Kamis, 24 Februari 2022

Jangan Julid, Nanti Hati dan Pikiran Mumet!

 




Lagi-lagi tema TTM dari KLIP penuh kejutan. Julid oh Julid. Ini sebuah kata yang kayak lagi happening atau lagi populer dikalangan para netizen di sosial media. Tak cuma di sosial media sih, di kehidupan nyata sekeliling juga ada, bahkan bisa dari orang-orang kenal sama kita. Nah lho?


Aku pun justru baru tahu kalau istilah julid ini ternyata populer sejak zaman mbak Syahrini yang penyanyi Maju Mundur Syantik itu menggunakan kata itu dalam sebuah lirik lagunya. Konon katanya, asal katanya dari bahasa Sunda, binjulid, yang maksudnya adalah iri atau dengki. Bisa aja ya, mbak Syahrini ini.


Kata julid pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) itu sendiri dipaparkan dengan arti kurang senang melihat kelebihan orang lain, seperti beruntung dan sebagainya, cemburu atau sirik.


Kalau yang namanya cemburu atau sirik, itu sudah seringkali aku mendengar, bahkan dari zaman sekolah dahulu. Satu atau dua orang pun pernah kujumpai secara tidak langsung bahwa mereka pernah tidak senang denganku. Atau ada juga kujumpai, beberapa orang yang bercerita padaku tentang orang lain. Jadinya justru semacam ghibah, Astaghfirullah…


Orang-orang yang dirinya suka julid dengan kehidupan orang lain itu menurutku banyak mendapat rugi untuk dirinya. Walaupun mungkin pengikut kejulidan-nya banyak, tapi ada dari dalam dirinya yang nantinya bakal merugi.



Hati dan Pikiran tidak Tenang


Setiap kali lihat orang bagus sedikit, baik sedikit, lebih sedikit, langsung dikomentari. Komentarnya pun bukan komentar memuji atau mendoakan, tetapi malah mengkritik, menghina, dan mencemooh, seakan yang terlihat bagus itu hanya pencitraan si orang, mengada-ada atau melebih-lebihkan.


Kalau tak puas, orang yang hobinya julid ini, bisa sambil mencari massa, mencari dan mengompori banyak orang sehingga membentuk kelompok julid masal. Kompor-mengompori ini jelas paling sering terjadi, demi mendapatkan teman-teman satu misi dan visi, yaitu julid berjamaah. Naudzubillah. 


Hal ini sih jelas karena hati mereka tidak tenang, pikiran si tukang julid kalut, karena ada sesuatu hal atau orang yang baginya tidak sesuai dengan dirinya. Jadi bawaan hati dan pikirannya, pokoknya, dialah yang paling dan maha benar.



Berujung pada Penyakit Hati


Sudah hati tidak tenang, pikiran bertambah, akhirnya semakin lama hatinya akan tumbuh penyakit yang mengerogoti hati. Iya, penyakit hati yang obatnya itu cuma ada dari dalam dirinya sendiri.


Jika melihat pada firman Allah SWT dalam Al Quran surah An-Nisa ayat 32, artinya berbunyi:


"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."


Jelas sekali Allah itu meminta kita untuk mempunyai rasa iri hati kepada orang lain. Karena Allah sudah pasti mengatur mana saja yang menjadi bagian dan hak makhluk-Nya. Tugas kita sebagai manusia, memohon doa tanpa melupakan usaha.


Jadi jika ada yang rezekinya dilebihkan oleh Allah, setidaknya kita bersyukur dahulu dan memperkuat dan usaha, sehingga akan lupa bagaimana cara julid-menjulid yang cuma membuat hati panas dan sakit tak berdarah.



Banyak Melihat ke "Bawah"


Ini nih yang terkadang sulit dilakukan, apalagi pada kaum yang sudah mengikrarkan dirinya sebagai penjulid akut. Terlalu sering melihat ke atas, melihat sesuatu yang lebih darinya, hingga akhirnya bibit-bibit iri yang tidak baik dengan riang tumbuh di hati. Mulailah mengeluarkan segala ucapan lisan maupun tulisan demi menaikkan mutu diri dengan menjatuhkan orang lain.


Sesekali harusnya melihat ke bawah dan memperbanyak intropeksi diri. Sebenarnya, sah-sah saja melihat ke atas. Mungkin sekedar untuk mengagumi, atau mungkin juga ikut senang dan bahagia atas kelebihan, kebaikan dan limpahan rezeki orang. Sekaligus panjatkan doa untuknya dan tentunya untuk diri kita. Tetapi bukan untuk melihat lantas timbul hasad atau dengki. 


Rezekinya, rezekinya dari Allah

Rezekimu, juga rezeki dari Allah

Jika ada perbedaan, pasti Allah tahu tujuannya

Jika ada ketimpangan, percaya bahwa Allah Maha Adil



Ada satu ayat yang kutemukan, yaitu Al Quran surah Al Hujurat ayat 12, yang menyebutkan:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain."


Kayaknya sudah jelas pada ayat itu bahwa  Allah memberikan peringatan kepada kita agar tidak berbuat julid kepada orang lain. Memangnya kita juga mau, orang lain julid pada kita? Jangan, deh. Jauh-jauh, deh.


Aku pernah merasakan bagaimana menjadi korban julid seorang teman. Ada yang aku ketahui langsung, ada pula yang diberitahu. Kesal? Pastinya! Auto memutar balik ingatan, siapa tahu ada secara tak sadar aku juga pernah julid padanya, atau pada orang lain. Setidaknya itu reminder buatku, yang berusaha untuk tidak iri yang negatif pada orang lain.


Berusaha menahan diri itu yang paling penting dalam bertindak. Entah dari menahan lidah untuk mengeluarkan kata-kata beraura julid, maupun menahan jari untuk tak mudah mengetik kata demi kata yang mengandung isi julid di media sosial maupun chatting bersama teman.


Kalau kita kena julid, artinya kita cukup punya arti di hati dan pikirannya, kita seperti diperhatikan orang lain. Jadi memang lebih baik tenangkan diri saja, daripada mengganggu hidup, selagi tidak membuat sesuatu yang merugikan.


Nah, kalau tidak mau kena julid, berusaha jadi orang yang biasa-biasa saja dalam bertindak. Kalau sudah benar dan tak berbuat sesuatu yang mengganggu atau menyakiti orang lain, namun tetap salah juga di mata mereka, percayalah, mungkin itu sudah hobi para penjulid yang kurang kerjaan dan butuh hiburan 😁.




#KLIP22

#Februarike24

#TemaTantanganMenulisKLIP #TemaTantanganMenulisKLIP2022 #programKLIP2022 #KelasLiterasiIbuProfesional #ibuprofesional2022 #ibuprofesionalforindonesia #semestakaryauntukindonesia


Bundles of Stories - Simplicity Writing

Waktu itu Berharga

    Aku menutup buku catatan harianku setelah selesai menuliskan rencana kegiatan untuk esok hari. Ini satu diantara kegiatan di akhir har...