Sabtu, 25 September 2021

Alasan (Masih) Memilih PTM Online

 


Sejak tanggal 20 September kemarin, pemerintah kota kami memberikan izin untuk beberapa sekolah yang termasuk Sekolah Tanggap Covid (STC), untuk boleh mengadakan Pertemuan Tatap Muka yang disingkat PTM terbatas atau offline di sekolah. Beberapa sekolah tersebut sepertinya memang sudah melalui verifikasi dari satuan tugas dan melewati syarat dan kualifikasi yang ditentukan.


Sekitar seminggu sebelum akan diadakannya PTM secara offline, kami para orang tua murid diminta untuk memberikan surat pernyataan di atas materai jika mengizinkan anak kami mengikuti pembelajaran secara offline atau pertemuan tatap muka di sekolah. Tentu saja disini sekolah meminta para orang tua murid untuk juga bersedia mematuhi prosedur dan protokol kesehatan anak saat mulai berangkat dari rumah sampai nanti tiba di rumah kembali setelah bersekolah.


Sekolah juga memberikan video simulasi tentang bagaimana nantinya prosedur kesehatan yang akan diterapkan kepada siswa sejak mulai datang masuk ke sekolah, saat kegiatan pembelajaran sampai siswa selesai belajar dan bersiap kembali ke rumah.


Persiapan PTM di Sekolah


Anak-anak yang mengikuti PTM di sekolah akan diminta untuk membawa perlengkapan prosedur kesehatan seperti mengenakan masker, face shield, membawa hand sanitizer, juga boleh dilengkapi dengan tisu basah dan tisu kering. 


Saat di sekolah, para guru akan membantu para siswa mulai dari kedatangan dengan menyemprotkan cairan desinfektan, lalu mengukur suhu badan, mencuci tangan dan menjaga jarak di antara masing-masing siswa saat berada di dalam maupun luar kelas. 


Selain itu orang tua diminta untuk memastikan siswa saat datang ke sekolah langsung dari rumah menuju ke sekolah dan diantar dengan anggota keluarga dalam satu rumah. Begitu pula saat pulang sekolah, diminta untuk menjemput tepat waktu dan langsung menuju rumah.


Untuk teknis belajarnya pun disesuaikan. Di sekolah anak kami, karena sifatnya terbatas, sehingga jadwal pun hanya diberikan dua kali dalam seminggu dan dibagi menjadi dua shift jika jumlah yang mengikuti PTM lebih dari 10 orang. Waktu pembelajaran pun hanya berkisar dua jam. Waktu yang sangat singkat dari yang seharusnya jika tak ada pandemi mendera. Selebihnya, pembelajaran pada tiga hari lainnya masih tetap dilakukan secara online.


Bagaimana dengan anak yang tidak mengikuti PTM di sekolah? 


Alhamdulillah, kebijakan dari sekolah anak kami bahwa siswa yang memilih untuk PTM di rumah atau secara online atau secara virtual alias masih memilih PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), tetap akan diberikan pembelajaran dan materi yang sama. Para guru akan membuka jalur Google Meet atau video calling (panggilan video) agar siswa di rumah tetap bisa mengikuti bersama-sama dengan siswa di dalam kelas. 


Siswa yang mengikuti PTM dari rumah tetap belajar seperti biasa seperti teman-temannya yang di sekolah. Jika ada lembar tugas yang harus dikerjakan, maka guru akan mengirimkannya melalui aplikasi pesan Whatsapp atau Google Classroom. Tetap ada interaksi antara guru dan siswa di rumah, sehingga tidak ada pembedaan kecuali tidak bertemu secara fisik saja.


Alasan (Masih) Memilih Belajar Online


Dari keseluruhan siswa di kelas anak-anak kami, sepertinya persentase siswa yang diizinkan orang tuanya untuk mengikuti PTM di sekolah lebih banyak dibandingkan yang masih memilih untuk tetap belajar online. Termasuk kami, yang setelah berdiskusi dan merujuk pada situasi dan kondisi yang masih belum dapat dikatakan aman dan nyaman, belum memberikan izin dan melepaskan anak untuk mengikuti kegiatan belajar dan mengajar secara offline, 


Kami sebagai orang tua dari dua anak SD dan satu anak SMP memahami bahwa pada dasarnya anak-anak merindukan kebersamaan untuk belajar bersama dengan guru dan teman-teman mereka dalam ruang kelas dan suasana sekolah pada umumnya. Terutama sekali pada anak kami yang baru saja menginjak kelas 1. Namun, kami berusaha memberikan pengertian dan penjelasan mengenai apa yang menjadi pilihan dan keputusan kami.


Saat ini, kami memang masih belum bisa melepas anak-anak berada pada waktu sebanyak empat jam dalam dua hari di luar rumah tanpa kami. Rasanya kami masih belum siap. Setidaknya kami menunggu dahulu situasi dan kondisi menjadi lebih kondusif dan kami merasa siap. Jika memungkinkan, kami juga menunggu kelengkapan vaksinasi untuk ketiga anak kami.


Konsekuensi dan Kesiapan


Menurut kami, sejauh ini anak-anak masih bisa mengikuti pembelajaran secara online. Para guru tetap memberikan materi, tugas  dan mengadakan sesi pertemuan online. Jika ada yang tidak dimengerti, siswa juga dapat menghubungi guru untuk berkonsultasi. 


Tentu saja sebagai konsekuensi dari memilih untuk sementara tidak mengikuti PTM di sekolah, artinya kami harus siap sedia dan selalu membersamai juga mendampingi anak-anak dalam mengikuti pembelajaran secara online, meliputi cross check materi yang diberikan setiap harinya, mengontrol tugas mereka dan memastikan anak-anak bisa mengerjakan serta mengirimkannya sesuai jadwal yang diberikan. 


Mungkin agak longgar sedikit dengan anak kelas 1 SMP yang setidaknya sudah lebih bisa mandiri, dan ini pun sedikit menguntungkan kami untuk memiliki extra time bagi anak kelas 1 SD yang baru memasuki dunia belajar di sekolah formal.


Lalu dengan penggunaan gadget, menurut kami masing-masing keluarga mempunyai aturan masing-masing pula dalam menerapkan kedisiplinan dan ketegasan pada anak. Kami pun yang awalnya cukup ketat, mau tidak mau harus bisa menyesuaikan penggunaan gadget seperti handphone, tablet maupun laptop, dengan catatan dapat tetap menjaga kesehatan, tujuan dan intensitas penggunaan sesuai kebutuhan.


Apapun Pilihannya, Tetaplah Belajar


Kerjasama antara kami, anak dan guru sangatlah penting, karena ini adalah sebuah sistem yang saling berkaitan dan bersinergi. Apalagi saat sekarang ini, teknologi sangat membantu proses komunikasi dan pembelajaran online.


Orang tua masih dapat terhubung melalui komunikasi grup dengan para guru dan orang tua siswa lainnya, sehingga informasi pun tetap bisa update dan saling berdiskusi tentang kegiatan sekolah maupun pelajaran.


Apapun pilihan dari orang tua siswa, itu adalah yang terbaik bagi masing-masing siswa. Yang terpenting menurut kami, tetap selalu menjaga kesehatan bersama dan membersamai proses belajar anak apapun metode dan caranya. Support system antara orang tua, siswa dan guru yang baik Insya Allah tentunya akan bisa tetap mendapatkan hasil yang baik juga bagi siswa.


Biidznillah, semoga pandemi segera berganti dengan pulihnya keadaan menjadi lebih baik dan kesehatan selalu menjadi bagian dari kita semua. 



#KLIP2021

#Septemberke25

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...