Selasa, 04 Januari 2022

Bunches of Gratefullness: 2021 Flashback (2)

 

*continue from part 1...


Mei

Hari Raya Idulfitri pun tiba. Pandemi yang masih berlangsung pun membuat kami tetap harus waspada, meskipun sudah bisa mengikuti sholat Ied terbatas di masjid. Namun untuk saling mengunjungi, kami masih sangat membatasi, dan kami menjaga kenyamanan orang lain. Media whatsapp dan juga media sosial lainnya menjadi cara lain bagiku mengucapkan selamat hari raya kepada teman-teman dan keluarga lainnya.

Selain itu, di bulan Mei ini anak sulungku pun akhirnya mengikuti wisuda SD secara online. Zaman sekarang, lulus SD pun ada ceremony-nya, berbeda seperti zaman dahulu yang hanya melakukan pentas seni dan penyerahan ijazah. 

Walaupun mungkin hasilnya ujian si sulung tak sebaik teman-temannya yang menduduki peringkat atas, tetapi aku sudah cukup bersyukur anak sulungku mau berusaha dengan baik untuk belajar dan mengikuti ujian akhir sekolah dengan baik. Karena bagaimanapun nilai yang diperoleh adalah dari hasil kerja keras. Jika baginya mungkin saat ini hasil yang diperoleh kurang memuaskan, well, berusaha menambah semangat lagi untuk lebih baik kedepannya, di bangku SMP nanti.

Mei is also a lovely month for me. Lama tak pernah mendapatkan surprise di hari kelahiran, kali ini dua sahabatku datang mengunjungiku. Apalagi sudah sangat lama aku tak berjumpa muka dengan mereka berdua. Selain segala berkah dari Allah dan dari keluargaku, mereka juga hadiah yang membahagiakan untukku. 

Hari ulang tahun adalah momen dimana aku harus mengintropeksi diri dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya dengan bahagia. Kalau bukan diri sendiri yang menghargai adanya diri ini, lalu siapa lagi. 


Juni

Libur kenaikan kelas tiba, setelah melalui ujian akhir semester untuk anak tengahku. Sementara untuk si sulung akhirnya menerima ijazah, rapor dan sertifikat nilai kelulusan SD.

Di sela-sela itu, anak tengahku pun akhirnya memutuskan mau untuk dikhitan, dan aku pun menyetujuinya. Salah satu rumah sunat pun menjadi pilihanku untuk melaksanakan khitan. Tak ada pesta besar atau perayaan khitan, hanya ucap syukur saja dan sebentuk kado kecil untuknya. 

Bulan Juni ini, Ibu Profesional regional Samkabar tempatku berkomunitas pun mengadakan selebrasi dan apresiasi kepada para mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan matrikulasi, Bunda Sayang dan Bunda Produktif. Saat acara itu aku berkesempatan memberikan sedikit aliran rasa selama menjalani perkuliahan di Bunda Sayang tentang pengalaman dan hal yang diperoleh.

Bertemu dengan teman-teman lama sesama pemain basket juga tak dilewatkan. Setelah sekian lama juga tak berkumpul bersama karena kesibukan masing-masing, walau sebentar, paling tidak bisa saling bercerita dan bernostalgia. 


Juli

Awal bulan Juli, anak bungsuku genap berusia 6 tahun, dan dia sudah siap untuk masuk sekolah di bangku SD. Meskipun sekolah masih dilaksanakan secara online, ini tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar.

Selama liburan sekolah, hanya kami isi dengan kegiatan di rumah saja, tidak pergi kemana-mana karena masih dalam kekhawatiran pandemi. 

Menuju ke tahun ajaran baru, bukan cuma anak-anak yang harus siap, aku pun harus siap membersamai anak-anak untuk belajar jarak jauh dengan guru sekolah mereka. Membagi waktu untuk pekerjaan rumah dan juga urusan sekolah anak-anak, mulai mendampingi saat adanya video meeting juga saat pengerjaan tugas-tugas.

Anak sulung masuk SMP, anak bungsu masuk SD, sementara anak tengah naik kelas berikutnya. Mereka bertiga masih tetap mengikuti PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di rumah, namun aku tetap berusaha menerapkan disiplin dalam mengikuti pelajaran yang diberikan sekolah termasuk dalam pengumpulan tugas yang diberikan.

Tak cuma kesenangan saja dirasakan, tepat setelah hari raya Idul Adha, aku harus menerima kenyataan bahwa suami terpapar virus Covid-19. Tidak ada gejala, tidak ada tanda-tanda apapun, protokol kesehatan pun selama pandemi selalu dijalankan, namun ternyata ada titik lengah yang tidak disadari telah membuat virus itu berinkubasi dengan mudahnya di tubuh suamiku.

Hasil test rapid dan PCR positif membuat awal-awal hari terpapar menjadi tak enak. Panik dan rasa khawatir selalu mendera. Apalagi saat harus berpisah tempat agar terjaga keamanan dan kenyamanan bersama.


Agustus

Suami masih berada di shelter khusus orang-orang yang terpapar virus Covid-19. Lebih kurang 14 hari berada di sebuah hotel yang memang ditunjuk oleh kantornya. Ini demi kebaikan bersama, sehingga aku berdiskusi dan memutuskan suami harus berpisah sementara waktu sampai sembuh.

Jika LDR sudah biasa, namun kali ini dalam posisi sedang menderita sakit yang viral, sangatlah berat. Tidak hanya badan yang terasa sakit, namun pikiran sempat didera perasaan sangkal. Tapi mungkin ini cara Allah untuk mencintai kami, memberi cobaan agar semakin dekat dan mengingat-Nya. Mungkin juga karena Allah ingin keimanan dan rasa syukur lebih ditingkatkan lagi.

Alhamdulillah aku dan anak-anak dalam kondisi yang sehat. Aku pun bisa mengikuti vaksin kedua dengan baik, setelah sebelumnya di bulan Juli mendapatkan vaksin Covid-19 yang pertama.

Sebagai penyemangat baru, di bulan Agustus ini aku menerima info bahwa buku antologiku berjudul Romansa yang ditulis bersama teman-teman di Rumbel Menulis IP Samkabar sudah naik cetak. Ini adalah karya tulisan pertamaku yang menjadi sebuah buku. Begitu pula dengan naskah tulisanku pada buku antologi berjudul My Wedding dalam event menulis dengan salah satu penyelenggara yang kutemui di Instagram. 

Walaupun masih berupa buku antologi bersama teman-teman penulis lainnya, aku yakin kedepannya akan ada jalan untukku menulis buku solo, antologi maupun single subject. Semua bermula dari hal kecil, untuk menjadi suatu hal besar yang membahagiakan, menyenangkan dan bermanfaat.


*to be continue...


#KLIP22

#Januarike4

#part2from3






Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...