Senin, 22 Februari 2021

Berhenti Di Kamu

Ada sebuah film yang baru saja saya tonton hari ini. Film ini ternyata baru rilis ditayangkan ditanggal 12 Februari 2021. Pemainnya sudah pasti banyak yang kenal, seperti tokoh utamanya yaitu pasangan suami istri Roger Danuarta yang berperan sebagai dokter Gia Pratama, lalu istrinya Cut Meyriska sebagai Fira, dan Salshabilla Adriani sebagai Elsa. Film ini juga didukung pemain lainnya seperti Roy Marten, Wanda Hamidah, Unang, Dominique Sanda, Joshua Pandelaki dan Claudy Putri. Mungkin sudah bisa menebak apa judul filmnya, ya? Betul sekali, film ini berjudul Berhenti Di Kamu, sama persis dengan judul Novel terlaris yang ditulis oleh dr. Gia Pratama.

Diawal film, saya berpikir ini mungkin seperti film percintaan pada umumnya, karena terus terang saya belum baca novelnya, hanya sekilas pernah melihat buku tersebut entah dimana (sepertinya saya jadi ingin membaca novelnya). Sutradara Indra Gunawan disini ternyata mengemas film ini dengan begitu santai, setiap adegan terasa mengalir. Ada selipan adegan lawak sampai adegan yang bisa bikin kita semua baper alias terbawa perasaan, antara senang, sedih dan haru.

Singkat kata saja, di film ini berkisah seorang dokter muda, Gia Pratama, yang berangkat umroh dan bertemu seorang gadis yang menarik perhatiannya, bernama Elsa. Mereka bertemu dan bertegur sapa pertama kalinya di Jabal Rahmah, dan itu memberikan kesan mendalam bagi Gia, seolah ini adalah jawaban dari doanya selama ini. Sempat bertukar nomor ponsel dan akhirnya selang beberapa waktu kemudian sejak pulang dari umroh, mereka pun bertemu kembali dan menjalin hubungan cinta.

Gia serius akan hubungannya dengan Elsa, karena merasa memiliki beberapa kesamaan kesukaan. Akhirnya diajaklah Elsa berlibur ke Eropa, dengan sebuah rencana akan melamar Elsa. Namun ternyata, Gia harus menerima kekecewaan sesaat sebelum menyatakan lamaran, dimana Elsa berterus terang tak bisa menerima Gia sebab ia menjalin hubungan kembali dengan mantan kekasihnya. Dengan perasaan hancur, Gia pun kembali ke hotel dan dilorong kamar hotelnya, dia bertemu seseorang laki-laki bernama bapak Herman, yang sedang menahan sakit bisul. Gia pun menolong bapak tersebut.

Tak disangka, Allah Maha Besar, ternyata ayah Gia berteman dengan bapak Herman, dan mereka ingin mengenalkan seorang gadis, keponakan bapak Herman, kepada Gia yang nampak murung semenjak pulang dari Eropa. Awalnya Gia tidak bersemangat, namun sebuah kejadian menolong seseorang melahirkan anak, membuat Gia berpikir bahwa dia tidak bisa tenggelam dalam kehancuran hatinya. Gia merasa saatnya ia harus memulai sesuatu, walaupun tertatih. Akhirnya Gia menyetujui saran ayahnya untuk berangkat ke Surabaya menemui gadis yang akan dikenalkan, Fira namanya.

Ada sebuah kalimat dari ayah Gia yang sangat menyentuh hati, yaitu Jodoh itu ditangan Allah, tapi Allah juga mau, jodoh yang telah ditetapkan itu untuk dicari dan dipilih. Karena yang berharga bukan menunggu, tapi yang berharga adalah usaha. Bukan soal penantian, tetapi lebih soal pengorbanan dan perjuanganmu untuk mendapatkannya. Semakin besar usahamu, semakin baik jodoh dan pasanganmu.

Allah adalah penulis skenario yang terbaik. Gia pun bertemu dengan Fira. Fira dengan logat jawanya, penampilan yang sederhana, membuat Gia merasa senang untuk berbagi cerita. Walaupun Fira tidak memiliki kesukaan yang sama dengan Gia yang suka nonton film Game of Thrones atau fans klub Liga Inggris, namun tutur kata Fira seperti mampu menenangkan Gia. Fira sebenarnya sama dengan Gia, ia batal menikah dengan seorang dokter dari Jakarta, sementara Gia ditolak lamarannya.

Sepulangnya Gia dari Surabaya, hari demi hari antara Gia dan Fira dilewati dengan komunikasi jarak jauh. Mereka seperti hendak mencari cinta yang sesungguhnya, jodoh yang sebenarnya, dan bagaimana bangkit dan membangun kembali perasaan masing-masing yang sedang hancur. Fira yang trauma akan hubungannya dengan dokter sebelumnya, akhirnya pun mengunjungi Gia ke Jakarta setelah mendapat wejangan dari Ibundanya. Tak disangka, ternyata Fira telah mengenal adik Gia sebelumnya diacara kampusnya, yang disuatu waktu saat menjemput adiknya, sebenarnya Gia pernah melihat Fira.

Film ini sekali lagi menunjukkan bahwa, terkadang jodoh kita sudah ada di depan mata, namun seringkali kita tak sadar akan tanda-tanda itu. Kita malah akan berada dalam sebuah cerita lain dahulu, untuk kemudian berakhir dengan orang yang sebenarnya sudah pernah kita jumpai. Terus terang ini seakan seperti flashback akan pengalaman saya sendiri ☺, bagaimana Allah memang Maha Pengasih dan Pembuat Rencana yang Terbaik. Seperti halnya kisah Gia dan Fira disini yang bersyukur pernah gagal menikah dan ditolak, pernah mengalami kehancuran, namun akhirnya mendapati awal sebuah keindahan cinta dengan bersatu dipernikahan atas kuasa Allah. Masya Allah, ya.

Oya, ditengah jalan cerita film, ada sebuah kejadian dimana seorang suami dari pasien stroke yang pasrah karena keadaan ekonomi, harus mengorbankan istrinya dilepas ventilatornya, untuk memilih masa depan anak-anak mereka, dan ini membuat Gia sadar akan sebuah keikhlasan, dan itu pun menyentuh hati Fira saat Gia menyampaikan kejadian tersebut. Gia dan Fira pun akhirnya bertemu, bersilahturahmi dengan keluarga tersebut (yang mana sang istri, pasien Gia itu, akhirnya sembuh sediakala). Sebuah wejangan diberikan oleh suami si mantan pasien Gia, dan ini bagi saya juga menyentuh sekali.

Yang namanya menikah itu mudah, yang berat itu berkeluarga. Karena pengorbanan dalam berkeluarga itu cuma bisa diakhiri dengan kematian. Dan yang terberat dalam berkeluarga, kita tidak bisa menjadi diri kita sendiri lagi. Semua pengorbanan nantinya untuk anak kita. Pengorbanan adalah sebuah ibadah.

Cerita pada film ini happy ending dan membuat saya senyum sendiri. Tak bisa dipungkiri, menonton film percintaan dengan akhir bahagia itu menyenangkan. Tentunya banyak hikmah yang dapat dipetik dari film ini, setidaknya bagi saya, yang mempunyai cerita cinta sedikit mirip dengan kisah film ini ☺. Sekali lagi, percayalah Allah akan memberikan yang terbaik buat kita. Selamat menonton, ya.

google picture


#reviewfilmchindis
#maribicaracinta
#chindismenulis
#belajarmenulis
#tulisansantai
#KLIP
#KLIP2021
#Februarike21


Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...