Jumat, 25 September 2020

Bersyukur dan Bahagia (Pandemi atau Tidak)

 Bersyukur dan Bahagia


Sejak beberapa bulan terakhir ini, wabah penyakit global atau pandemi covid19 sedang melanda sebagian besar negara-negara di belahan dunia ini, dan Indonesia termasuk diantaranya. Di Indonesia pun penyebaran pandemi ini cukup membuat semua orang jadi khawatir.
Virus ini seingat saya mulai terdengar di penghujung tahun 2019 yaitu di negara tetangga. Tidak ada yang menyangka virus itu pun menghampiri negara ini di awal tahun 2020, tepatnya jika tidak salah mengingat sekitar bulan Februari. Lalu sekitar bulan Maret, akhirnya wabah itu tiba di kota ini dan membawa perubahan di dalam kehidupan sehari-hari.
Hal yang mengalami perubahan dan dampak pandemi diantaranya adalah anak-anak belajar di rumah karena sekolah diperintahkan untuk diliburkan. Sebagian pekerja pun ada yang bekerja dari rumah, namun untuk sebagian profesi terpaksa harus tetap bekerja di kantornya. Beberapa tempat umum ada yang sebagian ditutup dan sebagian masih boleh buka namun dengan batasan waktu dan peraturan standar kesehatan.
Di awal pandemi menghampiri kota ini, saya hanya merasa sedikit berat dengan pemindahan kegiatan belajar dari rumah karena saya harus menghadapi tiga anak yang berbeda usia dengan perbedaan tingkat pelajaran sekolah. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, sebagai orangtua saya tetap harus mendampingi anak-anak belajar dan menjelaskan materi-materi yang dikirimkan oleh para guru jika mereka tidak mengerti. Saya harus kembali memutar ingatan tentang pelajaran saat itu dan ikut mempelajarinya untuk kemudian saya jelaskan kepada mereka. Tak jarang, intonasi suara dan emosi bisa meningkat jika mendapati anak-anak tidak mengerti. Namun saya bisa memahami bahwa proses ini juga tidak mudah bagi anak-anak dan juga guru mereka.
Di awal pemberlakuan pembatasan aktivitas, pemerintah daerah juga mengeluarkan peraturan untuk masuk atau keluar kota ini, sebab kota tetangga cukup tinggi angka kasus penderita virus. Setiap warga yang akan melintas masuk ke kota ini, akan melewati pemeriksaan identitas dan kesehatan tubuh melalui pengukuran suhu, meskipun ternyata hal ini tidak berlangsung lama. Sebab saat saya memutuskan untuk memboyong anak-anak ke kota tetangga yang berjarak kurang lebih 2 jam atas permintaan suami, saya tidak mengalami pemeriksaan lagi. Di kota tetangga ini, peraturan justru lebih ketat dengan adanya pembatasan aktivitas dengan memberlakukan jam tutup dan buka jalan di jam-jam tertentu. Namun ini tidak terlalu menjadi masalah bagi saya, sebab saya juga bukan tipikal yang suka keluar rumah jika tidak ada keperluan.
Bagi saya pandemi yang terjadi saat ini tidak menyurutkan arti kebahagiaan. Karena ada tidaknya pandemi, kita memang harus selalu bahagia. Mama saya selalu mengingatkan untuk tetap bersyukur apapun keadaan kita dan hal inilah yang juga selalu saya ingat dan berusaha untuk jalani. Menurut mentor saya di suatu kelas yang saya ikuti pun kita diarahkan dan disarankan untuk memperbanyak energi positif yang masuk kedalam diri dan membuang jauh energi negatif, contohnya seperti tidak ikut menyebarkan berita virus jika belum tahu kebenarannya.
Dampak pandemi tentunya memang membuat sebagian besar orang mendapat kesulitan dan kesusahan. Yang sangat terlihat jelas sekali adalah dari segi ekonomi. Tapi ada juga dampak yang membuat kebahagiaan itu bertambah, yaitu seperti lebih banyaknya waktu bagi anak-anak dengan orangtuanya terutama bagi yang orangtuanya memang bekerja di kantor namun saat ini diminta untuk bekerja dari rumah.
Semua yang sedang terjadi saat ini menurut saya adalah tinggal bagaimana cara kita menyikapi situasi dan kondisi yang sedang berlangsung. Seperti yang saya kemukakan di atas bahwa bersyukurlah selalu, menerima dengan ikhlas dan jalani dengan hati lapang, sehingga diharapkan kita akan selalu bahagia apapun yang sedang terjadi. Karena jika kita berpikir positif, maka niscaya hasilnya akan positif, begitupun sebaliknya. Berdoalah selalu dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar pandemi ini segera berlalu dan pulih sediakala. Kata orang, bahagia itu kita sendiri yang munculkan, jadi berusaha selalu berpikir dan berlaku baik saja agar kebahagiaan tidak sirna dari diri kita juga keluarga.


*pic source: power of positivity




Dakon, Mainan Dulu Kala Sampai Sekarang

 Dakon

Mengingat permainan tradisional jaman dahulu yang sering saya mainkan adalah permainan dakon. Dakon juga sering disebut juga permainan congklak. Permainan ini setahu saja berasal dari Jawa, namun ada juga dari beberapa daerah dengan sebutan masing-masing.
Permainan dakon atau congklak ini mengajarkan kita tentang ketekunan, ketepatan, kejujuran, berhitung hingga kesabaran. Pada permainan ini, si pemain harus berusaha untuk mengumpulkan biji sebanyak-banyaknya dengan cara dan aturan dari permainan ini.
Cara memainkan permainan tradisional ini yaitu dengan menggunakan sebuah papan kayu persegi panjang yang mempunyai cekungan minimal empat belas cekungan kecil dan dua cekungan besar di bagian pojok, serta minimal sembilan puluh delapan biji dakon, yang bisa berasal dari kerikil, biji buah sawo, atau cangkang kerang kecil.
Permainan ini biasanya dilakukan dua pemain. Setelah empat belas cekungan tersebut diisi masing-masing tujuh biji dakon, maka permainan bisa dimulai dengan bergantian mengambil biji tersebut lalu dipindahkan dari cekungan kecil ke cekungan kecil yang lainnya dengan menaruh biji di cekungan besar satu (milik sendiri) dan mengabaikan cekungan besar kedua (milik lawan). Dan saat biji yang diputar berhenti cekungan kosong, putaran berhenti.
Dakon atau congklak sampai sekarang masih suka dimainkan. Media bermain dakon pun sekarang ada yang terbuat dari plastik. Saya juga terkadang ikut bermain dengan anak-anak, karena memang permainan ini menurut saya tidaklah membosankan tetapi sangat seru.


*referensi: google



Yang Enak, Yang Kekinian 🍲

Yang Enak, Yang Kekinian 🍲

Dunia kuliner saat ini makin berkembang. Tidak hanya makanan berat saja, namun makanan dan minuman ringan pun sekarang banyak variasi. Dan saking banyaknya orang yang mengkonsumsi dan mendokumentasikannya, akhirnya beberapa makanan dan minuman itu pun menjadi viral di media sosial. Biasanya efek dari viral ini akan banyak orang yang ikutan membuat untuk dijual maupun untuk dimakan sendiri.
Diantara banyaknya makanan dan minuman yang katanya sedang populer dan viral, atau anak jaman sekarang menyebutnya sedang kekinian, aku lagi suka dengan Es Kopi Susu Gula Aren dan Mentai Rice (Nasi Mentai). Meskipun ada juga beberapa makanan dan minuman kekinian lainnya yang tidak kalah menarik dan suka aku konsumsi.
Minuman kopi susu dengan gula aren ini termasuk sedang banyak digemari anak-anak muda juga orangtua. Yang mungkin biasanya kopi diminum dengan campuran gula putih atau bahkan jika mau praktis tinggal menggunakan bubuk kopi instan yang banyak dijual, kali ini kopi dinikmati dengan campuran gula aren. Konon katanya gula aren ini lebih sehat, sehingga harga jual minuman ini pun menjadi lebih mahal. Paling nikmat disajikan dalam keadaan dingin dan bisa diberi topping bobba dan whipped cream sesuai selera. Saat ini sudah banyak kedai kopi yang memasukkan minuman ini menjadi bagian dari menunya. Kalau mau membuat sendiri pun bisa, karena bahan dasarnya tidak sulit untuk dicari.
Beranjak ke makanan kekinian, tadi di atas saya sebutkan Mentai Rice atau dalam bahasa Indonesianya disebut Nasi Mentai. Awal saya mendengar nama makanan ini ialah Salmon Mentai Rice. Ya, ini adalah Nasi Mentai dengan bahan utamanya selain nasi yaitu Ikan Salmon. Ini merupakan sajian makanan khas Jepang, yang sekarang sudah banyak dimodifikasi mengikuti selera masing-masing.
Jika melihat ke resepnya, ciri khas makanan ini ialah ada saus mayonaise diatasnya yang dicampur bisa dengan saus sambal atau saus tomat dan bisa ditambahkan keju atau bubuk nori sesuai selera. Bahan dasarnya jelas ada nasi putih yang bisa dicampurkan dulu dengan minyak wijen atau terserah keinginan sesuai selera. Olahan nasi lalu disusun di suatu wadah, kemudian diberi topping ikan, nugget ayam atau sosis. Isiannya pun sesuai selera, lalu ditutup dengan campuran saus mayonaise tadi kemudian dipanggang di oven. Cukup mudah dan bisa jadi alternatif pengganti nasi goreng kegemaran sejuta umat.
Makanan dan minuman yang sedang kekinian saat ini sudah sangat bervariasi. Mulai dari bentuk sampai komposisi bahan yang diatur sedemikian rupa agar lebih menarik dan juga mudah jika ingin membuat sendiri. Kalau ingin menikmati tanpa repot, kita tinggal beli. Tapi jika ingin mencoba rasa buatan sendiri tidak ada salahnya, mungkin akan lebih hemat dan siapa tahu hasil olahan kita sendiri kemudian bisa dijual.



*sumber gambar: google dan koleksi pribadi (mentai)



Warna-warni Langit Komunikasiku 🌈 (Bunda Sayang, Ibu Profesional)

Warna-warni Langit Komunikasiku 🌈

(Ibu Profesional, Perkuliahan Bunda Sayang Batch #6, Zona #1, Komunikasi Produktif)



Lima belas hari di zona pertama perkuliahan bunda sayang ini adalah mengenai komunikasi produktif. Mungkin mendengar kata komunikasi ini serasa sudah biasa, toh, sehari-hari juga kita pasti berkomunikasi. Tetapi ternyata komunikasi pun tidak bisa dianggap sepele, sebab jika komunikasi yang dilakukan tidak produktif maka pesan yang diberikan pun tidak akan tersampaikan dan diterima dengan baik. 

Di lima belas hari ini, ya, hanya lima belas hari kita diberi tantangan untuk berkomunikasi secara produktif dimulai dari orang terdekat seperti pasangan, anak, orangtua maupun dengan saudara atau teman. Disini kita menemukan berbagai situasi dan kondisi untuk berkomunikasi, lalu mendapatkan tantangan saat berkomunikasi dan menilai apakah komunikasi yang kita lakukan sudah produktif atau belum. 

Memang komunikasi produktif ini dibilang gampang, ya susah. Namun dibilang susah, ya sebenarnya mudah saja, asalkan kita belajar untuk memahami dan menerapkan poin-poin bagaimana cara agar komunikasi kita produktif. Pada tantangan lima belas hari ini, komunikasi (yang diharapkan) produktif yang saya lakukan cukup berwarna-warni. Karena saat menjalankannya tidak terlalu mulus sesuai harapan. 😊 

Berkomunikasi dengan anak berusia lima tahun tentulah berbeda dengan anak berusia sepuluh tahun atau dua belas tahun. Begitu pula jika berkomunikasi dengan pasangan. Pada anak usia lima tahun saya lebih banyak harus menekan emosi dan mempertinggi sabar, lebih banyak mengerti dan memberi ruang lebih untuknya, sebab kebetulan karakter si anak yang aktif dan mulai kritis. Saya pun harus berpikir dalam mengeluarkan kata-kata kepadanya dan tak jarang bisa jadi menaikkan suara ke oktaf lebih tinggi 🤭. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada kakak-kakaknya. Dan ini merupakan PR terbesar saya sebagai seorang ibu. 

Jangan dikira komunikasi dengan pasangan akan lebih mulus daripada dengan anak-anak. Pasangan yang jelas beda jenis dari kita ini juga terkadang bisa nampak sebagai anak tertua ☺. Saya sering mengatakan sesuatu secara tersirat dengan harapan ia tahu apa yang saya maksud. Namun hal ini terkadang bisa menjadi masalah baru saat pasangan saya adem ayem saja alias diam karena tidak paham dengan maksud saya. Ya, saya mengerti bahwa pasangan saya butuh kata-kata yang langsung dan jelas. Bahasa tubuh pun perlu diperhatikan saat berkomunikasi. Mungkin juga waktu saat penyampaian pun bisa salah saya lakukan. 



Dengan adanya tantangan lima belas hari ini, saya merasa makin mengerti bagaimana harusnya berkomunikasi agar menjadi lebih produktif. Sedikit demi sedikit pun mencoba mengubah apa yang seharusnya tidak dilakukan atau dikurangi. Walaupun tidak akan serta merta sempurna, sebab saya juga masih merasa gagal saat mencoba berkomunikasi dengan baik terutama jika ada sesuatu hal yang tiba-tiba bisa memancing emosi. Dan ini saya sadari bahwa manajemen emosi pun diperlukan dalam berkomunikasi. 

Begitu warna-warninya usaha komunikasi produktif saya di zona ini sehingga ini menjadi tantangan bagi saya untuk hari-hari berikutnya. Bisa dianggap lima belas hari kemarin sebagai bekal tambahan untuk saya lebih baik lagi kedepannya dalam mendapatkan komunikasi yang produktif. 🥰 



#tulisanchindis

#pantulanwarna

#aliranrasazona1 

#tantangan15hari 

#zona1komprod 

#pantaibentangpetualang 

#institutibuprofesional 

#petualangbahagia

Senin, 07 September 2020

Waktu itu Berharga


    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir hari sebelum beristirahat di malam hari, agar aku mempunyai gambaran hal apa sajakah yang akan aku kerjakan esok hari maupun beberapa hari kemudian. Jika sempat, terkadang tak perlu menunggu malam hari, saat aku sudah memiliki rencana yang hendak dilakukan, maka aku akan menuliskannya sebagai jadwal baru. 

    Bicara tentang catatan kegiatanku, aku terbiasa mengatur waktuku di buku catatan harian, terkadang juga aku salin di gawai agar mudah langsung kulihat. Aku merasa dengan mengatur rencana waktuku untuk satu hari esok, maka aku bisa memprioritaskan apa yang harus aku kerjakan. Tentu saja aku tetap mendahulukan aktifitas dirumah seperti mengurus rumah jugs keluarga. Apalagi saat ini, anak-anak sekolah menjalani program BDR atau Belajar Dari Rumah. Ini tentu saja ada mengambil waktuku untuk menemani dan mendampingi anak-anak belajar atau mengerjakan tugas sekolah. 

      Menyusun dan mengatur waktu agar lebih efektif dan efisien ini juga butuh komitmen dan konsistensi dalam menjalankan. Aku tahu bahwa masih ada orang yang menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting, sehingga mereka tidak sadar ada banyak hal yang seharusnya memberikan manfaat bagi mereka. Padahal sebenarnya mengelola waktu dengan baik pada akhirnya juga dapat mengelola hidup kita menjadi baik. Kita diharapkan memiliki prioritas yang tepat, sehingga kemudian akan terbentuk manajemen waktu yang tepat untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas. 

    Menurutku, mengatur waktu ini tidaklah terlalu sulit, asalkan kita memang punya tujuan ingin lebih baik dalam memanfaatkan waktu yang sangat berharga ini. Mulai saja dari hal sederhana namun berkesinambungan setiap harinya. Dalam mengatur waktu, menurutku hal-hal perlu diperhatikan ialah:

1. Membuat daftar aktifitas atau kegiatan yang utama, yaitu yang diprioritaskan, dan juga yang tambahan.

2. Memilah aktifitas atau kegiatan kita sesuai dengan waktu pelaksanaanya.

3. Menghitung dan mencatat kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas atau kegiatan tersebut.

4. Jika ada aktifitas atau kegiatan yang sudah direncanakan namun tidak terlaksana, ini bisa dialihkan ke aktifitas atau kegiatan lain yang sekiranya tidak mengganggu waktu lain yang sudah diatur.

5. Membuat rencana tambahan lain seandainya ada jadwal pada saat itu yang tidak terealisasi.

6. Usahakan dan biasakan tidak menunda apa yang sudah dijadwalkan.

7. Jika ada suatu rencana kegiatan untuk dua atau tiga hari, bahkan seminggu kedepan, dapat langsung diatur waktunya dan dicatat agar kita bisa mengingatnya.

8. Jika kita mempunyai suatu kegiatan yang membutuhkan waktu panjang atau beberapa hari, mungkin kita bisa membagi kegiatan tersebut dari segi kapasitas dan waktu pengerjaannya agar di rentang waktu yang dijadwalkan tersebut kita bisa selesaikan dengan baik.

9. Jangan stress atau panik jika ada rencana kegiatan kita tidak berjalan lancar seperti yang sudah kita atur, tetap lakukan dengan memprioritaskan mana yang lebih penting terlebih dahulu. Tidak perlu khawatir untuk menolak jika dirasa tidak mampu dalam mengerjakan. 

   Mungkin masih ada lagi hal-hal selain poin-poin diatas, yang mendukung cara kita memanfaatkan waktu dengan baik. Masing-masing orang tentunya punya cara dan keunikan sendiri dalam mengatur waktunya agar seluruh aktifitas atau kegiatannya dapat terlaksana sesuai jadwal dengan baik dan lancar. Karena dalam mengatur waktu ini juga butuh perhitungan, apakah kita mampu mengerjakan, mampu menyelesaikan dengan tepat dan cepat, dan tetap merasa bahagia dalam menjalankannya. 

    Namun kembali ke tujuan awal bahwa mengatur waktu ini jelas penting adanya, agar waktu yang berharga ini tidak hilang begitu saja tanpa sesuatu yang dapat dikerjakan dan akhirnya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. 



#tulisanchindis 
#tantangan3day1 
#buddyforbuddy 
#temamanajemenwaktu 
#rumbelmenulisipsamkabar 
#komunitasipsamkabar  


*Dimuat juga FBG khusus Rumbel Menulis IP Samkabar


Jumat, 28 Agustus 2020

Air yang Singgah Seminggu

Saat itu lebaran hari ketiga, dimana kami memutuskan untuk berangkat ke kota Balikpapan, karena anak-anak sekolah masih libur dan suami yang berdinas di kota itu sudah harus masuk kerja di hari Senin. Rumah sudah kami rapikan, termasuk menaikkan ke tempat lebih tinggi untuk beberapa barang yang posisinya dilantai, karena rencana akan ditinggal seminggu dan khawatir jika hujan deras akan ada air dari luar yang mampir. Namun biasanya air masuk paling tinggi hanya sebetis.
Sabtu sorenya saat sudah di Balikpapan, kami dengar kabar di Samarinda hujan deras dan beberapa wilayah banjir, termasuk rumah kami. Informasi itu juga kami dapat dari tetangga kos-kosan depan rumah. Kami pikir itu hanya banjir seperti biasa, air masuk juga mungkin cepat surut dan tinggal kemudian akan kami bersihkan seperti biasa. Sebenarnya saat sebelum hari lebaran, Samarinda dan juga daerah bagian utara hujan deras, bahkan saat lebaran pun ada yang diberitakan bahwa beberapa rumah telah menggenang air. Berita akses jalan ke bandara Samarinda pun beredar, sehingga banyak penumpang pun gagal berangkat.
Rumah kami biasanya jika hujan sangat deras, memang terkadang masuk air dari belakang dan itu hanya sebatas mata kaki, paling tinggi sebetis dan air masih berwarna putih walau agak keruh. Namun ternyata, di hari minggu siang aku menerima kabar dari adik yang ada di Samarinda bahwa air banjir naik sampai ke lutut dan warna air sudah coklat. Menuju malam hari air semakin naik dan mencapai batas paha di hari Senin pagi. Akhirnya adikku terpaksa mengungsi ke penginapan sebab dirumah mati lampu dan ada bayi dan batita. Dirumah pun kondisi berantakan karena tumpukan barang-barang yang sempat dibawa naik ke lantai 2.
Banjir besar itu berlangsung sekitar 6 hari, dan sekitar hari ke-7 baru benar-benar surut. Hari sabtu pun aku pulang ke Samarinda, dan kondisi rumah sangat berantakan. Lumpur dimana-mana, pot berhamburan, dan kondisi didalam rumah pun seperti 'kapal pecah'. Meja makan besar bergeser, kursi terbalik, kaca lemari pecah, dan ada beberapa box berisi baju dan perkakas basah kemasukan air lumpur. Waktu masuk ke dalam rumah, kami sekeluarga pastinya sedih, tapi kemudian kami tertawa menghilangkan rasa pusing melihat keadaan rumah, sambil berbincang ini mulai darimana membersihkannya karena semua lumpur rata masuk ke seluruh bagian rumah.
Akhirnya kami mulai membersihkan keesokkan harinya, seingat saya hari Minggu pagi sewaktu air benar-benar surut di parit. Kami bagi tugas agar cepat selesai. Tidak mudah membersihkan bekas banjir, karena harus mengeluarkan dahulu barang-barang, lalu mulai membersihkan. Kasur tempat tidur mama pun jadi korban. Buku-buku almarhum bapak separuh lemari pun basah. Baju-baju anakku yang ada di bagian bawah seluruhnya kemasukkan air banjir. Sungguh ini bukan hanya badan yang lelah tapi juga pikiran. Namun dan keluarga berusaha tenang dan pelan-pelan membersihkan, bersyukur saja kepada Allah agar semua bisa kembali sediakala.
Keesokkan harinya kami sempat dibantu oleh mahasiswa dari universitas tempat bapak dulu mengajar. Mereka mengadakan bakti sosial dan menyempatkan kerumah kami atas arahan seorang dekan yang dulunya adalah mahasiswa bapakku. Mereka membantu mengangkut begitu banyaknya sampah, dua kasur mama, kulkas lama yang sudah hancur, kemudian sekalian buku-buku bapak yang basah dan yang masih bisa digunakan. Memang sudah lama aku mau memilah buku-buku bapak untuk diberikan ke perpustakaan universitas. Bahkan ada seorang mahasiswa yang sempat meminta Al Quran terjemahan bapakku, dan karena aku memang tidak menggunakannya karena memiliki sendiri, jadi aku berikan dan begitu senangnya mahasiswa itu sebab terjemahan itu memang yang dia pernah cari, entah mungkin dari versi atau penerjemahnya.
Banjir besar ini dulu pernah terjadi 10 tahun yang lalu. Aku juga tidak mengerti kenapa sampai separah itu. Ya, memang kekuasaan Allah yang memberikan musibah tersebut. Namun sebagai manusia, mungkin kita ada salah dalam mengelola lingkungan, sehingga saat hujan deras dan lama, air tidak ada penyerapan karena sudah mulai banyak gedung, penebangan tanpa reboisasi, maupun tambang-tambang. Belum lagi dengan banyaknya sampah yang ada didalam parit, got dan sungai. Banjir ini kemarin terjadi lagi di bulan Januari dan Mei. Harapanku kedepannya, ada solusi untuk masalah banjir, bukan hanya dari pemerintah, tapi kita sebagai pribadi pun mencoba mulai dari hal kecil ❤


Bermental Kaya?

Suatu ketika aku menemukan sebuah gambar yang kata-katanya bertulisan ciri-ciri orang bermental kaya. Sepertinya ini hanya beberapa ciri yang berkaitan dengan dunia jual beli atau dalam hal berdagang. Sebab disini dikatakan bahwa ciri-cirinya ialah yang pertama, tidak menawar (apalagi ke teman). Lalu kedua, tidak meminta 'free' ongkos kirim. Dan yang ketiga, tidak minta transfer bank yang sama. Ya, ini adalah tentang mental kaya seorang pembeli 😊.
Ketiga hal ini sebenarnya kerap terjadi saat jika melakukan perdagangan, baik secara 'online' maupun 'offline'. Secara tidak langsung cukup membuatku tersenyum saat pertama kali membaca dan itu benar adanya aku sering temui. Dan tidak aku pungkiri, aku pun pernah melakukan salah satu hal tersebut 😊. Ya menurutku, sebagai manusia dan sebagai pembeli rasanya wajar saya jika meminta atau melakukan hal tersebut, karena tentunya kita pun ingin mendapatkan sesuatu dengan mengeluarkan dana seminimal mungkin.
Jika coba melihat satu persatu isi yang dimaksud, seperti tidak menawar harga suatu barang (apalagi ke teman), kadangkala kita tidak bermaksud jahat, sebab tawar menawar ialah suatu hal yang lumrah dalam berdagang agar mendapatkan harga yang cocok. Menurutku sah-sah saja, selagi tawaran itu wajar. Hanya saja, jika jelas sudah tertera harga dituliskan dan diinfokan, mungkin seharusnya kita paham bahwa itulah harga barang tersebut. Kecuali di awal ada pemberitahuan bahwa harga tersebut bisa dinegosiasikan atau boleh ditawar. Tambahan kata 'apalagi ke teman' sepertinya karena banyak kejadian demikian, yang mana kita tidak tahu betapa sulitnya teman kita berusaha mendagangkan barangnya, dan bisa jadi juga keuntungannya kecil sekali. Hubungan pertemanan pun kadang bisa jadi kurang baik, sebab ada rasa tidak enak jika tidak memenuhi.
Untuk masalah 'free' atau gratis ongkos kirim ini juga paling dicari dan ditunggu oleh para pembeli. Sebab, ini akan menghemat pengeluaran ongkos kirim yang besarnya tergantung jarak dan berat barangnya. Saat ini malah 'marketplace' banyak yang menawarkan subsisi ongkos kirim sampai ke gratis ongkos kirim. Ya menurutku, mungkin kalau melalui 'marketplace' kita boleh saja mengejar hal itu, tapi jika bukan melalui aplikasi jual barang itu, mungkin sebaiknya kita sebagai pembeli tetap menanyakan besaran ongkos kirim dan menanggungnya sesuai dengan perhitungan berat dan jarak.
Yang ketiga yaitu tidak meminta transfer bank yang sama ☺. Jujur saja dulu aku pernah bertanya kepada salah satu penjual apakah dia mempunyai rekening bank yang sama denganku 🤭. Sebenarnya penjual berhak menggunakan bank apapun untuk memudahkannya menerima transferan maupun sebaliknya. Dan sekarang aku hampir tidak pernah tanya rekening bank yang sama dengan yang kumiliki jika aku akan bertransaksi, dan aku anggap biaya transfer bank ini sebagai biaya aku menggunakan jasa bank.
Nominal yang dikenakan bank sebagai biaya transfer antar bank biasanya tidak lebih dari 10 ribu, namun memang beberapa orang merasa keberatan. Namun akhir-akhir ini ada aplikasi yang cukup memudahkan orang-orang melakukan transfer bank ke rekening orang lain yang berbeda bank, dan tidak ada dikenakan biaya transfer. Jadi, menurutku ya ini pilihan masing-masing, jika mau repot bisa mengunduh aplikasi tersebut dan harus mau menunggu antrian transferan kita diproses, tapi jika mau yang mudah maka ikhlaslah dalam menanggung biaya transfer ☺.
Jadi dari ketiga ciri-ciri yang dituliskan tersebut ialah kembali kepada diri kita sendiri. Karena mungkin maksud dari 'bermental kaya' (dalam berdagang) disini ialah bahwa kita diharapkan selalu memelihara rasa optimis di dalam diri bahwa kita bisa memperoleh sesuatu tanpa harus menyusahkan orang lain (dalam hal ini penjual). Dan menurutku memang 'mindset' seperti ini yang perlu selalu kita ingat dan terapkan (sebisa mungkin) ❤
*referensi: google, foto google fb

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...