TTM KLIP kali ini sangat menerbangkan, iya, sebuah kata terbang. Terbang yang bisa berarti melayang, hilang, lenyap, ataupun pergi. Tergantung, mau digunakan pada hal apa, demi sebuah maksud tertentu.
Bicara tentang sesuatu yang terbang dalam hidupku, ada dua hal yang kurasakan saat ini. Dua hal yang terbang dalam hidupku, untuk digantikan dengan hal lain, yang tetap bisa membuatku bahagia.
Terbangnya cita-cita masa lalu
Sejak kecil aku ingin menjadi seorang guru. Beranjak dewasa aku ingin menjadi seorang psikolog yang bisa belajar memahami seluk beluk karakter dan menolong orang lain.
Mungkin sebagian orang berpikir, mengapa tidak diwujudkan? Apa yang sulit? Kenapa tidak diperjuangkan?
Ya, mungkin aku akan dibilang sebagai orang yang tidak mau berusaha mencapai angannya. Itu bagi yang tidak mengenalku dengan baik. Sayangnya, aku tak banyak memiliki kenalan yang benar-benar mengenalku dengan baik, entah mengapa, aku memang bukan orang yang mudah untuk membagikan isi hatiku.
Ada hal yang harus aku tahan dari dalam diri, menahan ego yang bersisian dengan keterbatasanku. Atau mungkin memang aku belum beruntung bisa menggapainya. Cita-cita itu terbang setelah sempat aku berusaha, walau mungkin belum sekeras yang orang lain harapkan.
Terbang melayang, namun ternyata tetap menyisakan jejak samar. Iya, tak menjadi guru ataupun psikolog sesungguhnya bagi orang lain, tetapi aku mendedikasikannya untuk keluarga, untuk anak-anakku, menjadi guru untuk mereka dan berusaha menjadi tempat mereka untuk berkeluh kesah dan bercerita tentang segala hal.
Melepas ayah untuk terbang jauh
Ayahku, seseorang yang telah terbang dari hidupku, meninggalkanku bersama ibu dan adik-adikku. Satu hal dalam hidupku yang membuat hati dan pikiran sangkal, bahkan dalam beberapa waktu aku pun masih tak menerima.
Bagaimana aku tidak merasa kehilangan. Ayahku adalah laki-laki pertama yang kukenal dan dekat denganku, walaupun sifat keras kepala yang sama-sama dimiliki, tetapi sesungguhnya ia tak pernah melepaskan perhatian dan sayangnya pada diriku.
Belum cukup rasanya aku berbakti pada ayahku. Belum banyak rasanya aku membahagiakannya. Belum sempat aku mendampinginya untuk sembuh dari sakit yang dideritanya. Terlalu banyak kata belum, dan itu semakin membuatku merasa sangkal tak berkesudahan.
Melepas ayahku terbang menghadap Ilahi bukanlah suatu hal yang lekas aku terima. Bahkan keikhlasan pun baru kukecap setelah beberapa waktu, setelah aku sadar bahwa ayahku pergi untuk sembuh, agar tak lagi merasakan sakit pada tubuhnya.
Aku kemudian meyakini, sesungguhnya yang terbang itu hanyalah ruh-nya. Ia tetap ada di hati dan pikiranku selalu dalam untaian doa setiap saat. Sekali lagi, walau tak mudah, tapi ada kebaikan dibalik itu semua untuknya.
Hikmah Yang Diambil
Dua hal yang terbang dari hidupku itu, aku yakin, bukanlah akhir dari waktu, bukanlah akhir dari apa yang sedang dijalani di hidup ini.
Cita-cita dan impian masa lalu yang tak tergapai, bukan artinya aku tak bisa meraih dalam bentuk lain. Biarlah semangat dan impian itu tetap aku miliki, meski dalam wujud yang berbeda.
Terbangnya ayahku menuju Pencipta-Nya disaat aku belum banyak memberikan yang terbaik untuknya, membuatku semakin menyadari bahwa waktu berjalan tanpa kusadari, tanpa bisa kutebak. Masih ada pesan-pesannya tersiratnya yang harus kulakukan, dan masih ada separuh hidupnya, ibuku, yang harus aku jaga dan sayangi sepanjang waktu.
Terbang, bukan berarti hilang
Terbang, mungkin demi hal lain
Terbang, tak mesti malang
Terbang, bisa jadi terselip kebaikan
#KLIP22
#Maretke18