Senin, 04 Januari 2021

Mengakrabkan Diri dengan Pembelajaran Daring (Online)

   Awal tahun 2021 di bulan Januari ini, anak-anak sekolah juga kembali mulai dengan aktivitas pembelajaran semester genap (semester dua). Pembelajaran pun masih menggunakan sistem dalam jaringan (daring) atau istilah yang lebih dikenal saat ini adalah sistem online. Sistem pembelajaran ini tentu saja akan melibatkan sebuah gadget sebagai tambahan alat belajar anak-anak dan hal ini sudah berlangsung sejak tahun 2020 saat pandemi Covid-19 melanda negeri ini.

  Beberapa sekolah telah memberikan angket perihal isu pembelajaran secara tatap muka yang direncanakan awal bulan Januari 2021 ini. Namun, rencana ini belum bisa dilaksanakan sebab situasi dan kondisi masyarakat yang terpapar virus saat ini masih banyak dan hal ini sangat riskan bagi anak-anak tentunya. Saya sendiri termasuk orang tua yang belum menyetujui adanya pembelajaran tatap muka sampai grafik angka Covid-19 benar-benar turun seminimal mungkin, atau mungkin bisa dibilang sampai keadaan benar-benar cukup baik untuk melepas anak berinteraksi dengan orang lain tanpa orangtua mengawasi. Ya, ini saya, dan setiap orangtua punya pemikiran masing-masing untuk melindungi seisi keluarga.

   Bicara mengenai dilema pembelajaran daring atau online, diawal berada dalam situasi ini tentu saja seperti menambah beban tambahan pekerjaan dirumah. Mengapa saya bilang demikian? Karena saya merasa akan menjadi fasilitator pembelajaran jarak jauh ini lebih intens. Saya harus ikut kembali membuka dan membaca buku sekolah anak-anak lalu berusaha sedikit membantu menjelaskan materi yang diberikan guru melalui video ataupun dokumen secara online, lalu mengontrol tugas-tugas yang diberikan untuk diserahkan tepat waktu. Mungkin bagi yang hanya memiliki 1 anak tidak akan terlalu berat, namun jika mempunyai lebih dari 1 anak usia sekolah, tentu saja orangtua akan mengatur kembali pembagian waktu pekerjaan di rumah.

   Selain itu, dilema pembelajaran online ini tentu saja jika tetap menyekolahkan anak dengan sistem tatap muka, saya pun masih berpikir panjang mengingat keadaan yang masih belum bisa dikatakan kondusif. Saya yakin, guru-guru pun demikian. Orangtua, anak murid, guru-guru mempunyai beban dan tanggung jawab yang sama berat, di porsinya masing-masing. Karena sudah berjalan berbulan-bulan, akhirnya pun saya sudah terbiasa dengan ritme pembelajaran daring ini. Yang terpenting adalah komunikasi intens antara anak dan guru sekolah. Meskipun tak dipungkiri, cekcok dan salah paham juga sering terjadi antara orang tua dan anak. Ya, mungkin ini terjadi di saya saja 😊. Saya tidak tahu dengan keluarga lain.

   Sejauh ini yang bisa disampaikan adalah memberikan pengertian kepada anak mengapa harus melewati sistem belajar seperti ini, dikala mereka sangat merindukan suasana sekolah, bertemu, belajar, berdiskusi dan bercengkerama bersama guru-guru dan teman-temannya. Suasana di sekolah tentu saja berbeda dengan di rumah, karena mereka sejatinya bukan murid home-schooling. Tidak perlu khawatir dengan penggunaan gadget selagi kita sebagai orang tua tetap mau mengawasi dan memberikan waktu penggunaan gadget tersebut. Mungkin ada beberapa yang tidak bisa mengkontrol, entahlah, itu menurut saya kembali ke keluarga masing-masing dalam menerapkan aturan dan kedisiplinan. Saya sendiri pun masih berusaha untuk selalu mengawasi dan mendisiplinkan.

   Pemerintah dan seluruh tenaga ahli di bidang pendidikan juga kesehatan tentunya masih bekerja keras untuk melawan pandemi ini. Jadi, mungkin yang perlu kita lakukan sekarang tetap saja belajar seperti biasa dan mematuhi protokol kesehatan yang sudah dianjurkan demi diri sendiri juga keluarga. Semoga keadaan segera membaik dan pembelajaran dengan sistem apapun juga berjalan lebih baik.





Referensi:

Pribadi dan info terkini.

Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...