Foto by wikipedia google
Liburan lebaran kali ini, ada beberapa suguhan film layar lebar yang diputar di bioskop XXI kesayangan. Gara-gara Warisan jadi film pilihan bioskop yang kutonton bersama keluarga ketimbang film yang sedang viral dan ramai ditonton para penggemar Doctor Strange, atau dua film horor lainnya.
Alasannya tentu saja karena dari trailer film ini, terlihat selain ada konflik keluarga, ada bumbu komedi yang pastinya cukup menghibur hari libur lebaran kali ini.
Gara-gara Warisan. Mendengar kata warisan ini awalnya mengira film ini bakal mempunyai alur yang serius, ternyata kemasannya menarik dan hampir sepanjang film jadi geli dan tertawa sendiri. Film ini dibintangi para pemain film yang aktingnya mumpuni seperti Yayu Unru, Ira Wibowo, Lidya Kandou, Oka Antara, Indah Permatasari, dan Ge Pamungkas. Kemudian ada pula Sheila Dara Aisha, Aci Resti, Lukman Sardi, Tanta Ginting, dan tak lupa pula ada Ernest Prakasa ikut meramaikan selain menjadi salah seorang produser film ini.
Cerita tentang warisan pada film ini mungkin saja pernah terjadi di kehidupan nyata, namun tingkat konflik maupun masalahnya saja yang berbeda-beda di setiap keluarga. Mungkin ada yang biasa-biasa saja, mungkin ada yang rebutan, mungkin pula ada yang sampai berlaku anarkis demi mendapatkan sesuatu yang disebut warisan.
Di film ini, konflik bermula dengan mengisahkan bahwa seorang bapak, Dahlan namanya, menderita sakit Sirosis (sakit pada organ hati) yang mengharuskan ia harus banyak beristirahat. Sementara itu, ia mempunyai sebuah guest house yang selama ini diurusnya. Ketiga anaknya tak ada yang di rumah, semua sibuk dengan kehidupannya masing-masing.
Adam, putra pertamanya, harus selalu mengalah dengan keadaan hingga mengorbankan cita-cita masa kecilnya. Ia pun bekerja sebagai Call Center sebuah bank swasta, dan hidup sederhana bersama istri dan anaknya.
Laras, anak kedua dan satunya-satunya, meninggalkan rumah mereka di Lembang sejak bapaknya menikah lagi dengan seorang janda. Ia pun sibuk mengurus panti werda bersama teman dekatnya bernama Beni.
Sementara anak ketiga, alias anak bungsu Dahlan, Dicky, hidup tak jelas bersama pacarnya yang juga sesama pengguna narkoba, walaupun mereka sebenarnya sering manggung bernyanyi bersama.
Sang bapak kemudian berinisiatif memanggil ketiga anaknya untuk pulang dan membicarakan rencananya tersebut. Awalnya ketiga anaknya yang tidak ada yang mau untuk mengurusi guest house milik bapaknya, sampai akhirnya Dahlan menawari bagian 70% bagi yang mau mengurusi. Alhasil ketiga anaknya bersedia, namun Dahlan memberikan syarat agar merek bertiga bergantian mengurusi guest house selama sebulan, lalu akan dipilih salah seorang dari mereka bertiga melalui voting oleh para pekerja guest house.
Kalau masalah warisan, sudah rahasia umum kalau sebagian keluarga akan mempertahankan bagian yang akan menjadi miliknya. Begitulah yang terjadi pada Adam, Laras dan Dicky yang masing-masing memiliki masalah keuangan. Adam untuk keluarga dan sekolah anaknya, Laras untuk mendukung panti werdha yang diuruskan, serta Dicky yang masih berusaha untuk berhenti menggunakan narkoba.
Biasanya kalau sudah ada nama Ernest Prakasa di dalam sebuah film, aku sering memperhatikan adegan-adegannya dan percakapannya selalu menarik dan menghibur. Bahkan ada yang tak sampai aku bayangkan sebelumnya. Ernest yang berperan sebagai teman dekat sekaligus bisa dibilang bucin pada Laras, serta empat orang karyawan guest house yang kocak dan unik menambah cerita film ini tidak membosankan.
Sementara alur cerita yang serius tentu saja kembali pada hal merebut warisan berupa guest house milik bapak dan ibu Adam, Laras dan Dicky.
Adam mencoba merubah kualitas service guest house dengan melatih keempat orang karyawannya untuk lebih baik dan ramah melayani para tamu guest house. Bagi Adam yang terbiasa dengan melayani orang melalui sambungan telepon call center sebuah bank, hal ini tidak terlalu sulit namun butuh penyesuaian.
Lain dengan Laras, yang mempunyai ide baru dan perhitungan lebih matang. Ia mencoba mempromosikan guest house melalui jasa aplikasi penginapan dan menghitung segala kemungkinan yang akan menarik datangnya para pelanggan untuk menginap di guest house. Ini karena ia juga terbiasa mengurusi kebutuhan panti werdha dan juga para penghuninya.
Jika Adam dan Laras punya ide masing-masing, Dicky justru bingung akan memberikan hal apa untuk memajukan guest house. Ia justru berlaku santai dan mencoba menjadi kawan demi menarik simpati para pekerja.
Jadi, bisa dibilang, konflik yang terjadi pada film ini sambung-menyambung menjadi satu kesatuan yang terhubung pada satu titik, yaitu keutuhan keluarga. Diantara konflik yang kutangkap dari film tersebut antara lain:
Konflik batin Adam yang dari kecil harus selalu mengalah dari Dicky, merasa dirinya tak dianggap ada oleh bapaknya.
Konflik batin Laras yang menentang bapaknya menikah lagi dengan seorang janda, hingga ia menganggap sang istri baru cuma mau uang saja. Laras juga berjuang mempertahankan panti werdha yang ia urus agar tetap berjalan dan mencari donatur untuk keberlangsungan kehidupan panti.
Konflik batin Dicky yang ingin juga berusaha lepas dari jeratan penggunaan narkoba bersama pacarnya.
Konflik batin bapak, Dahlan, yang merasa bersalah seumur hidup semenjak Dicky lahir dan mempunyai kelainan paru-paru akibat kebiasaan merokok. Dahlan juga menutupi penyakitnya dari anak-anaknya agar tak membuat susah dan menjadi beban.
Konflik sang ibu tiri yang berusaha mengambil hati Laras agar mau menerimanya.
Yang bisa diambil sebagai pelajaran dari film ini cukup relevan dengan kehidupan sekarang ini, diantaranya:
Berusaha berdamai dengan diri sendiri bisa membuat hati lebih tenang untuk berpikir.
Bahwa waktu berjalan terus dan kita tak bisa memutar kembali. Maka sayangi orang-orang yang dekat dengan kita, terutama keluarga.
Seburuk apapun saudara kita, ia tetaplah bagian dari keluarga kita yang harus kita jaga dan sayangi.
Berlaku adil pada setiap anak, agar tidak menimbulkan luka batin pada anak sampai ia beranjak dewasa.
Bagaimanapun nyamannya tempat kita di luar sana, keluarga tetaplah hal yang paling nyaman dan tempat kita berkumpul bersama.
Warisan bukanlah sesuatu yang pasti bisa membuat kita bahagia. Namun keluarga, saudara, yang akan membuat kita jauh lebih bahagia. Mengutip narasi dari film itu, bahwa ini bukan tentang pembagian, namun ini tentang penyatuan. Penyatuan semua anggota keluarga agar menjadi lebih kuat.
Dengan durasi sekitar hampir dua jam, menurutku film ini layak ditonton bersama keluarga. Jika ada anak dibawah umur yang terpaksa ikut serta, mungkin bisa didampingi saat ada kata-kata yang kurang pantas atau 'dewasa' untuk dialihkan atau diberi pengertian dalam penggunaannya.
So, untuk selanjutnya bisa langsung nonton di bioskop kesayangan masing-masing. Atau jika kelewatan tak sempat, mungkin bisa ditunggu di aplikasi mana nantinya film tersebut akan ditayangkan.
#KLIP22 #Mei6