuk memajukan guest house. Ia justru berlaku santai dan mencoba menjadi kawan demi menarik simpati para pekerja.

Jadi, bisa dibilang, konflik yang terjadi pada film ini sambung-menyambung menjadi satu kesatuan yang terhubung pada satu titik, yaitu keutuhan keluarga. Diantara konflik yang kutangkap dari film tersebut antara lain:

  • Konflik batin Adam yang dari kecil harus selalu mengalah dari Dicky, merasa dirinya tak dianggap ada oleh bapaknya.

  • Konflik batin Laras yang menentang bapaknya menikah lagi dengan seorang janda, hingga ia menganggap sang istri baru cuma mau uang saja. Laras juga berjuang mempertahankan panti werdha yang ia urus agar tetap berjalan dan mencari donatur untuk keberlangsungan kehidupan panti.

  • Konflik batin Dicky yang ingin juga berusaha lepas dari jeratan penggunaan narkoba bersama pacarnya.

  • Konflik batin bapak, Dahlan, yang merasa bersalah seumur hidup semenjak Dicky lahir dan mempunyai kelainan paru-paru akibat kebiasaan merokok. Dahlan juga menutupi penyakitnya dari anak-anaknya agar tak membuat susah dan menjadi beban.

  • Konflik sang ibu tiri yang berusaha mengambil hati Laras agar mau menerimanya.

Yang bisa diambil sebagai pelajaran dari film ini cukup relevan dengan kehidupan sekarang ini, diantaranya:

  • Berusaha berdamai dengan diri sendiri bisa membuat hati lebih tenang untuk berpikir.

  • Bahwa waktu berjalan terus dan kita tak bisa memutar kembali. Maka sayangi orang-orang yang dekat dengan kita, terutama keluarga.

  • Seburuk apapun saudara kita, ia tetaplah bagian dari keluarga kita yang harus kita jaga dan sayangi.

  • Berlaku adil pada setiap anak, agar tidak menimbulkan luka batin pada anak sampai ia beranjak dewasa.

  • Bagaimanapun nyamannya tempat kita di luar sana, keluarga tetaplah hal yang paling nyaman dan tempat kita berkumpul bersama.


Warisan bukanlah sesuatu yang pasti bisa membuat kita bahagia. Namun keluarga, saudara, yang akan membuat kita jauh lebih bahagia. Mengutip narasi dari film itu, bahwa ini bukan tentang pembagian, namun ini tentang penyatuan. Penyatuan semua anggota keluarga agar menjadi lebih kuat. 

Dengan durasi sekitar hampir dua jam, menurutku film ini layak ditonton bersama keluarga. Jika ada anak dibawah umur yang terpaksa ikut serta, mungkin bisa didampingi saat ada kata-kata yang kurang pantas atau 'dewasa' untuk dialihkan atau diberi pengertian dalam penggunaannya.

So, untuk selanjutnya bisa langsung nonton di bioskop kesayangan masing-masing. Atau jika kelewatan tak sempat, mungkin bisa ditunggu di aplikasi mana nantinya film tersebut akan ditayangkan.


#KLIP22 #Mei6




Jumat, 18 Maret 2022

Yang Terbang, Tapi Tak Hilang


 

TTM KLIP kali ini sangat menerbangkan, iya, sebuah kata terbang. Terbang yang bisa berarti melayang, hilang, lenyap, ataupun pergi. Tergantung, mau digunakan pada hal apa, demi sebuah maksud tertentu.


Bicara tentang sesuatu yang terbang dalam hidupku, ada dua hal yang kurasakan saat ini. Dua hal yang terbang dalam hidupku, untuk digantikan dengan hal lain, yang tetap bisa membuatku bahagia. 



Terbangnya cita-cita masa lalu


Sejak kecil aku ingin menjadi seorang guru. Beranjak dewasa aku ingin menjadi seorang psikolog yang bisa belajar memahami seluk beluk karakter dan menolong orang lain. 


Mungkin sebagian orang berpikir, mengapa tidak diwujudkan? Apa yang sulit? Kenapa tidak diperjuangkan?


Ya, mungkin aku akan dibilang sebagai orang yang tidak mau berusaha mencapai angannya. Itu bagi yang tidak mengenalku dengan baik. Sayangnya, aku tak banyak memiliki kenalan yang benar-benar mengenalku dengan baik, entah mengapa, aku memang bukan orang yang mudah untuk membagikan isi hatiku.


Ada hal yang harus aku tahan dari dalam diri, menahan ego yang bersisian dengan keterbatasanku. Atau mungkin memang aku belum beruntung bisa menggapainya. Cita-cita itu terbang setelah sempat aku berusaha, walau mungkin belum sekeras yang orang lain harapkan. 


Terbang melayang, namun ternyata tetap menyisakan jejak samar. Iya, tak menjadi guru ataupun psikolog sesungguhnya bagi orang lain, tetapi aku mendedikasikannya untuk keluarga, untuk anak-anakku, menjadi guru untuk mereka dan berusaha menjadi tempat mereka untuk berkeluh kesah dan bercerita tentang segala hal. 



Melepas ayah untuk terbang jauh


Ayahku, seseorang yang telah terbang dari hidupku, meninggalkanku bersama ibu dan adik-adikku. Satu hal dalam hidupku yang membuat hati dan pikiran sangkal, bahkan dalam beberapa waktu aku pun masih tak menerima.


Bagaimana aku tidak merasa kehilangan. Ayahku adalah laki-laki pertama yang kukenal dan dekat denganku, walaupun sifat keras kepala yang sama-sama dimiliki, tetapi sesungguhnya ia tak pernah melepaskan perhatian dan sayangnya pada diriku. 


Belum cukup rasanya aku berbakti pada ayahku. Belum banyak rasanya aku membahagiakannya. Belum sempat aku mendampinginya untuk sembuh dari sakit yang dideritanya. Terlalu banyak kata belum, dan itu semakin membuatku merasa sangkal tak berkesudahan.


Melepas ayahku terbang menghadap Ilahi bukanlah suatu hal yang lekas aku terima. Bahkan keikhlasan pun baru kukecap setelah beberapa waktu, setelah aku sadar bahwa ayahku pergi untuk sembuh, agar tak lagi merasakan sakit pada tubuhnya.


Aku kemudian meyakini, sesungguhnya yang terbang itu hanyalah ruh-nya. Ia tetap ada di hati dan pikiranku selalu dalam untaian doa setiap saat. Sekali lagi, walau tak mudah, tapi ada kebaikan dibalik itu semua untuknya.



Hikmah Yang Diambil


Dua hal yang terbang dari hidupku itu, aku yakin, bukanlah akhir dari waktu, bukanlah akhir dari apa yang sedang dijalani di hidup ini.


Cita-cita dan impian masa lalu yang tak tergapai, bukan artinya aku tak bisa meraih dalam bentuk lain. Biarlah semangat dan impian itu tetap aku miliki, meski dalam wujud yang berbeda.


Terbangnya ayahku menuju Pencipta-Nya disaat aku belum banyak memberikan yang terbaik untuknya, membuatku semakin menyadari bahwa waktu berjalan tanpa kusadari, tanpa bisa kutebak. Masih ada pesan-pesannya tersiratnya yang harus kulakukan, dan masih ada separuh hidupnya, ibuku, yang harus aku jaga dan sayangi sepanjang waktu.



Terbang, bukan berarti hilang

Terbang, mungkin demi hal lain

Terbang, tak mesti malang

Terbang, bisa jadi terselip kebaikan






#KLIP22

#Maretke18


Senin, 14 Maret 2022

Nikah Muda, Ambisi dan Pilihan: Serial Married with Senior

 


Foto from google

Lama tidak review-review film, kali ini ingin sedikit cerita tentang sebuah film serial yang ditayangkan oleh aplikasi nonton film Vidio sebanyak delapan episode. Cukup singkat menurutku untuk sebuah serial, tapi tak mengapa, karena kalau kepanjangan pun lama-lama malah bikin bosan.


Film Adaptasi dari Wattpad


Serial ini diadaptasi dari cerita yang ditulis oleh Cintaprita di wattpad, berjudul Married with Senior. Jujur waktu pertama membaca judulnya, aku pikir cerita ini tentang senior di lingkungan kampus, ternyata serial ini mengambil setting di masa SMA.


Tokoh utama pada serial ini diperankan oleh Kevin Ardilova dan Caitlin Halderman, sebagai Angkasa dan Mika. Serial ini didukung pula oleh pemain apik, seperti Shenina Cinnamon, Jourdy Pranata, Cut Mini, Nugie, Niniek L. Karim dan beberapa artis lainnya.


Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah munculnya lagu dari Dewa 19 yang berjudul Kamulah Satu-satunya, sebagai lagu pendukung serial ini. Dalam beberapa scene, lagu ini pun kerap diperdengarkan.


Tentang Mika dan Angkasa


Cerita di episode pertama dibuka dengan pengenalan tokoh Angkasa dan Mika, yang mana Angkasa adalah ketua OSIS sekaligus senior di SMA Mika, dan kebetulan pula Angkasa anak dari sahabat kedua orang tua Mika.


Mika diceritakan sebagai gadis yang mengikuti trend fashion dan make up. Beberapa kali ia sering terlibat adu mulut dengan Angkasa karena ulahnya yang menggunakan seragam sekolah dengan model aneh sesuka hatinya. Sementara Angkasa, sebagai ketua OSIS, cukup tegas namun tetap terlihat memperhatikan Mika yang sering bertingkah aneh bersama tiga teman geng-nya.


Saat ayah Mika tiba-tiba meninggal karena serangan jantung, sebuah wasiat terkuak bahwa kedua orang tua Mika dan Angkasa telah sepakat untuk menjodohkan mereka, tentu saja dengan persetujuan mereka pula.


Menikah Dijodohkan


Angkasa yang ingin membahagiakan kedua orang tuanya menyanggupi dan setuju, apalagi ia cukup mengenal baik dan dekat dengan ayah Mika, walaupun oma Angkasa kurang setuju dengan ide tersebut, mengingat ia tahu cita-cita Angkasa yang ingin sekolah tinggi.


Mendengar alasan Angkasa, Mika pun merasa ia juga harus membahagiakan almarhum ayahnya dan ibunya, walaupun ia setengah hati menerima perjodohan dengan Angkasa. Mika pun sempat membuat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi Angkasa jika mereka menikah, dan ternyata Angkasa mengejutkan Mika karena menyetujui semua syarat-syarat Mika yang separuhnya sangat aneh.


Pernikahan dijodohkan itu memang kadang bisa berhasil, bisa juga tidak. Ada yang bilang, cinta juga akan bisa tumbuh dengan berjalannya waktu. Iya sih, betul, dengan catatan masing-masing mau berusaha untuk menjalankan dan mempertahankan pernikahannya. 


Konflik Pasangan (Usia) Muda


Di serial ini, selain konfliknya selain tentang perjodohannya, juga tentang menikah di usia muda, yang biasanya rentan dengan gejolak emosi anak muda yang kadang mengutamakan emosi daripada pikiran jernih. Lalu berbenturan pula dengan keinginan untuk mengenyam pendidikan tinggi bahkan sampai luar negeri, begitu pula dengan mengejar karir pekerjaan dan mencapai cita-cita yang diinginkan. Dilematis bagi pasangan yang menikah muda dengan ambisi masing-masing.


Mika dan Angkasa pun demikian. Masing-masing punya keinginan untuk masa depannya. Namun di lain sisi, sudah mulai tumbuh rasa diantara keduanya yang masih terhalang oleh ego dan gengsi keduanya, terutama pada Mika yang sebelumnya sempat tak menginginkan pernikahan atas wasiat dari almarhum ayah kesayangannya.


Belum lagi celah-celah pada hubungan jarak jauh yang sering membuat pasangan salah paham dan miskomunikasi. Ditambah dengan kehadiran sosok baru yang membuat nyaman setiap harinya. Pilihan ada ditangan Mika. 


Mika dan Orang Terdekat


Tak hanya bercerita tentang senang susahnya hubungan Mika dan Angkasa, serial ini juga menampilkan beberapa konflik tentang tiga sahabat Mika, yaitu Raina, Fildan dan Satya. Konflik tentang cinta segitiga diantara ketiga sahabat Mika, tentang perjuangan Fildan mempertahankan beasiswa dengan menulis artikel kontroversi, tentang Satya yang selalu berusaha menyenangkan Raina, serta tentang Raina yang gigih mengejar impiannya dan tetap ingin menganggap Fildan dan Satya tak lebih dari sahabat.


Tentang bagaimana seorang ibu memberikan ketenangan dengan saran dan masukannya pada anak perempuannya pun sangat menggugah hati. Betapa seorang ibu akan selalu menyayangi anaknya, akan membela anak yang disayanginya tanpa harus memanjakan namun dengan memberikan kepercayaan dan mengajarkan bagaimana cara berpikir dan bersikap dengan bijak.


Cinta dan Pilihan


Salah satu scene yang paling lovely menurutku adalah ketika oma Angkasa yang selalu terkesan tak suka dengan Mika pada awal-awal pernikahan karena menganggap Mika menghalangi pendidikan Angkasa, justru akhirnya perlahan mengetahui bagaimana Mika dan Angkasa sebenarnya memang saling mencintai. Oma berkata bahwa cinta itu tidak bawel, cinta itu diam-diam, cinta itu dirasakan. 


Iya, memang betul kata oma, meskipun terkadang kita juga sebenarnya butuh dan senang mendengar ucapan cinta secara langsung.


Di akhir episode bakal disajikan momen dimana Mika menyadari sesuatu hal tentang perasaannya pada Angkasa dan juga Reno, sosok yang dekat dengannya yang juga rekan kerja Mika. Pilihan Mika adalah dari hatinya, yang tak hanya membuat hatinya bahagia, tetapi juga membuat orang pilihannya pun bahagia.


Penutup


Diputar sampai delapan episode dengan durasi per episode kurang lebih 40-50 menitan, serial ini menurutku cukup ringan dan bagus untuk jadi pilihan tontonan. 


Sekarang serial ini sudah full uploaded di aplikasi Vidio, jadi yang belum menonton bisa marathon sekaligus tak perlu menunggu setiap hari Minggu lagi. Selamat menonton!






#KLIP22

#Maretke13


Jumat, 11 Maret 2022

Keluarga Untuk Diriku

 


Keluarga, sebuah tema dari KLIP sebagai bagian dari challenge wajib yang harus diikuti semua member KLIP. Meskipun tak wajib pun, tema keluarga pastinya sangat menarik dan akan banyak kisah di dalamnya, karena bicara tentang keluarga pastinya luas sekali cakupannya.


Untukku pribadi, keluargaku adalah tempat aku untuk berkumpul bersama, saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan, saling menyayangi, mencintai dan memberi semangat. Bersama dengan keluarga inti dan keluarga kecilku, kami belajar bersama untuk menjalani kehidupan dengan berusaha menjadi lebih baik setiap saat, meskipun tak dipungkiri terkadang ada batu sandungan atau konflik di dalamnya.


Kedua orang tuaku adalah keluarga terbaikku, yang menjadi tempatku bersandar dan berbagi sukacita. Sejak dahulu, sebisa mungkin aku tak ingin membagikan kesedihan jika masih bisa kutahan sendiri, karena melihat mereka senang dan bahagia itu menjadi kepuasan tersendiri. Apalagi semenjak ayahku tak ada, ibuku adalah satu-satunya keluargaku, selain adikku yang paling ingin selalu aku bahagiakan. 


Memiliki keluarga lengkap sejak lahir adalah rezeki dan anugerah dari Allah yang sangat aku syukuri. Karena tidak semua anak yang bisa merasakan apa yang aku rasakan dan miliki. Saat kecil, kadang aku diajak ke panti asuhan atau melihat ke keluarga lain yang mungkin kurang beruntung, agar selalu bersyukur dengan nikmat yang kumiliki, yaitu keluarga yang bahagia.


Sama halnya dengan saat ini, dimana aku mempunyai keluarga kecil sendiri, ada aku, pasangan dan anak-anak. Membangun keluarga kecil ini bersama-sama, dengan tujuan yang pasti diinginkan semua keluarga, yaitu bahagia, sehat, penuh limpahan rezeki dan kebaikan.


Anak yang bahagia biasanya lahir dari keluarga yang juga bahagia. Meskipun ada sebagian kecil anak-anak lain yang tetap bertahan dan bersyukur tetap menjadi diri yang bahagia, walaupun tak berasal dari sebuah keluarga yang bahagia. Dan mereka itu beruntung dari sisi lain, yaitu beruntung mempunyai hati yang kuat untuk tetap bisa berbahagia. 


Dan untuk menciptakan keadaan bahagia dalam keluarga, ada peran seorang ibu pula di dalamnya. Seorang ibu bisa dibilang sebagai salah satu bahan bakar kehangatan keluarga, bagi pasangan dan anak-anaknya. Itu sebab sering kita dengar tentang bagaimana seorang perempuan memiliki peran yang penting dalam keluarga. Selain menjadi seorang istri, seorang perempuan juga harus menjadi seorang hamba Allah, dan juga seorang ibu. 


Menjadi seorang istri dari seorang suami, tentu saja seorang perempuan harus bisa menempatkan dirinya sebagai seseorang yang bisa mendampingi pasangan dalam suka maupun duka, selalu saling mengingatkan dan bekerjasama dalam rumah tangga untuk membangun keluarga yang baik dan menyenangkan. 


Kemudian sebagai seorang hamba Allah, tetaplah seorang perempuan harus mengutamakan Allah dengan beribadah dan mengikuti ajaran dan perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya. Dengan beriman kepada Allah, seorang perempuan bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, sehingga dapat diterapkan pula ke dalam keluarganya.


Lalu sebagai seorang ibu, seorang perempuan memiliki banyak tanggung jawab dalam menciptakan keluarga yang nyaman. Seorang ibu berperan dalam memastikan tumbuh kembang seorang anak dengan baik, mulai dari kesehatan, pendidikan, keterampilan, adab dan etika, serta berbagai hal kehidupan lainnya. 


Namun tak berarti tidak ada peran seorang suami yang harus mendampinginya. Sebab seorang perempuan, seorang ibu, juga seorang manusia yang mempunyai keterbatasan fisik dan mental. Ada hal yang sangat perlu pula dijaga, agar kondisi dan kehidupan seorang perempuan sebagai ibu tetap dalam keadaan bahagia dan nyaman, demi menjaga kebaikan dalam keluarga.


Keluarga itu idealnya harus saling support, harus saling mengasihi, saling menyayangi, saling mengerti dan empati, saling membahagiakan, menyenangkan, serta mendoakan hal-hal baik.


Saat ini aku bersyukur dengan adanya diriku dan keluarga yang kumiliki. Aku masih bisa menjaga keluargaku dengan baik. Aku pun masih bisa berdaya dan berkarya sebagai seorang perempuan merdeka tanpa harus melupakan kewajibanku sebagai seorang anak dari orang tuaku, sebagai istri dan sebagai ibu.


Alhamdulillah. Selalu Bersyukur.


Jika ada yang merasa tak beruntung karena tak merasa memiliki keluarga, jangan khawatir, karena ada keluarga pun tak melulu hanya dengan orang sedarah. Masih banyak orang-orang yang bisa dianggap sebagai keluarga dengan segala kebaikannya.


Allah memberikan keluarga pada kita sesuai dengan kehendak-Nya. Bisa dengan siapa saja dan dari mana saja. Sedarah ataupun tak sedarah. Begitu pula yang kurasakan, selain keluarga sendiri, aku pun memiliki orang-orang baik yang kuanggap juga sebagai keluargaku.


Keluarga adalah hadiah dari Allah

Untuk dibahagiakan dan dikasihi

Keluarga bagai tempat yang indah

Untuk selalu saling menyayangi




#KelasPersiapan

#programKLIP2022

#KelasLiterasiIbuProfesional

#ibuprofesional2022

#ibuprofesionalforindonesia

#semestakaryauntukindonesia

#womenincooLABoration

#IP4ID2022

#KLIP2022MengantarCahaya

#KLIP22

#Maretke11





Senin, 07 Maret 2022

Aku dan Cerita tentang Perpustakaan

 




Perpustakaan ini salah satu tempat favoritku sejak zaman sekolah di SMA dan kuliah, selain kantin tentunya. Sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku, tempat yang tenang karena tak boleh berisik jika berada di dalamnya, tempat yang paling enak buat menyepi dari keriuhan saat istirahat sekolah maupun selepas kuliah.


Jadi kangen juga sama perpustakaan! Sudah sangat lama sekali aku tak pernah menyentuh yang namanya perpustakaan. Terakhir pergi ke perpustakaan kota saja sudah lama sekali, seingatku mungkin sekitar tujuh tahun lalu. Hmm … itu pun bukan untuk membaca atau meminjam buku, melainkan untuk menghadiri acara sekolah anak yang diadakan di perpustakaan. Kocak! 😄



Flashback kenangan perpustakaan saat SMA


Perpustakaan sekolah yang tak terlalu besar, tetapi cukup nyaman bagiku. Jika aku tak menemukan informasi ataupun jawaban dari tugas sekolah, perpustakaan jadi tempat utama yang aku kunjungi. Ya maklum saja, zaman itu belum ada google dan sejenisnya. Buku rangkuman pengetahuan saja paling top kala itu judulnya RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap). Itu buku yang paling sering aku baca setiap harinya, selain baca kamus Bahasa Inggris 😅. 


Kadangkala saat istirahat, terutama kala aku sedang berpuasa daripada melihat teman-teman asyik dengan cemilannya, aku juga berkunjung untuk membaca buku cerpen atau buku apa saja yang kutemukan menarik untuk dibaca. Mengobrol sesuatu yang tak ingin didengar orang lain pun sering aku lakukan di perpustakaan. Biasanya kalau ada teman yang ingin curhat 🤭, walaupun berbicara harus berbisik-bisik di balik buku.


Yang paling aku ingat lagi, kala sekolah sedang ramai mengadakan kegiatan class meeting setelah selesai ulangan semester, aku dan beberapa teman pergi ke perpustakaan untuk menonton final bola basket NBA. Perpustakaan sekolahku memang keren, walaupun harus tenang, tetapi tetap tersedia televisi dengan setelan volume yang mungkin hanya bisa didengar jika aku menempelkan daun telinga ke speaker televisi model tabung itu. Tapi tak mengapa, saat itu petugas perpustakaan sedikit berbaik hati mengizinkan.


Memang zaman SMA itu yang membahagiakan bukan cuma waktu menang main basket antar sekolah, tetapi perpustakaan juga punya cerita untukku. Oya satu lagi, siswa yang suka ke perpustakaan kala itu, biasanya akan ada tambahan cap sebagai siswa yang rajin membaca dan pintar, lho 😁. Mereka tidak tahu saja aku sebenarnya berada di urutan rangking ke berapa hehe ….



Perpustakaan Zaman Kuliah


Lain saat SMA, lain pula saat kuliah. Tujuan utamanya memang adalah untuk mencari buku-buku yang menunjang mata kuliah yang kupilih. Seingatku saat kuliah pun, google pun masih belum aku gunakan. Handphone saja masih yang hanya bisa menelepon, berkirim pesan, bermain game tetris atau ular-ularan, dan buat senter darurat. Walaupun aku sudah ada laptop pemberian dari om dan tante, tetapi untuk jejaring internet pun masih minim sekali saat itu. 


Perpustakaan di kampusku cukup besar dibandingkan saat SMA yang hanya sebuah ruangan. Ada tiga tingkat jika tak salah ingat. Lantai paling atas itu khusus kumpulan buku skripsi dari para mahasiswa yang sudah lulus.


Aku suka berada di perpustakaan ini, karena jelas sekali akan banyak buku-buku yang bisa aku dapatkan untuk tambahan informasi jika ada tugas dari dosen. Sesekali aku meminjam buku sesuai mata kuliah atau buku bacaan ringan seperti kumpulan cerpen. 


Sama dengan saat SMA, perpustakaan saat di kampus, juga salah satu tempat tujuan untuk bersantai dengan teman akrabku. Kami tetap membaca buku yang menarik untuk kami membaca sembari menunggu jam mata kuliah berikutnya, tetapi sesekali juga sambil mengobrol ringan sekedar curhat tentang dosen atau kakak tingkat yang rese 😁.


Nah iya, perpustakaan kampus ini juga tujuanku jika ada kakak tingkat yang memaksaku untuk ikut demonstrasi. Aku bukan mahasiswa yang suka demonstrasi, jadi pernah suatu ketika, kakak tingkat melihatku hanya di depan kelas menonton persiapan mereka yang hendak demo entah tentang apa, aku pun didatangi dan dipaksa untuk ikut serta karena aku mahasiswa baru. Dengan seribu macam alasan, aku pergi dengan cepat ke perpustakaan dengan dalih banyak tugas. Tak akan ada yang berani gaduh di perpustakaan.


Banyak memori di perpustakaan kampus selain tempatnya mencari buku. Di perpustakaan itu pula, aku mengejar deadline mengerjakan skripsi selama sekitar enam bulan. Mulai dari awal menentukan judul hingga akhirnya menuntaskan daftar pustaka skripsi. Di salah satu ruangan perpustakaan itu pula, aku menerima pengumuman sebagai salah satu mahasiswa dengan nilai bagus di jurusan dan juga lulus tes pekerjaan di sebuah perusahaan tambang ternama. 


Kenangan perpustakaan ternyata tak melulu soal buku-buku bacaan. Ada banyak hal yang terjadi juga di perpustakaan.


Yang jelas, aku masih punya PR dan janji  untuk mengajak anak-anakku ke perpustakaan daerah kota 🤭. Walaupun sebagian buku-buku bacaan sudah ada di  aplikasi Ipusnas, tetap saja ada rasa berbeda jika membaca langsung buku fisik. 


Semoga segera bisa terlaksana pergi ke perpustakaan lagi! ☺️





#TemaTantanganMenulisKLIP
#TemaTantanganMenulisKLIP2022
#programKLIP2022
#KelasLiterasiIbuProfesional
#ibuprofesional2022
#ibuprofesionalforindonesia
#semestakaryauntukindonesia
#womenincooLABoration
#IP4ID2022
#KLIP2022MengantarCahaya

#KLIP22

#Maretke7

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...