Selasa, 23 Februari 2021

Kelahiran Seorang Anak, Bahagianya Orangtua

Jika menuliskan tentang cerita saat aku dilahirkan, tentunya sedikit agak sulit, karena disini akulah si objek, yang dilahirkan oleh mama di Rumah Sakit Bhayangkara, kota Surabaya, hari Sabtu siang. Kalau tidak salah saat itu sedang ada Festival Film Indonesia berlangsung menurut mama dan papiku. Dan akupun sempat hampir diberi nama Fifi ☺ oleh orangtuaku karena acara itu. Hmm, aku membayangkan, jika aku bernama Fifi saat ini, apakah keadaannya akan sama dengan saat ini 😄.

Sepertinya waktu mama mengandungku, dari cerita yang kudengar, tidak ada terlalu aneh-aneh mengidam. Yang kuingat kisahnya bahwa acara ngidam-mengidam itu malah dialami oleh papiku sendiri, seperti yang kebanyakan ibu hamil mengalami yaitu terus-terusan ingin makan rujak. Tak bisa kubayangkan saat itu bagaimana kejadiannya. Dan yang lebih buat saya geli mendengar cerita mama adalah saat akan melahirkanku, papi pun ikut mengalami sakit perut. Yaa... yang jelas tentunya tidak seperti sakit perut layaknya sakit karena kontraksi mau melahirkan. Bisa jadi karena faktor psikologis, yang panik dan stress memikirkan sang istri akan berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan anak pertama mereka.

Seru juga mendengar cerita orangtuaku tentang kelahiran diriku di tengah-tengah mereka, walaupun tak banyak yang diingat. Tentunya saat ini aku bersyukur telah dilahirkan dengan sehat, lengkap dan berada bersama orangtua dan omaku saat itu. Papiku berasal dari Bumiayu, Tegal, Jawa Tengah. Sementara mamaku berasal dari Manado, Sulawesi Utara, namun lahir di Cimahi, Jawa Barat. Orangtuaku bertemu di Surabaya, dimana saat itu keluarga mama sudah tinggal di kompleks Angkatan Laut, Tanjung Perak, Surabaya, karena opa dan omaku adalah bagian dari pekerja di Angkatan Laut. Sementara papiku, merantau dan lalu bekerja di Surabaya. Takdir Allah mempertemukan mereka dalam satu perusahaan, lalu akhirnya menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan. So sweet, ya 🥰.

Kembali tentang kelahiranku, sepertinya semua berjalan lancar atas karunia dan berkah dari Allah. Ya, kecuali itu tadi, hal yang mungkin tidak banyak dialami para suami, papiku mengalami sakit perut sampai saat aku keluar dari perut mama. Mungkin jika saat itu aku bisa bicara, aku akan bilang itu akibat kebanyakan makan rujak 😄. Kocak sekali, ya. Padahal sepertinya itu bagian dari anugerah dari Allah, agar papiku pun merasakan walau sedikit bagaimana sakitnya mengeluarkan seorang anak yang berbulan-bulan dibawa kesana kemari. Kalau yang pernah tahu papiku, pasti tidak menyangka seorang dengan watak tegas bisa meringis menahan rasa sakit perutnya. Tapi begitulah beliau, perasaannya juga bisa lemah lembut. Setidaknya itu yang kurasakan juga setelah aku tumbuh besar.

Sekarang aku sudah menikah dan sudah tiga kali melalui proses melahirkan anak-anakku yang ceritanya pun berbeda-beda. Ada yang harus menginap di rumah sakit beberapa hari menunggu saat kelahiran, karena sudah mengalami flek dan kami takut jika ada apa-apa. Lalu ada yang harus dilahirkan segera sesaat setelah periksa ke dokter kandungan karena sudah telat dua minggu dari tanggal perkiraan dan air ketuban yang tipis sebab stress baru ditinggal papi berpulang kepada-Nya. Dan yang ketiga, harus menunggu dan berteman dengan rasa sakitnya kontraksi selama 8 jam seakan si bayi menunggu ayahnya tiba di Samarinda dari Batukajang, yang benar adanya bahwa si anak ketiga ini baru mau dilahirkan sesaat setelah ayahnya berada disampingku. Menurut adikku, suamiku saat dihubungi selalu berkata untuk tunggu dia tiba di rumah sakit, dan dia pun bercerita saat menyetir 8 jam diperjalanan pun dia berkata dalam hati agar kami menunggunya. Setelahnya, aku cuma bisa bilang Alhamdulillah dan sungguh keterlaluan 😄.

Kesamaan mama dan aku adalah tidak mengalami apa yang namanya mengidam aneh-aneh atau sampai harus terpenuhi. Aku belajar untuk tidak tersugesti dan lemah terhadap rasa ingin yang berlebihan saat hamil. Dan benar, bagiku, jika yang kuinginkan tak ada, tak pernah memaksa tetapi aku akan menggantinya dengan yang lain dan lebih mudah didapat ☺. Apakah ini artinya tetap mengidam? 🤭 Entahlah, yang jelas aku tak mau menyusahkan saja.

Masing-masing orang punya ceritanya sendiri, tak akan sama. Bersyukurlah bahwa kita telah dilahirkan ke dunia ini, oleh orangtua kita yang menanti dengan bahagianya. Karena mungkin ada sebagian lain, yang tidak seberuntung kita. Aku cuma tahu sedikit tentang saat dilahirkan, melalui cerita dikala senggang, sebab kenangan itu hanya dimiliki dan dirasakan orangtua secara lengkap. Dan kini, aku dan suami memiliki sendiri cerita kelahiran anak-anakku yang nantinya akan kuceritakan pula pada mereka, meskipun tetap, yang paling lengkap dengan perasaan saat itu, cuma kami yang tahu dan alami ❤.


pic: canva


#chindismenulis
#belajarmenulis
#KLIP2021
#Februarike23
#tantanganharike1
#temadiriku
#ceritakelahiran
#rumbelmenulisipsamkabar
#komunitasipsamkabar

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...